Surabaya hingga NTB, 4 Wilayah dengan Strategi Penurunan Stunting Paling Berkesan Menurut Kepala BKKBN

| 29 Jun 2024 18:30
Surabaya hingga NTB, 4 Wilayah dengan Strategi Penurunan Stunting Paling Berkesan Menurut Kepala BKKBN
Kepala BKKBN, Dokter Hasto dan Pelaksana Tugas Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK Budiono Subambang di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (28/6/2024) (ERA.id / Dinno))

ERA.id - Strategi percepatan penurunan angka stunting terus digencarkan banyak wilayah di seluruh Indonesia. 

Hal ini senada dengan imbauan pemerintah yang menetapkan stunting sebagai isu prioritas nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dengan target penurunan yang signifikan dari kondisi 24,4 persen pada 2021 menjadi 14 persen di akhir 2024.

Penanganan stunting di Indonesia juga menjadi fokus utama pada peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) 2024 yang menempatkan penanganan stunting sebagai prioritas bagi kementerian, lembaga pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, hingga pemerintah desa.

Tak heran jika berbagai wilayah di Indonesia memiliki inovasi hingga strateginya masing-masing dalam menurunkan kasus stunting. 

Di momen Harganas 2024, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr. Hasto Wardoyo menyebutkan empat wilayah di Indonesia dengan strategi penurunan stunting yang paling mengesankan menurutnya. 

 "Surabaya, menurut saya kota ini betul-betul men-treatment itu bahkan over-treatment dan ini dapat menjadi contoh yang bisa kita pelajari."

"Ternyata dengan mengawal betul siapa saja yang stunting, diantar makanan, dikawal, didampingi, ternyata hasilnya, wow. Dulu kasusnya sekitar 20 persen, dan sekarang ini kasusnya di bawah 5 persen," kata dokter Hasto  usai Gala Dinner di Ballroom Merapi, Gedung PRPP Semarang, Jumat (29/6/2024). 

Selain itu, kota Semarang juga memiliki strategi penurunan stunting dengan rumah PELITA (Rumah Penanganan Stunting Lintas Sektor bagi Baduta) yang membuat dokter Hasto terkesan. 

Rumah PELITA merupakan terobosan yang digagas pemkot Semarang dalam upaya penanganan stunting dari hulu ke hilir. 

Berbagai upayanya meliputi pemberian edukasi pola asuh, penanganan gizi, sanitasi hingga menjadi wadah dan melayani ibu hamil dengan anemia atau kekurangan energi kronis (KEK).  

"Kota Semarang ini kemudian membuat rumah pelita. Rumah pelita ini rumahnya orang-orang yang ada stunting atau risiko stunting dikumpulkan yang diberi makan dan dikawal. Cara ini istilahnya betul-betul hands on," tambah dokter Hasto. 

Ada juga seperti penanganan stunting di kabupaten Bener Meriah, Aceh yang menjadikan semua perangkat masyarakat termasuk suami yang dijadikan "bapak asuh" bagi anak stunting

Tak ketinggalan, provinsi Nusa Tenggara Barat juga memiliki angka penurunan stunting cukup signifikan.

Kata dokter Hasto, NTB punya gerakan di sekolah untuk mengimbau siswa-siswinya membawa telur, kemudian dilakukan gerakan sosial, membagikan telur hingga berbagai upaya lain dalam bentuk gotong-royong. 

Intervensi langsung dan inovasi tersendiri dari pemerintah setempat dalam menangani stunting di daerahnya kemudian berdampak positif pada penurunan angka stunting di kawasan tersebut.  

"NTB itu gotong royongnya luar biasa. Sebenarnya masih banyak dari daerah lain dengan inovasi untuk menangani kasus ini," tutupnya.

Rekomendasi