ERA.id - Pesawat yang diterjunkan TNI Angkatan Udara (AU) menemukan visual dugaan tumpahan minyak di lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya SJ 182 rute Jakarta-Pontianak di perairan Kepulauan Seribu.
"Kita bisa melihat adanya anomali perubahan atau kontras warna permukaaan laut. Saya berasumsi, bahwa itu adalah tumpahan minyak. Kira-kira itu tumpahan minyak bahan bakar pesawat," ujar Asisten Operasi (Asops) Kasau Marsekal Muda TNI Henri Afiandi di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Minggu (10/2/2021).
Henri mengatakan, lokasi dugaan tumpahan minyak itu berada di selatan Pulau Laki, Kepulauan Seribu, tepatnya di titik koordinat 0555 23 Lintang Selatan dan 1063605 Bujur Timur.
Dia mengatakan, pihaknya langsung mengoordinasikan temuan dugaan tumpahan minyak tersebut ke posko KRI Parang. Dia optimis tim yang berada di permukaan air laut akan segera bisa menemukan titik terang perihal lokasi jatuhnya bangkai utama diduga pesawat Sriwijaya Air SJ 182.
"Yakin sekali. Karena kelihatan sekali anomali air," kata Henri
"Kita doakan bersama black box sudah bisa ditemukan dengan cepat dan bisa segera menemukan titiknya. Hingga evakuasi korban dapat segera ditemukan," imbuhnya.
Lebih lanjut, Henri mengatakan, berdasarkan pantauan pihaknya dari udara, mereka belum menemukan material berukuran besar yang diduga bagian dari badan pesawat Sriwijaya Air SJ 182.
Namun, pihaknya sempat mencurigai material-material kecil yang diduga serpihan-serpihan pesawat Sriwijaya. Meski demikian, dia tak yakin serpihan itu sampah biasa atau material pesawat.
"Adanya sebaran, banyak sekali material. Bisa saja sampah itu (dalam tanda kutip), apakah sampah laut atau bagian dari itu," kata dia.
TNI Angkatan Udara ikut membantu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan tim Search and Rescue (SAR) untuk mencari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak yang jatuh di sekitar perairan Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepualauan Seribu pada 9 Januari 2020.
Empat pesawat tersebut adalah Fix Wing Boeing 737 Intai Maritim Skadron Udta 5 Lanud Sultan Hasanudin Makassar, CN 295 Skadron Udara 2 Lanud Halim Perdanakusuma, Helikopter SUper Puma NAS 332 dari SKadron Udara 6, dan EC 725 Caracal Skadron Udara 8 Lanud Atang Sendjaja Bogor.