ERA.id - Anggota Komisi VI DPR RI, Deddy Yevri Sitorus menyoroti kelangkaan gas LPG di wilayah perbatasan Krayan, Kalimantan Utara. Hal itu disampaikan saat rapat kerja Komisi VII dengan Menteri ESDM Arifin Tasrif, Senin (22/3/2021).
Deddy mengatakan sejak pandemi COVID-19 di Indonesia, Malaysia akhirnya menutup perbatasan tersebut dan membuat kelangkaan serta melonjaknya harga kebutuhan pokok masyarakat wilayah Krayan. Salah satunya tabung gas LPG 12 Kilogram.
"Kemarin pada Februari lalu saya mendapat informasi jika harga gas LPG 12 Kilogram bisa mencapai Rp1.400.000, ini sudah berjalan hampir satu tahun dan sangat memberatkan masyarakat hingga banyak yang kembali menggunakan kayu bakar," ujarnya.
Untuk diketahui, dataran tinggi Krayan terdiri dari lima kecamatan yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Daerah itu terisolir sebab tidak ada jalan darat dan laut atau sungai, sehingga kebutuhan pokok masyarakat di wilayah itu dipenuhi oleh negara tetangga.
Deddy menyebut sempat mengomunikasikan permasalahan tersebut kepada Dirut Pertamina. Ia meminta agar wilayah tersebut mendapat perhatian lebih. Setelahnya Pertamina langsung mengirimkan tabung gas LPG menggunakan pesawat.
"Pertamina lalu mengontrak Pelita Air Service untuk mengirimkan gas LPG secara rutin ke Krayan, dimulai pada 9 Maret 2021. Pertamina berkomitmen mengirimkan 1.000 tabung LPG 12 kilogram non subsidi (NPSO) per bulan, dengan total biaya pengiriman mencapai Rp10 miliar hingga Desember 2021," tambahnya.
Adapun harga jual yang ditetapkan adalah sebesar Rp400.000 untuk tabung baru 12 kilogram dengan harga isi ulang tidak lebih dari Rp200.000 per 12 kilogram.
"Ini harga yang sama dengan harga di daerah lain dan bahkan lebih murah dari harga di Malaysia yang mencapai Rp1.000.000 untuk tabung baru dan mencapai Rp400.000 untuk isi ulang," ujar Deddy.
Deddy juga berharap Kementrian Perdagangan dan Kementrian Sosial turun tangan membantu meringankan beban warga di daerah perbatasan. Tidak hanya di Krayan, tetapi wilayah lain di perbatasan seperti wilayah Nawang Kabupaten Malinau dan Lumbis Kabupaten Nunukan yang selama ini bergantung pada pasokan dari negri jiran.