Melihat Lebih Dekat Geliat Ekonomi Warga di Pelabuhan Jakarta Utara

| 22 Feb 2023 21:13
Melihat Lebih Dekat Geliat Ekonomi Warga di Pelabuhan Jakarta Utara
Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta Utara. (Syaefullah/ERA.id).

ERA.id - Deretan kapal barang antar pulau bersandar di pinggir Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara. Sore itu, matahari mulai terbenam di ufuk barat. Puluhan orang masih berjibaku menurunkan barang tanah putih dari kapal ke sebuah mobil.

Suara azan magrib pun berkumandang. Aktivitas bongkar muat berhenti sementara. Para kuli angkut beristirahat sambil menikmati santap nasi bungkus, air mineral, kopi dan juga rokok. 

Sekira setengah jam lebih beristirahat, mereka melakukan aktifitas bongkar muat kembali. Enam orang menuju dak kapal bertugas mengumpulkan 20 karung tanah putih untuk diletakan di atas tali. 

Setelah itu, karung tanah putih langsung diangkat ke atas oleh operator crane kapal dan dipindahkan ke mobil yang berada di samping kapal. Sementara itu, lima orang lainnya bertugas mengambil karung dan menatanya dari ujung ke ujung bak mobil kontainer agar rapih. 

Begitu terisi semua bak truk kontainer, aktifitas bongkar muat pun berhenti dan dilanjutkan keesokan harinya. Karena mobil kontainer untuk mengangkut tanah putih itu tidak ada lagi di lokasi pelabuhan. 

Usai itu, salah satu perwakilan dari kuli angkut menghadap mandor atau penanggungjawab dari salah satu perusahaan kapal angkutan barang untuk mengambil upah.

Mandor pun langsung memberikan uang kepada salah seorang perwakilan kuli angkut tersebut. Kemudian, laki-laki itu membagikan ke kawan-kawannya yang sedang duduk istirahat di samping kapal.

Para kuli angkut sedang menata tanah putih di atas truk kontainer. (Syaefullah/ERA.id)

Yanto (43), salah seorang kuli bongkar muat menjelaskan, dirinya bersama temannya melakukan bongkar muat tanah putih itu sekira pukul 09.00 WIB hingga pukul 19.00 WIB. 

Memang, penghasilan tidak seberapa sebagai kuli bongkar muat kapal, tapi bagi Yanto merasa lumayan mendapatkan penghasilan untuk mencukupi kebutuhan keluarga anak dan istrinya. 

"Tadi dikasih uang bayaran Rp160 ribu per orang. Sangat membantu perekonomian kerja di Pelabuhan," ujar Yanto saat ditemui Jurnalis ERA.id di lokasi pelabuhan, Minggu sore (5/2/2023). 

Pengalaman Yanto bekerja sebagai kuli bongkar muat kapal sudah puluhan tahun. Bahkan, ia pernah bekerja di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, Pelabuhan Batam, Pelabuhan Cilegon, Banten. "Lebih senang kerja bongkar muat. Kalau kerja di sini bebas. Kalau kerja di proyek bangunan kadang bayarannya telat, kalau ini kan langsung dibayar begitu selesai," katanya. 

Dia mengungkapkan, bongkar muat ini kendalanya ketika musim penghujan. Sebab, harus buka tutup terpal agar tidak basah barang yang ada di kapal. Tentunya, ini memakan waktu cukup lama. "Misalnya, kita lagi bongkar muat mobilnya enggak ada. Kadang-kadang hujan, mesinnya cranenya rusak," ujarnya.

Yanto, salah seorang kuli angkut. (Syaefullah/ERA.id)

Sedangkan, Rusbet (66), selaku mandor dari PT. Pelayaran Muara Raya, mengatakan, bahwa tanah putih sebanyak 200 ton yang diangkut ke Pelabuhan Sunda Kelapa berasal dari Bangka Belitung.

"Tanah putih untuk pembuatan keramik, kosmetik, sabun dan bikin piring. Itu dikirim ke daerah Bandung, Bogor, Sukabumi ada juga ke daerah Semarang, Jawa Tengah," kata Rusbet kepada ERA.id di lokasi.

Ia menjelaskan, begitu tanah putih selesai diturunkan semua dari kapal, nantinya akan diisi dengan barang-barang sembako seperti halnya: beras, terigu, minyak, gula, dan terasi. Tak hanya bahan sembako, diisi juga lemari, kasur, kursi, mesin cuci, kulkas, magicom, dan barang elektronik lainnya.

