Klinik dan Puskesmas di Bandung Jadi Lokasi Uji Coba Vaksin Sinovac

| 22 Jul 2020 08:17
Klinik dan Puskesmas di Bandung Jadi Lokasi Uji Coba Vaksin Sinovac
Vaksin Sinovac (Dok. Sinovac)

ERA.id - Indonesia menerima Vaksin COVID-19 asal China untuk menjalani uji coba fase ketiga. Kota Bandung menjadi salah satu daerah yang menjadi tempat pengujian vaksin yang ditunggu-tunggu masyarakat dunia itu. Enam klinik dan puskesmas disiapkan sebagai tempat uji coba. 

Klinik Kesehatan Unpad menjadi salah satu lokasi pengujian vaksin merek Sinovac itu. Klinik lain yang dilibatkan adalah klinik di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung dan beberapa puskesmas.

Penanggung jawab penelitian paksin di Klinik Kesehatan Unpad, dr Yulia Sofiatin SPPD, bilang uji coba penyuntikan vaksin ini hasil kerja sama pabrik vaksin Sinovac, Cina, PT Biofarma, dan Fakultas Kedokteran Unpad. 

Yulia menjelaskan saat ini uji coba vaksin fase ketiga sedang menunggu izin dari Komite Etik Unpad. Proses perizinan di komite ini memerlukan waktu sekitar dua minggu. Saat ini komite sedang mengkaji, antara lain, soal keamanan uji coba bagi subjek penelitian. 

Setelah izin keluar, baru dilakukan uji coba termasuk menjaring sukarelawan yang mau berpartisipasi dalam penelitian vaksin di masa darurat pandemi COVID-19 ini.

Selama menunggu izin dari komite etik, tim Klinik Kesehatan Unpad sedang melakukan sejumlah persiapan, yakni pembentukan tim penelitian, persiapan tempat, pelatihan pelaporan uji klinik vaksin, dan lain-lain.

Tim penelitian ini terdiri dari tujuh orang yang dipimpin profesor Kusnandi Rusmil, dokter spesialis anak RSHS/FK Unpad yang berpengalaman dalam penelitian vaksin. Anggota tim lainnya ialah dokter spesialis penyakit dalam, dokter umum, perawat dan administrasi.

Yulia menyebutkan, uji coba ini akan melibatkan 1.600 sukarelawan. Setelah dilakukan penyuntikan kepada para sukarelawan, tim peneliti akan melakukan penilaian dalam kurun waktu 6 bulan. 

Menurutnya, penelitian fase tiga yang memakan waktu 6 bulan terbilang singkat mengingat uji coba ini dilakukan di masa darurat COVID-19. Waktu 6 bulan ini diperlukan untuk melihat kemampuan vaksin dalam jangka panjang.

Sebelumnya, vaksin tersebut sudah melalui fase dua. Dalam fase ini telah diuji kemampuan vaksin dalam jangka pendek. Hasil penelitian fase dua yang juga melibatkan subjek penelitian di Indonesia itu cukup menjanjikan dan terbukti aman sehingga bisa dilanjutkan ke fase tiga. 

Yulia bilang, dalam penelitian fase ketiga ini akan dilihat kemampuan vaksin dalam membangun sistem kekebalan tubuh terhadap virus SARS CoV 2 secara jangka panjang.

“Kan kalau kita lihat vaksin lain kayak BCG, TBC dia cukup sekali seumur hidup. Itu vaksin yang bagus gitu kan, sekali divaksin sudah, seumur hidup sudah bekerja. Ini kita belum tahu berapa lama si vaksin membentuk kekebalan. Jadi 6 bulan mah pendek sebetulnya. Karena kita sangat membutuhkan nih, ya lumayan kalau terbukti 6 bulan bermanfaat bisa mengamankan dulu sambil melanjutkan penelitian menemukan yang terbaik,” ungkap Yulia.

Setelah penelitian fase tiga, masih ada penelitian fase empat, yakni melibatkan peserta atau relawan yang lebih banyak lagi mencapai puluhan ribu sampai ratusan ribu. Pada fase ini vaksin sudah bisa disebarluaskan, namun masih dalam konteks penelitian.

Pada fase 4 vaksin belum bisa dipasarkan atau diperjualbelikan, walaupun peserta penelitiannya melibatkan massa yang besar. Namun Yulia belum bisa memastikan penelitian ini akan melalui fase empat atau tidak mengingat kondisi darurat. 

“Makanya vaksin bikinnya gampang tapi untuk membuktikan aman dan bermanfaat itu yang lama,” katanya.

Setelah fase keempat, vaksin akan diproduksi sendiri oleh PT Biofarma. Diperkirakan penelitian ini akan selesai pertengahan tahun 2021.

Tags : obat korona
Rekomendasi