Di Hadapan Jokowi-Ma'aruf, Khatib Salat Idulfitri Istiqlal Ceramah soal Perubahan ke Arah Lebih Baik

| 10 Apr 2024 10:15
Di Hadapan Jokowi-Ma'aruf, Khatib Salat Idulfitri Istiqlal Ceramah soal Perubahan ke Arah Lebih Baik
Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin salat Idulfitri di Masjid Istiqlal. (Era.id/Flori Sidebang)

ERA.id - Khatib Salat Idulfitri 1445 Hijriah di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, KH Abdullah A'la Basyir mengingatkan soal perubahan ke arah yang lebih baik.

Hal itu KH Abdullah A'la Basyir sampaikan saat membawakan ceramah di hadapan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'aruf Amin yang menjalankan salat Id di Masjid Istiqlal. Awalnya, ia mengatakan, tiap umat muslim yang telah menyempurnakan ibadah puasanya secara formal, substantif dan lahir batin, maka pada Hari Raya Idulfitri ini hadir sebagai manusia yang kembali ke fitrah.

"Kembali ke fitrah merupakan salah satu karunia Allah yang sangat berharga. Salah satu indikasinya adalah menguatnya integritas kepribadian. Kita dapat mengembangkan budi pekerti baik dan perilaku luhur pada satu sisi dan mengendalikan hawa nafsu emosi negatif dan perilaku jelek pada sisi yang lain," kata KH Abdullah A'la Basyir, Rabu (1//0/4/2024).

KH Abdullah A'la Basyir melanjutkan, momen Idulfitri seutuhnya merupakan hari wisuda bagi umat Islam yang berhasil lulus ujian dengan mampu mengendalikan diri lahir batin dari hal-hal yang diharamkan dan dari hal yang tidak mencerminkan moralitas luhur selama bulan Ramadan.

"Selain dengan lisan, syukur juga harus diungkapkan dengan aksi gerakan nyata. Melalui syukur ini kita menjadikan segala anugerah Allah menjadi modal untuk melakukan perubahan ke arah kebaikan dan kemaslahatan bagi kita bersama dan kehidupan," ujar dia.

"Dengan syukur dan gerak perubahan ini kita melakukan keberhasilan kita dengan mengelola segala dorongan sikap dan perilaku menjadi kemaslahatan nyatanya dalam kehidupan individu maupun sosial," sambungnya.

KH Abdullah A'la Basyir menyebut, umat muslim ungkapan rasa syukur yang diraih tidak hanya diorientasikan untuk diri masing-masing. Tetapi juga ditransformasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Syukur transformatif memerlukan pijakan yang kuat untuk melangkah. Kita memerlukan persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh," tegas KH Abdullah A'la Basyir.

Menurut dia, dalam suasana yang penuh kondisi keterpecahbelahan, setiap individu sulit melakukan apapun yang bermakna.

Selain itu, lanjutnya, dalam situasi yang penuh rasa bermusuhan juga tentu sulit menghasilkan karya besar untuk masyarakat dan bangsa. 

Oleh karena itu, KH Abdullah A'la Basyir menekankan pentingnya mengedepankan rasa persatuan ditengah masyarakat.

"Unsur bangsa yang beragam dari suku dan agama tetap merupakan suatu bangsa yang harus mengedepankan persatuan dan keharusan saling membantu satu dan lainnya," jelas KH Abdullah A'la Basyir.

"Tidak ada pilihan bagi kita umat Islam dan unsur-unsur lain bangsa Indonesia selain meneguhkan kesatuan dan persatuan," imbuh dia.

Rekomendasi