ERA.id - Gubernur Papua, Lukas Enembe akan mengganti nama Bandara Sentani Jayapura menjadi Bandara Theis Eluay, seorang tokoh kharismatik Bumi Cenderawasih.
Rencana itu akan ia lakukan pada 20 Oktober 2020 mendatang. Soal diabadikannya nama Theis Eluay, adalah untuk menghormati salah satu tokoh tokoh masyarakat adat Sentani serta pemilik hak ulayat tanah di bandara tersebut.
“Kita akan meresmikan Bandara Sentani Jayapura, diubah menjadi Theis Eluay. Peresmiannya nanti pada 20 Oktober 2020 bersamaan dengan peresmian seluruh venue PON XX 2021,” terang Lukas.
Lukas juga memastikan bakal membuka data Orang Asli Papua (OAP) yang dikumpulkan oleh seluruh kabupaten dan kota.
Di mana jumlah OAP yang terdata sebanyak 2,3 juta lebih. Data tersebut, akan pula disampaikan kepada pemerintah pusat.
Selain itu, Lukas memastikan akan meresmikan perubahan nama Stadion Papua Bangkit menjadi Lukas Enembe.
“Saya akan datang untuk menghadiri peresmian seluruh venue PON yang telah rampung dikerjakan pihak ketiga, sekaligus perubahan nama Stadion Papua Bangkit, kemudian perubahan nama bandara Sentani”.
“Intinya ada sejumlah kegiatan yang dirangkaikan menjadi satu. Kita harap semua persiapan berjalan lancar, minta dukungan semua rakyat Papua,” tuntasnya.
Sekadar diketahui, Theis pernah ditemukan tewas mengenaskan setelah diculik tanggal 10 November 2001. Ia ditemukan sudah terbunuh di mobilnya di sekitar Jayapura.
Menurut penyidikan Jenderal I Made Mangku Pastika, yang juga memimpin penyidikan peristiwa Bom Bali 2002, ternyata pembunuhan dilakukan oleh anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Beberapa anggotanya, antara lain Letkol Hartomo, dipecat secara tidak terhormat. Dunia Internasional mengecam pembunuhan Eluay ini.
Eluay akhirnya dimakamkan di sebuah gelanggang olahraga di tempat kelahirannya Sentani pada sebuah tanah ada yang sudah diwakafkan oleh para tetua suku.
Pemakamannya dihadiri kurang lebih 10.000 orang Papua. Pada jalan raya antara Jayapura dan Sentani sebuah monumen kecil didirikan untuk mengenang pembunuhan ini.
Theis sendiri adalah mantan ketua Presidium Dewan Papua (PDP), yang didirikan oleh mantan presiden Indonesia Abdurrahman Wahid sebagai perwujudan daripada status otonomi istimewa yang diberikan kepada provinsi Papua.