ERA.id - Tepat di waktu pertemuan antara Partai Demokrat (PD) dan Partai Gerindra di Jakarta, Kamis (20/7/2023), Ketua Umum PD Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) hadir dan menjadi narasumber di kampus Universitas Gadjah Mada (UGM).
AHY menjadi narasumber dalam Fisipol Leadership Forum bertajuk "Mampukah Kita Selamatkan Demokrasi di Indonesia". Dalam pantauan ERA.ID, AHY hadir di forum tersebut selama lebih dari 2 jam untuk presentaai dan menjawab pertanyaan pembahas dan hadirin.
Menurutnya, secara kuantitatif Indonesia telah menerapkan demokrasi dengan baik. Antara lain mampu menggelar pemilu secara rutin, bahkan partisipasi pemilih relatif tinggi yakni mencapai 81 persen.
Namun secara kualitatif, demokrasi Indonesia mengalami kemandegan atau stagnasi, bahkan mengalami regresi atau kemunduran.
Ia mencontohkan praktik-praktik buruk dalam demokrasi saat ini seperti politik uang dan politik identitas atau labeling.
"Juga memberi jalan satu orang atau satu koalisi. Sekarang ini juga ada benturan antar identitas. Kelompok masyarakat tertentu dilabeli radikal. Ada labeling nasionalis melawan agama. Ini bahaya, harus kita cegah," ujarnya.
AHY pun mengemukakan sejumlah evaluasi demokrasi meliputi perbaikan kualitas penyelenggara dan peserta pemilu, penegakan hukum dan adanya check balances di pemerintahan.
"Demokrasi memang tidak didesain dengan indikator-indikator kualitas, tapi dengan kontestasi popularitas, elektabilitas, dan makin ke sini ditentukan isi tas (logistik)," ujarnya.
AHY juga tetap melayangkan kritik ke pemerintahan saat ini. "Revolusi mental sulit diwujudkan dan berhenti di jargon. Dalam penegakan hukum, konco dilindungi, lawan politik dan oposisi dihabisi," ujarnya.
Meski mengkritik oposisi, siang ini jajaran Demokrat bertemu dengan pengurus Gerindra, partai yang masuk dalam koalisi pemerintah. Dalam pilpres 2024, Demokrat telah membentuk Koalisi Perubahan dan Perbaikan bersama Nasdem dan PKS. Sementara Gerindra telah membentuk Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya dengan PKB.