Polemik Pancasila dan Minang, PDIP 'Pasang Badan' Demi Puan Maharani

| 04 Sep 2020 12:40
Polemik Pancasila dan Minang, PDIP 'Pasang Badan' Demi Puan Maharani
Puan Maharani (Dok. DPR RI)

ERA.id - Politikus PDI Perjuangan (PDIP) dari Sumatera Barat (Sumbar) Arteria Dahlan menyerukan kepada orang Minang untuk tidak terpancing upaya adu domba dipicu pernyataan Ketua DPP PDIP bidang politik Puan Maharani.

"Sebagai anak yang terlahir dari ayah ibu yang orang asli minang, maupun sebagai Wakil Ketua Umum DPP Ikatan Keluarga Minang se-Indonesia, saya sangat sedih dan prihatin, sekaligus berharap agar Orang Minang hendaklah dapat menahan Diri, jangan mau dipecah belah. Saya mohon kita semua dapat lebih arif dan bijaksana dalam menyikapi pernyataan Mbak Puan," kata Arteria dalam keterangannya, Jumat (4/9/2020).

Menurut Arteria, pernyataan Puan dalam acara pengumuman calon kepala daerah PDIP beberapa waktu lalu sama sekali tidak memiliki maksud untuk menyinggung perasaan warga masyarakat Minang. Baik yang berada di Sumbar maupun di tanah rantau. 

"Mbak Puan itu orang Minang, ayahnya Almarhum Pak Taufiq Kiemas, beliau itu Datuk. Yakni Datuk Basa Batuah, orang Batipuh, kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Bahkan ibunya, Ibu Megawati Soekarnoputri pun memiliki darah minang bergelar Puti Reno Nilam. Nenek beliau Ibu Fatmawati, anak dari seorang tokoh Muhammadiyah di Bengkulu," beber Arteria. 

"Kakeknya pun dalam perjuangan kemerdekaan, berjuang bersama-sama dengan Bung Hatta, M.Yamin, KH Agus Salim, M. Natsir, Ibu Hj. Rangkayo Rasuna Said, dan lain-lain, yang merupakan para tokoh-tokoh Minang kala itu," tambahnya. 

"Sampai sekarang pun Mbak Puan, masih kelihatan banget orang Minangnya dan kelihatan sekali bagaimana beliau konsisten meneruskan politik keberpihakannya terhadap orang Minang baik di kebijakan kepartaian maupun kebijakan di fraksi di DPR," tutur Arteria lagi.

Dilanjutkan oleh Arteria, ayah Puan, Taufiq Kiemas, selalu menunjukkan keberpihakannya dengan mencoba memasukkan banyak orang Minang di partai, eksekutif, maupun legislatif. Tokoh-tokoh Minang yang ada saat ini, termasuk yang berada di TNI-Polri, pun pastinya banyak dibantu oleh beliau. 

Dia lalu menyampaikan dirinya pribadi sebagai bukti keberpihakan Taufiq, Megawati, dan Puan terhadap anak-anak muda asal Minangkabau. Arteria mengaku berasal dari keluarga Masyumi, dimana neneknya ditangkap di era pemerintahan Bung Karno karena PRRI. 

"Tapi justru saya direkrut oleh Pak Taufiq, diberikan ruang dan kesempatan untuk berekspresi di partai hingga pada akhirnya diberikan kesempatan untuk menjadi calon anggota legislatif dan pd akhirnya menjadi Anggota DPR terpilih, sesuatu hal yg tidak mungkin rasanya kalau pakai hitungan kalkulator biasa," urainya. 

Di PDIP, Arteria mengaku pernah dipercaya menjadi Kepala Badan Bantuan Hukum PDIP se-Indonesia, suatu jabatan strategis yang diberikan kepada orang Minang. Di PDIP, banyak orang Minang yang diberi penugasan seperti Idham Samawi dan Evita Nursanti.

"Saya sangat sedih, prihatin sekaligus kecewa kalau Mbak Puan, anak yang dicintai Pak Taufiq, yang memang berdarah Minang dan sangat mewarisi pemikiran-pemikiran beliau, justru diperlakukan seperti ini. Dipaksa berjarak dan dicoba untuk dijauhkan dari masyarakat Minang hanya karena statement," kata Arteria. 

"Seandainya beliau (Taufiq Kiemas, red) masih hidup pun, pastinya beliau sedih sekali. Harusnya orang Minang, menjaga Mbak Puan, beliau aset dan sekaligus kebanggaan orang Minang. Harus kita jaga. Kan harusnya orang Minang bangga, khususnya perempuan Minang bangga, punya Ketua DPR pertama kalinya yang perempuan, dan perempuan Minang pula," pungkasnya. 

Untuk diketahui, Puan Maharani menyampaikan pernyataan dalam rapat internal partai, yang pesertanya adalah seluruh pengurus tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Pada rapat internal itu, kebetulan bersifat terbuka yang bisa diikuti secara virtual.

Saat mengumumkan calon gubernur usungan PDIP untuk Sumatera Barat, Puan menugaskan jajaran pengurus di sana, untuk mempertahankan nilai-nilai Pancasila. Terutama soal musyawarah dan mufakat yang berasal dari kearifan lokal masyarakat Minang. 

"Untuk Provinsi Sumatera Barat, rekomendasi diberikan kepada Ir. Mulyadi dan Drs. H. Ali Mukhni. Merdeka! Semoga Sumatera Barat menjadi provinsi yang memang mendukung negara Pancasila," begitu kata Puan saat itu.

Rekomendasi