ERA.id - Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid merupakan alternatif calon wakil presiden (cawapres) representasi Nahdlatul Ulama (NU) dan tokoh perempuan.
"Yenny Wahid ini politisi perempuan. Dia memiliki garis keturunan langsung dari pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Tentu ini dapat mendongkrak suara dari kaum Nahdliyin terutama kalangan NU kultural bagi siapa pun pasangannya," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu kemarin.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) itu menyatakan Yenny Wahid merupakan sosok cawapres yang paling rasional dan paling potensial untuk maju pada Pemilihan Presiden 2024.
Yenny yang juga putri Presiden Keempat KH. Abdurahman Wahid itu dapat menguatkan pasangannya terutama di isu-isu sosial dan keagamaan.
"Yenny Wahid representasi Nahdliyin. Meski secara struktural NU cenderung netral. Tapi, dengan menggaet Yenny Wahid sebagai cawapres maka pasangannya akan dikuatkan dengan isu agama. Apalagi NU ini kan dikenal Islam yang moderat dan mengedepankan keindonesiaan dan kebangsaan," jelasnya.
Di sisi lain, Yenny Wahid disebut akan menguatkan pasangannya di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Keduanya merupakan provinsi dengan suara terbanyak selain Jawa Barat dan Banten.
"Jatim dan Jateng ini kan basisnya NU atau Islam tradisional. Tentu sangat rasional menggaet Mbak Yenny jika ingin mengambil suara di wilayah ini," katanya.
Ujang mengatakan Yenny Wahid yang saat ini menjadi tokoh independen atau tidak menjadi anggota partai politik mana pun akan lebih diuntungkan. Di samping itu, akan mudah diterima partai koalisi.
"Sebagai tokoh yang independen, Yenny cenderung lebih mudah diterima parpol koalisi. Semua koalisi ini kan cuma soal cawapres aja, di mana semua menyodorkan nama atau kader masing-masing. Dalam situasi ini Yenny lebih mudah diterima karena tidak terikat parpol mana pun," ungkapnya.