Uji Klinis Fase III Vaksin COVID-19, Bagaimana Efek Sampingnya?

| 29 Dec 2020 09:30
Uji Klinis Fase III Vaksin COVID-19, Bagaimana Efek Sampingnya?
Ilustrasi vaksin COVID-19 (Dok. Instagram biofarmaid)

ERA.id - Pemerintah masih mempersiapkan vaksin COVID-19. PT Bio Farma (Persero) memastikan seluruh persiapan vaksinasi dilakukan dengan mengutamakan aspek kehati-hatian dan keselamatan masyarakat. Selain itu, Bio Farma juga memastikan vaksin yang diproduksi akan terjamin aman dan terdistribusi tepat sasaran.

"Sekarang yang kita lakukan adalah periode monitoring. Di mana sampel darah dari masing-masing relawan akan dites untuk menentukan titer antibodi," ujar Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir melalui keterangan tertulis, Selasa (29/12/2020).

Nantinya, kata Honesti, hasil monitoring tersebut memakan waktu hingga tiga bulan. Setelah itu, pihaknya akan melaporkannya kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) supaya bisa segera mendapatkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA).

Honesti memastikan, hingga saat ini, tidak ada efek samping yang serius dari uji klinis fase III vaksin COVID-19 buatan Sinovac yang dikembangkan oleh Bio Farma di Bandung, Jawa Barat.

"Sampai saat ini tidak ada kejadian-kejadian yang serius yang akan membuat uji klinik tahap 3 terevaluasi ataupun dihentikan. Sehingga izin dari Badan POM bisa keluar dan kita nanti bisa segera berikan program vaksinasi kepada masyarakat luas," kata Honesti.

Selain mempersiapkan keamanan vaksin COVID-19, Bio Farma juga tengah mempersiapkan sistem distribusi vaksin ke seluruh Indonesia dengan mengembangkan sistem digitalisasi. Diharapkan, dengan cara tersebut, vaksin COVID-19 sampai ke masyarakat secara tepat.

"Mulai dari pengemasannya nanti, kita kembangkan dengan sistem track and trace. Kita akan memberikan semacam QR code, mulai dari kemasan yang primary, secondary, dan juga tertiary. Sehingga nanti vaksin ini benar-benar bisa kita pastikan akan diberikan kepada yang berhak untuk menerimanya," ujar Honesti.

Untuk menjaga mutu vaksin tersebut tetap baik, Bio Farma juga telah menyiapkan sistem pemantauan suhu pada kemasannya. Hal ini untuk memastikan bahwa selama proses distribusi, vaksin tersebut disimpan pada suhu yang standar, yakni dua sampai delapan derajat celcius.

"Jadi, nanti kalau seandainya, ada kejadian luar biasa, di mana penyimpanannya itu di luar dua dan delapan derajat celcius, itu akan segera diberikan notifikasinya, dan kita bisa lacak nanti lokasinya ada di mana," papar Honesti.

"Sehingga nanti kita akan lihat, kalau memang masih sesuai dengan standar vaksinnya akan tetap kita berikan. Tapi, kalau seandainya di luar standar nanti akan ditarik, dan kita ganti dengan vaksin yang baru," imbuhnya.

Selain itu, kata Honesti, semua distribusi rantai dingin juga akan dilengkapi dengan GPS untuk menentukan bahwa vaksin itu nanti akan sampai di daerah tujuannya.

Dalam persiapan distribusi ini Bio Farma bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Telkom Indonesia yang sudah mengembangkan sistem integrasi satu data. Honesti menjelaskan, di masing-masing vial vaksin itu sudah ada kode tertentu seperti vaksin ID dan customer ID yang disesuaikan dengan data KTP ataupun data yang ada di Dukcapil.

"Jadi, memang menurut kami, distribusi juga suatu hal yang sangat vital dalam proses vaksinasi ini untuk memberikan jaminan, bahwa mereka mendapatkan vaksin yang bagus," tegasnya.

Seperti diketahui, pemerintah telah mendatangkan 1,2 juta dosis vaksin COVID-19 buatan Sinovac pada awal Desember 2020. Rencananya, akan ada 1,8 juta dosis lagi yang akan tiba pada bulan Januari 2021.

Namun, hingga saat ini vaksin tersebut belum mendapatkan EUA dari BPOM untuk diedarkan ke masyarakat. Adapun pemerintah telah menetapkan bahwa seluruh vaksin COVID-19 yang dibeli akan diberikan secara gratis bagi seluruh masyarakat.

Rekomendasi