ERA.id - Calon Wali Kota Makassar, Danny Pomanto, disindir Presiden Batu Putih Syndicate, Syamsul Bahri Sirajuddin. Kakak Ilham Arif Sirajuddin ini mengomentari jalannya Debat Publik Seri II Pilwalkot Makassar 2020 di Jakarta, Selasa (24/11) malam.
Kata pria yang akrab disapa Daeng Ancu ini, ada momen lucu dan menarik, tapi ironis selama debat. Ia heran dan tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan Danny Pomanto (DP).
Menurut Daeng Ancu, petahana itu sibuk menelaah dan mengkritisi program ketiga paslon yang menjadi rivalnya, tapi tidak bercermin dengan dirinya. DP bahkan beberapa kali menyerang langsung pribadi lawannya yang berujung teguran dari moderator.
Daeng Ancu mengungkapkan bersikap agresif dalam debat tidak salah, asalkan beretika dan memiliki data yang valid, termasuk punya pengalaman.
"Lucu dan ironis. Itu menggambarkan permorfa DP dalam debat semalam. Entah karena panik atau apa, dia sibuk menelaah dan mengkritik program lawan, tapi lupa misi atau programnya pada periode lalu lebih banyak yang gagal daripada berhasil," kata Daeng Ancu, Kamis (26/11/2020) dalam rilis yang diterima era.id.
Berdasarkan hasil penelusuran dari Batu Putih Syndicate, DP setidaknya punya puluhan program pada periode lalu tatkala menjabat Wali Kota Makassar. Ironisnya, 80 persen dari program itu gagal direalisasikan. Ini mengindikasikan bahwa DP gagal memimpin Kota Makassar.
Yang lebih parah, lanjut dia, DP malah membuat program baru dalam pemerintahan yang sebelumnya di luar janji saat kampanye. Salah satunya adalah F8 yang menyedot anggaran daerah yang cukup besar.
Daeng Ancu menganggap, kegiatan itu tidak berdampak langsung secara signifikan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
"Sekali lagi, itulah yang ironis, DP mengkritik program lawan tapi lupa kalau visi misi pada periode lalu yang tertuang dalam RPJMD banyak tidak terlaksana. Malah, dia kan bikin program baru yang tidak ada dalam rencana yakni F8," ungkap salah satu pembesar NasDem di Makassar ini.
Adapun sederet program DP yang gagal, antara lain yakni gendang dua dan sampah tukar beras yang mangkrak. Lalu, ada pete-pete smart yang tak kunjung beroperasi, halte kapsul yang mubazir dan tidak terpakai, pengadaan pohon ketapang yang malah bermasalah dengan hukum, serta rumah sakit Batua yang mangkrak.
Selanjutnya, ada juga kebun cabai, apartemen lorong, pelayanan publik langsung ke rumah, bebas bayar internet di ruang publik dan masih banyak lagi yang tidak kunjung terealisasi.
Daeng Ancu menyebut dengan sederet kegagalan tersebut, DP malah mengklaim berhasil memajukan Makassar. Ia bahkan memasang jargon 'Jangan Biarkan Makassar Mundur Lagi'. Padahal, Makassar maju pada era pemimpin sebelumnya dan mundur di tangan DP.
"Jargon itu bentuk arogansi DP yang tanpa disadarinya menyakiti banyak orang, termasuk masyarakat Makassar itu sendiri," tutup dia.