ERA.id - Deklarasi PAN dan Golkar bersama PKB mendukung Prabowo Subianto dinilai dilandasi tiga faktor.
"Deklarasi dukungan ke Prabowo ini dilatari oleh tiga faktor. Pertama adalah kekecewaan terselubung partai-partai terhadap dominasi PDIP selama periode kedua pemerintahan Jokowi. Banyak urusan kekuasaan yang menurut partai lain belum terbagi secara adil," kata pengamat politik dari Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, Mikhael Raja Muda Bataona, Senin (14/8/2023).
Dia mengemukakan pandangan itu berkaitan dengan Partai Golkar, PAN, dan PKB bersama Partai Gerindra berkoalisi mendeklarasikan Prabowo Subianto sebagai calon presiden pada Pemilu 2024.
Tanda tangan kerja sama politik serta deklarasi capres Prabowo Subianto dilaksanakan di Museum Naskah Proklamasi di Jakarta Pusat, Minggu, (13/8) pagi.
Hadir dalam deklarasi Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum PAN Zukifli Hasan, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, serta Prabowo Subianto selaku Ketua Umum Partai Gerindra.
Menurut Bataona, faktor kedua adalah soal cara komunikasi politik elite PDIP yang dinilai terkadang tidak menjaga perasaan partai lain. Cara komunikasi menyerang dan menyinggung eksistensi partai lain ini menjadi penyebab sulitnya partai-partai ini menerima tawaran PDIP.
Lalu yang ketiga, katanya adalah isu petugas partai juga masalah batalnya Piala dunia U-20 kemarin. Di mana, seolah-olah Presiden Jokowi tidak dihargai sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.
Jokowi yang sudah bekerja keras selama tiga tahun untuk Piala Dunia U-20 harus menyerah soal piala dunia akibat penolakan PDIP.
"Inilah yang saya kira akar persoalan mengapa, Presiden Jokowi yang sudah merasa tidak lagi dihargai sebagai pemimpin negara, tidak mau menyatakan secara terbuka mendukung Ganjar," katanya.
Meskipun hadir dalam acara-acara PDIP, ujarnya, tapi hati Jokowi tidak sepenuhnya di sana. Karena masih merasa terluka dengan situasi kemarin.
Untuk itu, jelasnya, pemulihan hubungan dengan Jokowi akibat manuver elit-elit PDIP yang membuat Jokowi sangat terluka itu harus segera dilakukan sebelum terlambat.
Tapi sekali lagi bahwa bergabungnya PAN dan Golkar hari ini bukan kejutan. Ini hanya merealisasikan pertemuan mereka sebelum Ganjar dideklrasikan saat itu.
Sejak deklarasi Ganjar, katanya, mereka bermanuver dengan pertemuan-pertemuan dengan PDIP. Tapi rupanya mereka sudah lama menjatuhkan pilihan kepada Prabowo sehingga koalisi ini akhirnya kembali bersatu hari ini, kata Bataona.
Hanya saja, menurut dia, koalisi PAN dan Golkar bersama PKB dan Gerindra pendukung Prabowo ini juga masih bisa berubah karena pendaftaran calon masih jauh.
"Menurut saya, politik itu "unpredictable". Artinya, koalisi dan dukungan ini juga masih bisa bubar. Masih bisa berubah karena pendaftaran calon masih jauh. Jika Prabowo tetap unggul dalam survei, maka ini akan bertahan. Apabila sebelum pendaftaran nanti, Ganjar sudah unggul, formasi ini bisa berubah," katanya.
Bukan kejutan
Dia menambahkan, deklarasi PAN dan Golkar bersama PKB mendukung Prabowo Subianto sebagai hal yang normatif dan bukan sebuah kejutan karena PAN dan Golkar sudah sejak lama mendukung Prabowo.
"Menurut saya normatif. Ini bukan kejutan karena PAN dan Golkar memang sudah sejak lama mendukung Prabowo. Akan mengejutkan jika mereka mendukung Anies atau misalnya Golkar mendukung Ganjar karena sejak dulu, Golkar sulit berkoalisi dengan PDIP. Di tahun 2019 itu terjadi karena Jokowi sangat kuat dan pasti menang.
Pengajar Ilmu Komunikasi Politik dan Teori Kritis pada Fakultas Ilmu Sosial Politik Unwira ini menambahkan deklrasi dukungan PAN dan Golkar untuk Prabowo hanya formasi lama yang dideklrasikan kembali.
"Sebuah hasil operasi politik lama yang kembali dideklarasikan menjadi semacam kampanye politik agar publik memperhatikannya," katanya.
Padahal, katanya tidak ada kejutan di sana karena arah koalisi partai-partai ini sudah lama diketahui publik. Di mana, secara politik, partai-partai ini memang sudah lama menyatakan dukungan ke Prabowo, sampai Presiden Jokowi sendiri diundang untuk hadir dalam pertemuan mereka saat itu.
Dalam konteks ini, sebutnya maka yang terbaca mengejutkan justru manuver politik PDIP. Dengan resminya dukungan PAN dan Golkar. Artinya jelas bahwa tim kerja PDIP yang melobi partai-partai ini gagal meyakinkan elit PAN dan Golkar.
Padahal di arus bawah, pemilih PAN dan Golkar sebagian besarnya juga mendukung Ganjar Pranowo. Tidak hanya mendukung Prabowo maupun Anies.
Irisan kepentingan elektoral di arus bawah ini, harusnya digunakan PDIP sebagai data untuk meyakinkan PAN dn Golkar, katanya menjelaskan.