ERA.id - Wacana menduetkan Ganjar Pranowo dengan Anies Baswedan pada Pilpres 2024 dianggap cara PDIP mengabarkan kalau partainya terbuka, tak eksklusif.
"Belakangan ini kan PDIP dikritik sejumlah pihak bahwa PDIP terlalu eksklusif, partai besar, bisa mengusung sendiri calon, dan memang PDIP partai besar, tidak butuh orang lain sebenarnya. Dengan menduetkan Ganjar-Anies atau Anies-Ganjar, mereka ingin membuktikan bahwa anggapan (eksklusif) itu tidak benar," kata pakar politik sekaligus akademikus Universitas Bengkulu, Dr Panji Suminar, Minggu.
Kata Panji, PDIP ingin menunjukkan bahwa mereka perlu berkoalisi dalam pencalonan presiden, bahkan tidak menutup kemungkinan dengan menggaet Anies yang notabene diusung koalisi berisikan parpol berbeda ideologi dengan PDIP.
"Dengan menggaet Anies, mereka menunjukkan bisa bergabung berkoalisi dengan pihak mana saja," kata Panji.
Namun, Panji melihat inisiasi pengurus atau kader PDIP dalam menduetkan Ganjar-Anies sebenarnya hanya sebatas wacana saja.
Hal yang serupa sudah terlebih dahulu dilakukan Puan Maharani berkomunikasi dengan banyak parpol, termasuk partai politik yang mendukung Anies Baswedan sebagai calon presiden.
"Manuver mewacanakan Ganjar-Anies mungkin secara kalkulatif melihat gabungan elektabilitas Ganjar-Anies bisa mampu melawan Prabowo. Tapi kan kemudian harus dilihat bahwa akar rumput atau partai pengusung Anies, mereka mau Anies Baswedan presiden itu harga mati, dan saya kira duet itu tidak akan tercapai," kata dia.
Ketika duet Ganjar-Anies terealisasi pun, Panji Suminar melihat duet tersebut malah lebih merugikan PDIP dalam Pilpres 2024.
"Kalau memang terealisasi, maka partai yang selama ini mengusung, yakni Demokrat, PKS, dan NasDem malah bisa merapat ke Prabowo karena kecenderungan politik, mereka akan lebih memilih Prabowo daripada bergabung dengan PDIP yang mengusung Ganjar," katanya.
Kalaupun ada partai politik mengikuti Anies Baswedan ke kubu Ganjar Pranowo, Panji menilai hanya NasDem yang akan bergabung karena sudah punya rekam jejak pernah saling beriringan dengan PDIP.
"Sedangkan Demokrat dan PKS memilih ke Prabowo, hal tersebut kalau yang bisa maju pilpres memang dua calon itu, Prabowo dan Ganjar. Ini tentu tidak menguntungkan bagi PDIP dan Ganjar, karena Prabowo akan memiliki koalisi yang begitu besar di pilpres," ujarnya.