Begitu barang sudah termuat di atas kapal, langsung ditutup dengan terpal. Hal ini bertujuan agar tidak terkena air hujan. Rusbet pun mengakui, bahwa dalam pengiriman barang ke luar Pulau di Indonesia tantangan adalah gelombang tinggi air laut, dan kondisi cuaca. 

"Intinya, campur-campur barang yang akan dikirim ke daerah Bangka Belitung. Setelah kapal itu terisi penuh baru berangkat lagi satu-dua harian," ujarnya. 

Tak hanya memperhatikan soal pengupahan, Rusbet juga mendaftarkan para karyawannya yang biasa melakukan bongkar muat di kapalnya sebagai anggota Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Hal ini bertujuan, apabila mereka sakit bisa berobat menggunakan kartu BPJS Kesehatan. "Kadang suatu saat orang kan sakit. Setiap bulan saya bayar BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan," katanya. 

Para kuli angkut yang berada di dak kapal sedang memindahkan karung tanah putih ke tali agar bisa diangkut ke atas menggunakan crane dan dipindahkan ke mobil. (Syaefullah/ERA.id)

Pada Rabu (22/2/2023) pagi. Berdasarkan pantauan di lokasi, terlihat pedagang asongan yang berjualan di pintu masuk Pos 9 Pelabuhan Tanjung Priok atau persis di depan Markas Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil). 

Dedi (43), salah seorang pedagang asongan makanan lontong, tahu, dan bacang itu terlihat sibuk menjajakan dagangannya kepada para sopir truk kontainer yang keluar dari pelabuhan. Sambil menenteng plastik warna kuning berisi tahu dan lontong maupun tahu dan bacang. "Isi satu bungkus plastik Rp10 ribu rupiah," kata Dedi kepada ERA.id. 

Ia memulai menjajakan dagangannya di lokasi itu sekira pukul 04.00 WIB. "Biasanya ramai para sopir pada beli pas jam subuh. Kalau jam 9 pagi sudah agak sepi ya terpaksa keliling dekat pelabuhan sampai duhur sudah habis," katanya. 

Lebih lanjut, dia mengungkapkan, bahwa berjualan di Pelabuhan ini dari tahun 2001 mulai dari bujangan hingga mempunyai 3 anak. "Dulu berjualannya di dalam pelabuhan, sekarang di pintu masuk pelabuhan," tuturnya.

Tentu saja, terik panas matahari, asap kenalpot kendaraan kontainer dan debu hingga hujan sudah biasa dialami setiap harinya. Karena bagaimanpun ia menjalankan profesi berjualan ini demi ekonomi keluarga. 

Dedi pun merasa bersyukur bisa berjualan di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok ini dapat mencukupi kebutuhan keluarga. "Untuk modal julan Rp400 ribu, untung bersih rata-rata sampai Rp200 ribu," katanya.

Dedi (43), pedagang asongan makanan tahu, lontong dan bacang. (Syaefullah/ERA.id)

Sementara itu, pedagang asongan rokok, Nana (43) menceritakan dirinya berjualan di pelabuhan ini dari tahun 1990 mulai dari masih lajang hingga sudah mempunyai 2 anak. Dia mulai berjualan sekira pukul 04.00 WIB hingga sekira pukul 21.00 WIB malam. "Untuk modal beli rokoknya di agen kadang Rp700 ribu ya, kadang Rp1.000.000. Kalau untung bersihnya perkiraan Rp80 ribu kadang lebih," kata dia hari ini.

Ia pun bersyukur berjualan di sini dapat mencukupi kebutuhan keluarga. Meskipun penghasilannya tidak terlalu besar. "Ya sudah rezekinya segitu, yang penting jalani terus," tuturnya.

pedagangan asongan rokok, Nana (43). (Syaefullah/ERA.id)

Sementara itu, Suhandi (46), berjualan air minuman dan kacang. Dia memulai dagangan sekira pukul 08.00 WIB di pintu masuk Pelabuhan Tanjung Priok. Untuk harga aqua ukuran 1,5 liter ia jual Rp8000, untuk teh pucuk Rp5000, dan kacang Rp2000. "Kadang untung bersih Rp50 ribu, kadang Rp100 ribu. Kalau lagi hujan begini enggak tahu dapat berapa untungnya," katanya. 

