Timur Tengah Bergejolak, Menperin Siapkan Insentif untuk Sektor Industri

| 18 Apr 2024 11:40
Timur Tengah Bergejolak, Menperin Siapkan Insentif  untuk Sektor Industri
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang. (Sekretariat Kabinet)

ERA.id - Kemeterian Perindustrian (Kemenprin) memantau perkembangan situasi di Timur Tengah yang memanas karena konflik Iran-Israel. Sejumlah solusi disiapkan untuk mengatasi dampak geopolitik.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, ada tiga hal yang terdampak dari situasi geopolitik dunia saat ini, yakni peningkatan harga energi, peningkatan biaya logistik, dan penguatan nilai tukar dollar Amerika Serikat. Hal itu merupakan konsekuensi yang menjadi bagian dari perekonomian dan rantai pasok atau supply chain dunia.

"Saat ini, Kemenperin berupaya memetakan solusi-solusi untuk mengamankan sektor industri dari dampak konflik yang tengah terjadi," kata Agus dikutip dari Antara, Kamis (18/4/2024).

Salah satu solusi yang disiapkan yaitu, insentif impor bahan baku industri yang berasal dari Timur Tengah.

Relaksasi impor bahan baku tertentu juga dibutuhkan guna memberikan kemudahan memperoleh bahan baku, mengingat negara lain juga berlomba mendapatkan pemasok alternatif untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industrinya.

Kemenprin juga mempercepat langkah-langkah pendalaman, penguatan, maupun penyebaran struktur industri. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan program substitusi impor yang perlu didukung dengan memperketat ketentuan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), guna mengantisipasi pengalihan perdagangan atau excess trade diversion dari negara lain ke Indonesia.

Agus menambahkan, saat ini merupakan momen yang tepat bagi sektor industri untuk mendapatkan kepastian keberlanjutan implementasi kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT).

Dia menilai adanya risiko peningkatan harga energi dapat berpengaruh terhadap menurunnya produktivitas dan daya saing subsektor industri. Karenanya, kebijakan HGBT sangat diperlukan untuk meningkatkan daya saing produksi.

Lebih lanjut, Agus mengungkapkan pengusulan peningkatan penggunaan mata uang lokal untuk transaksi bilateral yang dilakukan oleh pelaku usaha di Indonesia dan negara mitra, diperlukan guna mengurangi ketergantungan mata uang asing.

“Langkah ini untuk mengurangi ketergantungan terhadap hard currencies, terutama USD, mengingat skala ekonomi dan volume perdagangan antar negara Asia terus meningkat, juga untuk meningkatkan stabilitas nilai tukar rupiah,” ujarnya.

Meski demikian Agus meyakinkan kondisi sektor industri tanah air di tengah gejolak geopolitik dunia saat ini masih tenang dan terkontrol.

“Pelaku usaha tidak perlu mengkhawatirkan kondisi tersebut. Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang kuat dan Pemerintah berupaya menyiapkan kebijakan-kebijakan strategis untuk menjaga sektor industri,” kata Agus.

Rekomendasi