Pengamat Ungkap Alasan Ganjar Berpeluang Menang di Pilpres 2024 Meski Didukung Sedikit Partai

| 15 Aug 2023 17:44
Pengamat Ungkap Alasan Ganjar Berpeluang Menang di Pilpres 2024 Meski Didukung Sedikit Partai
Ganjar Pranowo dan Joko Widodo (Antara)

ERA.id - Pengamat ekonomi, Andhika Nurwin Maulana menilai bakal capres Ganjar Pranowo tetap memiliki peluang besar untuk memenangkan Pilpres 2024 meski hanya didukung sedikit partai. Dia mengatakan kondisi Ganjar mirip dengan Joko Widodo pada Pilpres 2014.

“Pendukung Ganjar Pranowo harus belajar banyak dari pengalaman Pilpres 2014. Memori Pilpres tahun 2014 hampir mirip terjadi di mana calon dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) mengusung Pak Joko Widodo (Jokowi) yang hanya didukung oleh dua partai besar dan punya banyak pengalaman dalam pemilihan umum di Indonesia yaitu PDI-P dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB),” ujar Andhika dalam keterangan resmi.

“Sedangkan Pak Prabowo didukung oleh Partai Gerindra, Partai Golkar, PAN, PKS, dan PBB yang jumlah partai lebih banyak dari pada jumlah partai pendukung Jokowi. Namun dengan jumlah partai besar tersebut ternyata tetap dimenangkan oleh Jokowi pada Pilpres 2014,” ujarnya.

Andhika menuturkan dukungan Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) kepada Pak Prabowo Subianto merupakan pergeseran besar peta kekuatan dalam Pilpres tahun ini. Sebab, PAN dan Partai Golkar adalah partai besar, terutama Partai Golkar yang selalu berada dalam koalisi pemerintah.

“Ini merupakan tantangan dan juga kesempatan kubu Ganjar Pranowo untuk mencari strategi dalam peningkatan figur Ganjar Pranowo ketika beberapa partai besar menjadi pendukung calon presiden lainnya,” ujarnya.

Andhika membeberkan salah satu strategi kampanye yang digunakan Jokowi pada Pilpres 2014 adalah bagaimana cerita suksesnya dalam memimpin Kota Solo dan Provinsi DKI Jakarta untuk mencalonkan menjadi Presiden.

Beberapa rencana program keberhasilan Jokowi di Kota Solo dan DKI Jakarta digunakan sebagai program yang sama untuk Pilpres. Namun tentu saja program-program keberhasilan tersebut dikemas dalam bentuk program tingkat nasional.

Sehingga, kata dia, masyarakat umum akan lebih mudah memahami, terutama masyarakat yang tinggal di Kota Solo atau Provinsi DKI Jakarta pada masa kepemimpinan Jokowi.

“Pak Prabowo masih kurang pengalaman dalam memimpin suatu daerah, walaupun Pak Prabowo didukung lebih banyak partai besar. Hal ini menyebabkan banyak pertanyaan yang muncul seperti apa yang gaya kepemimpinannya Pak Prabowo dalam memimpin Indonesia lima tahun ke depan,” ujar Andhika.

“Sangat sedikit narasi yang bisa menggambarkan bagaimana institusi pemerintah melaksanakan tugas atau perintah lainnya yang diberikan pada masa kepemimpinan Pak Prabowo,” ujarnya.

Kemudian, Andhika berkata hal lainnya yang masih mengganjal Prabowo adalah dalam kasus hak asasi manusia (HAM). Memang pengalamannya sebagai prajurit sebelumnya dalam hal isu HAM selalu dikaitkan ketika mantan prajurit mencoba maju dalam apapun jenis pemilihan umum.

Hal itu memang biasa terjadi setiap pendukung calon akan mencoba mencari nilai positif calonnya dan mencari nilai negatif calon pesaingnya.

“Namun tentu saja isu HAM ini adalah isu yang sangat sensitif terutama ketika pembahasannya dikaitkan dengan korban isu HAM tersebut. Hal ini juga kembali yang akan menjadi pertanyaan gaya kepemimpinan seperti apa yang akan dilakukan oleh Pak Prabowo ketika memimpin Indonesia lima tahun ke depan dan belum ada cerita pembanding gaya kepemimpinan beliau lainnya,” ujar Andhika.

Duplikasi Strategi

Andhika menyampaikan strategi pengalaman memimpin institusi pemerintah di daerah sebelumnya bisa diduplikasi oleh pendukung Ganjar Pranowo ketika berhadapan dengan calon lain yang didukung oleh partai-partai besar.

Seperti Jokowi memimpin daerah, dia berkata cerita sukses Ganjar Pranowo di Jawa Tengah bisa memperkuat figur dalam program-program nasional yang direncanakan.

“Ilustrasi Pak Ganjar Pranowo menentukan kebijakan pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam pemilihan-pemilihan kebijakan yang pelik tentu saja membuat figur Pak Ganjar lebih baik,” ujarnya,

Andhika mencontohkan soal penentuan anggaran di sektor mana yang lebih prioritas. Tentu saja dalam hal ini tidak akan membuat semua pihak merasa diuntungkan dan selalu ada pihak yang dirugikan dalam memilih sektor prioritas dalam anggaran.

Namun, Andhika berkata Ganjar dapat menentukan sektor prioritas dengan baik dan beliau juga dapat memberikan jawaban dengan bijak pada sektor yang tidak menjadi prioritas. Jawaban Ganjar bagi sektor yang tidak menguntungkan tersebut juga dipahami dengan baik sehingga tidak membuat gejolak lainnya dan berbahaya bagi situasi di Jawa Tengah.

“Sehingga Pak Ganjar akan lebih mudah dalam membuat kampanye program nasional dan juga punya cerita sukses dengan gaya kepemimpinan beliau di daerah sebelumnya. Hal tersebut bisa digunakan sebagai strategi lebih baik dengan syarat strategi tersebut selalu diukur tingkat keberhasilan peningkatan figur dari calon yang didukung,” ujar Andhika.

Rekomendasi