Suhadi menjalankan profesi jualan asongan minuman air mineral ini dari tahun 1981 atau ketika dirinya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). "Ya alhamdulillah bisa nafkahi anak-anak sekolah sampai lulus SMA dapat hasil jualan di pelabuhan," ungkapnya.

Usai dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jurnalis ERA pun menyusuri lokasi Pelabuhan Sunda Kelapa. Terlihat wanita berjilbab sibuk menuangkan kopi di dalam gelas plastik di pinggir kapal kayu atau kapal barang. Perempuan itu bernama Intipah (37) sudah berjualan di pelabuhan ini sudah 19 tahun. Dia menjual seperti kopi dan susu harganya cuma Rp3000, peyek Rp2000, gorengan Rp2000. Selaian itu, dia juga jualan nasi dan lauk-pauk. Ia mulai berjulan di lokasi itu sekira pukul 05.00 WIB sampai jam 5 sore. 

Dia pun tidak mematok harga besar, sebab pelanggannya kebanyakan para kuli angkut yang notabene penghasilannya tidak terlalu besar. Yang penting, ia bisa bersyukur berjualan di sini dapat mencukupi kebutuah ekonomi keluarga. "Ya bisa buat makan, jajan anak sekolah," katanya.

Tak hanya Intipah, berdasarkan pandangan di lokasi, diperkirakan ada sepuluh wanita yang jualan makanan dan minuman dengan menggunakan kendraan bermotor. Mereka menjajakan dagangannya kepada para kuli angkut pelabuhan yang berada di samping kapal kayu tersebut. 

Intipah, pedagang asongan minuman kopi dan gorengan di Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta. (Syaefullah/ERA.id)

Berdasarkan data bps.go.id Jakarta Utara, untuk data bongkar muat di Pelabuhan Sunda Kelapa tahun 2019.  1. Untuk pelayaran dalam negeri. bongkar: 961.046 ton, muat: 1.480.507 ton. 2. Untuk pelayaran rakyat. bongkar: 65.264 ton, muat : 335.887 ton. Jadi, jumlah keseluruhan yaitu, bongkar: 1.026.310 ton, muat : 1.823.394 ton. 

Ekspor Barang Melalui Pelabuhan Tanjung Priok

Berdasarkan data bps.go.id, Indonesia juga banyak sekali melakukan ekspor ke luar negeri melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Pada volume ekspor tahun 2021 per bidang industri diantaranya, kendaraan 275.689 unit, kontainer 1.461.063 box, kayu 235.412 ton, alat berat 16.103 unit, besi 45.948 ton, kimia 15.215 ton, dan barang strategis 356.900 ton. 

Kemudian, data nilai ekspor di Pelabuhan Tanjung Priok tahun 2020 sebesar US$ 44.391.800.000 dan untuk 2021 sebesar US$ 55.708.000.000. Berdasarkan data tersebut nilai ekspor di Pelabuhan Tanjung Priok mengalami kenaikan yang cukup tinggi yaitu sebesar US$ 11.316.200.000. 

Penumpang Kapal Laut

Kapal penumpang masih diminati oleh warga yang akan melakukan perjalanan dari satu daerah ke daerah lain atau dari satu pulau ke pulau lain di Tanah Air. Jurnalis ERA mendatangi lokasi kapal orang yang berada di Pelabuhan Tanjung, Priok Jakarta, Minggu (5/2/2023). 

Salah seorang penumpang yang ditemui yaitu, Bustan (29 tahun). Ia berasal dari daerah Jambi yang akan menggunakan kapal laut menuju Surabaya, Jawa Timur. Bustan sendiri menempuh perjalanan dari Jambi menuju ke Jakarta dengan menggunakan moda transporatasi bus. Kemudian, yang bersangkutan melajutkan perjalanannya dari Jakarta menuju Surabaya menggunakan kapal laut. 

Sambil menenteng ransel, pria itu mengungkapkan alasan lebih memilih kapal laut daripada kendaraan bus. "Kalau naik kapal itu bisa tiduran, enggak terlalu capek menurut kami pribadi. Perjalanan Jakarta-Surabaya ditempuh hanya satu malam," ujar Bustan.  

Lebih lanjut, ia mejelaskan, tujuannya pergi ke Surabaya ingin bersilaturahmi ke temannya yang ada di sana. "Kalau ongkos naik kapal biasanya Rp250 ribu," ungkapnya. 

