Singgung ada Pihak yang Anti Hilirisasi, Gibran: Saya Bingung Mereka Berpihak ke Bangsa Mana

| 28 Jan 2024 07:00
Singgung ada Pihak yang Anti Hilirisasi, Gibran: Saya Bingung Mereka Berpihak ke Bangsa Mana
Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut dua, Gibran Rakabuming Raka (Dok. Era.id/Gie)

ERA.id - Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut dua, Gibran Rakabuming Raka menyindir pihak-pihak yang mengkritik program hilirisasi industri. Dia lantas mempertanyakan mereka yang anti hilirisasi itu berpihak pada Indonesia atau bangsa lain.

Hal itu disampaikan dalam pidatonya saat menghadiri acara relawan bertajuk 'Suara Muda Indonesia' di JCC, Jakarta, Sabtu (27/1/2024).

"Jika ada anak bangsa yang anti hilirisasi, terus terang saya jadi bingung untuk bangsa mana dia berpihak," ucap Gibran.

Dia lantas menjelaskan, hilirisasi merupakan salah satu kunci yang dapat memajukan Indonesia supaya bisa bersaing di kancah internasional.

Menurutnya, Indonesia tidak boleh lagi sekedar menjadi bangsa yang pasrah dan menjadi penonton dari kemajuan dunia. Melainkan harus berdaulat.

"Hilirisasi ini sangat penting untuk kita pahami bersama. Kita mengolah bahan mentah menjadi barang jadi yang bernilai ekonomi tinggi," kata Gibran.

Wali Kota Solo itu juga menambahkan, dengan hilirisasi industri di berbagai sektor, maka peluang untuk menyejahterakan rakyat pun samakin terbuka luas.

"Hilirisasi membuka peluang yang sangat besar dan luas, dari hulu ke hilir untuk rakyat Indonesia. Hilirisasi akan memperkuat siklus dan rantai ekonomi baru," tegasnya.

Hilirisasi, menurutnya juga dapat menciptakan 19 juta lapangan kerja baru. Sehingga, banyak sumber daya manusia di Indonesia yang bisa terserap sebagai tenaga kerja, khususnya bagi generasi muda.

"Ini adalah peluang yang sangat luar biasa. Khususnya untuk generasi milenial, generasi Z, kaum perempuan dan juga kawan-kawan disabilitas," ucapnya.

Namun, peluang ini bisa diwujudkan jika bangsa Indonesia bisa memanfaatkan bonus demografi sebaik mungkin.

"Maka dari itu hilirisasi akan berhasil jika kita sebagai manusia Indonesia mau terus mengasah skill. Surpuls SDM dengan usia produktif seperti ini adalah berkah besar bagi bangsa kita yang disebut bonus demografi, dengan puncak pada tahun 2030 dan selesai pada tahun 2045," pungkasnya.

Rekomendasi