Milenial Jadi 'Kunci' Pemanfaatan Teknologi di Tengah Bonus Demografi Indonesia

| 13 Mar 2021 18:30
Milenial Jadi 'Kunci' Pemanfaatan Teknologi di Tengah Bonus Demografi Indonesia
Ilustrasi penggunaan teknologi (Pixabay)

ERA.id - Komisinoner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Yuliandre Darwis menilai butuh ekosistem yang kuat dan terukur untuk dapat menggunakan teknologi secara tepat. Sebab bila teknologi tidak digunakan secara tepat maka pembangunan infrastrukturnya akan menjadi sia-sia. 

"Kalau melihat data hari ini semua teknologi infrastruktur tidak ada yang tidak bagus, semuanya bagus. Generasi milenial adalah sumber daya manusia dengan potensi yang luar biasa yang sangat diperlukan pada masa ini," katanya dalam sebuah diskusi virtual, dikutip Sabtu (13/3/2021).

Ketua Dewan Pakar Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) ini mengutip penelitian dari peneliti Ericsson ConsumerLab yang menyebutkan produk teknologi mengikuti gaya hidup milenial. Misalnya, orang-orang millenial tidak bisa lepas dengan Youtube, Facebook, Spotify, Instagram, Tiktok dan sebagainya ini menjadi sesuatu fakta hari ini.

"Data menyebutkan ada 20 persen generasi milenial yang senang berbagi kata sandi berpotensi mengorbankan keamanan daring mereka, karena terlalu terbuka, tanpa percaya ada yang namanya merusak sistem cyber mereka," katanya.

Menurutnya persoalan perlindungan data pribadi hingga perilaku dalam berinternet akan menjadi sebuah hal yang dapat menjadi kelemahan bagi milenial. 

Pada kesempatan yang sama, Dekan Fisip Universitas Padjadjaran Widya Setiabudi Sumadinata menyebutkan bonus demografi Indonesia diperkirakan akan terjadi pada tahun 2020-2030. Saat itu jumlah penduduk yang memasuki usia produktif diperkirakan 70 persen dibandingkan jumlah penduduk yang ada. 

"Dibandingkan dengan negara yang lain Indonesia di 2036 puncaknya, lalu Cina di tahun 2016 puncaknya sudah lewat, lalu Brazil di tahun 2032 dan India di tahun 2052 ini dibandingkan dengan negara-negara lainnya, prosesnya Jepang itu dari mulai dari tahun 1964-2004 itu memakan waktu 40 tahun," katanya.

Menurutnya, bonus demografi seperti 'pisau bermata dua'. Di satu sisi dapat menjadi potensi, tapi di sisi lain dapat menjadi beban karena angkatan kerja menjadi melimpah.

"Angkatan kerja yang berlimpah harus diiringi agar kualitas sumber daya manusianya bagus, kesehatannya bagus, pendidikannya bagus, harus diimbangi dengan lapangan pekerjaan yang harus disediakan, lalu dengan jumlah anak yang sedikit akan memungkinkan memasuki pasar kerja lebih banyak," katanya.

Ia menyebutkan bonus demografi pertama di Indonesia dimulai 2017-2019, kedua sekarang ya 2020-2035 dan puncaknya 2028-2032 puncaknya. Maka yang akan menjadi pemain utama pada saat Indonesia mencapai puncak bonus demografi itu adalah mereka yang lahirnya antara tahun 1980 -1995.

"Mereka ini adalah generasi millenials atau generasi Y, generasi ini yang akan menjadi motor bagaimana bonus demografi itu menjadi hikmah atau menjadi beban," katanya.

Ia menilai perlu dioptimalkan bagaimana generasi millenials agar tepat berperilakunya ketika mereka tiba pada masa bonus demografi tersebut. Lalu harus menyesuaikan arah pembangunan diri ini sesuai dengan karakter generasi millenials dan generasi Z.

"Artinya mengenali karakter dari tiap-tiap generasi ini penting, agar pada masa bonus demografi masuk maka sudah siapkan generasi itu," katanya.

Rekomendasi