Bustan, penumpang kapal laut. (Syaefullah/ERA.id)

Semenetara itu, penumpang lain yang menggunakan kapal yakni, Ripai (25). Dia mengungkapkan alasan memilih kapal laut untuk pulang kampung ke Ambon, karena lebih murah dibandingkan naik pesawat. Selain itu, mengunakan transportasi kapal laut bisa istirahat, tidur dan lebih santai. "Untuk ongkosnya satu orang Rp600 ribuan," ujar Ripai yang sedang duduk disamping istrinya.

Manager Komunikasi PT PELNI (Persero), Ditto Pappilanda mencatat, selama 2022, ada 149.560 penumpang kapal laut yang berangkat dari Pelabuhan Tanjung Priok menuju daerah lain di Tanah Air.

"Jumlah penumpang dari Tanjung Priok tahun 2022 naik 230 persen dari 64.611 pelanggan pada 2021, naik hingga 149.560 pelanggan di 2022," kata Ditto kepada ERA.id di Jakarta, Senin (20/2/2023). 

Lebih lanjut, Ditto menjelaskan, bahwa terdapat sembilan kapal penumpang yang diberangkatkan dari Pelabuhan Tanjung Priok ke wilayah lain di Indonesia diantaranya, 1. KM Dobonsolo, 2. KM Gunung Dempo, 3. KM Nggapulu, 4. KM Umsini, 5. KM Ciremai, 6. KM Dorolonda, 7. KM Bukit Raya, 8. KM Lawit, dan 9. KM Kelud. 

Sedangkan, untuk harga tiket sangat bervariasi mulai harga Rp300 ribu hingga Rp1 juta. Selain itu, pihak perusahaan pun siap untuk membantu masyarakat Jakarta Utara. "Kami siap mendengarkan kebutuhan masyarakat yang memiliki dampak sosial maupun ekonomi atas aktivitas operasional perusahaan," ujarnya.

Pandangan Pengamat 

Ekonom Senior, Ryan Kiryanto mengatakan, kehadiran Pelabuhan Tanjung Priok ini dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat yang ada di daerah kawasan tersebut. Seperti membuka usaha warung makan. "Membuka unit-unit ekonomi baru yang berkaitan dalam satu rantai pasokan: restoran, warteg, angkutan umum, salon, tempat pijat, hiburan lainnya, pasar tradisional dan modern, pertokoan, dan perkantoran hingga tenaga keamanan," kata Ryan kepada ERA di Jakarta, Selasa (21/2/2023). 

Tentunya, ia juga menyarankan keberadaan pelabuhan Tanjung Priok harus memberikan manfaat ekonomi bagi Jakut: membuka lapangan kerja, menciptakan rantai pasok barang dalam satu ekosistem, dan meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat Jakut. 

"Pengelola pelabuhan sebaiknya menjalin komunikasi dan kolaborasi dengan unsur Pemda, tokoh masyarakat dan pemangku kepentingan strategis lainnya untuk secara bersama-sama memikirkan peningkatan kinerja pelabuhan Tanjung Priok dengan tetap memperhatikan kontribusinya bagi warga masyarakat Jakarta Utara," katanya. 

Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal mengatakan, peran Pelabuhan Tanjung Priok terhadap warga Jakarta Utara salah satunya terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) seperti usaha catering atau kuliner.

Kemudian, dengan adanya aktifitas pelabuhan ini sangat berdampak sekali terhadap aktifitas perdagangan yang ada di daerah Glodok dan Mangga Dua. Karena, Pelabuhan Tanjung Priok sebagai transportasi pengiriman barang elektronik ke luar Pulau Jawa.

"Orang Jakarta Utara yang kerja jualan di Mangga Dua dan Glodok bisa tumbuh aktifitasnya karena ada Pelabuhan Tanjung Priok," katanya.

Dalam kesempatan itu, ia menyarankan agar dana Corporate Social Responsibility (CSR) dapat membantu pemberdayaan masyarakat terutama terhadap para kuli pelabuhan dan nelayan yang notabene secara ekonominya masih rendah. "Saya rasa paling tidak memperhatikan masyarakat nelayan di sana masih kurang mampu," katanya.

PT IPC Terminal Petikemas. (Syaefullah/ERA.id)
Rekomendasi