Cerita Megawati dari Fatmawati Soal Aksi Menyelamatkan Pusaka Merah Putih dari Belanda

| 29 Aug 2020 14:04
Cerita Megawati dari Fatmawati Soal Aksi Menyelamatkan Pusaka Merah Putih dari Belanda
Megawati (Dok. Istimewa)

ERA.id - Presiden RI Kelima Megawati Soekarnoputri memberikan sebuah orasi kebangsaan di pembukaan studi doktoral Universitas Pertahanan (Unhan) Indonesia, berisi pesan tentang sejarah pada seluruh mahasiswa.

Megawati berbicara mengenai sejarah yang jarang diulas saat pemerintahan Indonesia ingin direbut kembali oleh Belanda bersama sekutu setelah proklamasi kemerdekaan, tepatnya Januari 1946 ketika Ibu Kota dipindahkan ke Yogyakarta.

"Ketika pemerintah akan pindah setelah proklamasi, pemerintahan akibat pada waktu itu Belanda berupaya untuk masuk kembali bersama dengan sekutu maka oleh Bung Karno dan Bung Hatta pemerintahan dipindah ke Yogyakarta," kata Megawati yang menyampaikan orasinya secara virtual, Sabtu (29/8/2020).

"Ini memang bukan sebuah hal yang dibuka atau terbuka," imbuh Megawati. 

Saat itu, diceritakan Megawati, Bendera Pusaka Merah Putih begitu dijaga. Sang Merah Putih dititip kepada Husein Mutahar yang menyelamatkan bendera sampai ke Yogyakarta.

"Ini yang menceritakan adalah Ibu saya sendiri, beliau mengatakan bahwa, 'tidak tahu bagaimana caranya Mutahar, tetapi bendera ini harus selamat sampai ke Yogya'. Ternyata itu bendera dipisah dan dibawa, alhamdulillah selamat ke Yogyakarta dan disatukan kembali," papar Megawati.

Dengan jejak sejarah itu, Megawati menegaskan penghormatan terhadap merah putih dalam setiap upacara harus dipahami generasi bangsa. Sebab kerap kali anak-anak muda saat ini, dalam melakukan hormat bendera saja, tidak serius melakukannya. Padahal penghormatan itu adalah sebagai penghargaan, sebuah komitmen menjaga bendera dengan sepenuh jiwa raga. 

"Itulah sebenarnya kalau di dalam topik yang harus saya katakan. Sebenarnya mengisi jiwa nasionalisme patriotisme kepada anak bangsa kita, bahwa bela negara adalah antara lain membela simbol-simbol kenegaraan yang ada," sebut Ketua Umum DPP PDI Perjuangan itu.

Lebih lanjut, Megawati juga memberi masukan agar kurikulum di Unhan memuat suatu studi yang mengajak mahasiswa berkunjung ke daerah-daerah untuk melihat realitas kehidupan masyarakat. Bahwa masih banyak masyarakat yang tidak berpendapatan cukup.

"Banyak loh anak negeri ini yang belum punya kesempatan untuk saling berkunjung. Tetapi Lemhanas, saya singgung sedikit, itu dibuat Bung Karno. Itukan sebetulnya pertemuan untuk calon calon pemimpin bangsa," ujar Megawati. 

Rekomendasi