Fakta Terbaru Jatuhnya Sriwijaya Air Terungkap: Cuaca Sempat Buruk hingga Pesawat Berbelok Kiri

| 03 Feb 2021 19:55
Fakta Terbaru Jatuhnya Sriwijaya Air Terungkap: Cuaca Sempat Buruk hingga Pesawat Berbelok Kiri
Ilustrasi (Foto: wired.com)

ERA.id - Sejumlah fakta baru mulai terungkap pasca-insiden jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 di Perairan Kepulauan Seribu, beberapa waktu lalu. Salah satunya terkait kondisi cuaca yang memburuk.

Berikut beberapa fakta terbaru terkait jatuhnya pesawat Sriwijaya Air, yang berhasil dirangkum ERA.id, Rabu (3/2/2021).

Cuaca sempat memburuk

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan kondisi cuaca pada saat kejadian pesawat Sriwijaya Air SJ 182 berdasarkan observasi di Bandara Soekarno-Hatta sempat memburuk pada pukul 13.31 WIB.

"Di situ kita lihat warna kuning. Hingga menyebabkan pesawat melakukan hold boarding," dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi V DPR di Jakarta, Rabu (3/2/2021).

Kemudian, lanjut dia, pada pukul 14.36 kondisi cuaca sudah mulai membaik, sehingga pesawat oleh pengatur lalu lintas udara (ATC) diizinkan untuk tinggal landas. Namun, empat menit berselang pesawat hilang kontak.

Dwikorita menuturkan pihaknya telah memperkirakan akan terjadi hujan disertai petir antara pukul 13.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB dengan tinggi awan cumulonimbus sekitar 1.800 kaki dan lebih dari 80 persen bandara akan tertutup awan pada ketinggian 1.600 kaki yang terjadi di wilayah Bandara Soekarno-Hatta.

Pesawat sempat berbelok ke kiri

Direktur Utama Airnav Indonesia M Pramintohadi Sukarno mengatakan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 sempat berbelok ke kiri sejauh 075 derajat untuk menghindari cuaca.

"Pada 14.38, SJ 182 meminta arah 075 derajat kepada ATC (Air Traffic Controller) dengan alasan cuaca, dan diizinkan untuk diinstruksikan naik ke ketinggian ke 11.000 kaki," katanya.

Kemudian, lanjut Pramintohadi, di ketinggian 11.000 tersebut terdapat pesawat AirAsia menuju rute sama ke Pontianak.

“Saat diizinkan oleh ATC diinstruksikan naik ke ketinggian 11.000 kaki, ini memang dijawab pilot clear. Karena pada ketinggian sama ada pesawat sama yang akan terbang juga ke Pontianak, yaitu AirAsia, saat ketinggian 10.600 kaki, diinstruksikan oleh ATC naik ke 13.000 kaki dan masih direspons baik oleh Sriwijaya SJ 182,” katanya.

Ilustrasi Sriwijaya Air. (Foto: Commons Wikimedia)

Ia menuturkan selama proses komunikasi dengan ATC sejak 14.36 WIB hingga 14.29 WIB tidak ada laporan kondisi pesawat tidak normal. "Semua berlangsung dengan normal," ujarnya.

Namun, pada pukul 14.39, lanjut dia, SJ 182 terpantau di layar radar ATC berbelok ke kiri arah Barat laut, seharusnya ke arah kanan 075 derajat.

Pada 14.40, ATC melakukan konfirmasi arah, namun tidak ada respons dan target hilang dari layar radar.

CVR SJ 182 belum ditemukan

Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono mengatakan saat ini pihaknya masih mencari memori kotak hitam Cockpit Voice Recorder (CVR) pesawat Sriwijaya Air SJ 182 secara manual setelah dihentikannya operasi SAR pencarian pada 21 Januari lalu.

“Pencarian memori CVR dilanjutkan tanpa bantuan underwater location beacon, jadi kami meraba-raba di dasar laut. Ini kesulitan sendiri yang kita hadapi,” kata Soerjanto dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi V DPR di Jakarta, Rabu.

Soerjanto mengatakan pencarian CVR masih berlanjut guna kepentingan investigasi di mana CVR sendiri memiliki peranan penting dalam merekam empat kanal suara dalam pesawat, yaitu suara dari mikrofon pilot, suara dari mikrofon co-pilot, suara dari ruang kemudi, kanal cadangan (interphone ruang kemudi dan kabin).

Sriwijaya Air tak alami "full stall"

Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono membantah bahwa pesawat Sriwijaya Air SJ mengalami “full stall” seperti yang ramai diperbincangkan oleh di media sosial, terutama Youtube.

“Ada dua media sosial yang mengatakan ada kejanggalan pada pukul 7.40 UTC (14.40 WIB) pesawat Boeing 737 dengan kecepatan 115 knot secara teoretikal itu sudah ‘stall’ jadi ‘moment of truth’ pesawat ini sudah ‘stall’. Hal ini tidak benar,” kata Soerjanto.

Selain itu, pernyataan lain di media sosial menyebutkan bahwa berdasarkan “ground speed” 115 knots ini indikasi keras bahwa pesawat terkena full stall dan akan sulit di-recover dengan ketinggian seperti itu.

Soerjanto menjelaskan data kotak hitam Flight Data Recorder (FDR) menunjukkan sejak ketinggian berkurang, kecepatan pesawat bertambah, sedangkan kecepatan 115 knots di data flightradar.24 merupakan ground speed.

Puing-puing Sriwijaya Air yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu. (Foto: Antara)

Temuan awal, dia menuturkan, menunjukkan puing pesawat tipe Boeing 737-500 tersebar di lebar 80 meter, panjang 110 meter kedalaman 16-23 meter di mana beberapa bagian mewakili seluruh bagian di depan hingga belakang.

“Pesawat ini tidak mengalami ledakan sebelum membentur air. Pesawat secara utuh membentur air, tidak ada pecah di udara,” ujarnya.

Selain itu, lanjut dia, mesin di turbin masih dalam keadaan hidup, kondisinya rontok ada indikasi masih berputar ketika membentur air.

KNKT telah mengunduh data kotak hitam “Flight Data Recorder” pesawat Sriwijaya Air SJ 182 sejak ditemukan pada 13 Januari 2021. Terdapat 370 parameter dan semua dalam kondisi baik.

Rekomendasi