ERA.id - Libur Lebaran 2021 telah usai, namun pandemi COVID-19 belum menunjukkan tanda-tanda akan menghilang. Hal ini menimbulkan sederet catatan dari Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19.
Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmita mengatakan, salah satu dampak yang ditimbulkan saat libur Lebaran tahun ini adalah menurunnya jumlah testing pada pekan kedua Mei 2021. Padahal, selama sembilan pekan sebelumnya, kemampuan testing di Indonesia berada di atas standar World Health Organization (WHO).
"Sangat disayangkan pada minggu ke dua Mei kemarin, setelah sembilan minggu berturut selalu di atas standar WHO, jumlah testing kembali rendah yaitu hanya memenuhi 75,37 persen dari target WHO," ujar Wiku seperti dikutip dari kanal YouTube BNPB, Jumat (21/5/2021).
Menurut Wiku, penurunan testing ini akibat dari tidak maksimalnya operasional laboratorium selama libur Lebaran 2021.
"Hal ini dapat terjadi karena periode libur Idulfitri pada minggu lalu yang mempengaruhi operasional laboratorium. Sehingga jumlah orang yang diperiksa menurun," katanya.
Oleh karena itu, Wiku mengimbau kepada seluruh pemerintah daerah untuk kembali meningkatkan testing dan pemeriksaan laboratorium. Dia juga meminta Pemda memiliki fasilitas dan SDM cukup untuk melakukan testing.
"Mohon agar segera diselesaikan apabila ada kendala atau membutuhkan bantuan," kata Wiku.
Lebih lanjut, Wiku juga menyampaikan telah terjadi penurunan zona merah COVID-19. Selama periode libur Lebaran, jumlah kabupaten kota yang masuk dalam zona merah hanya ada tujuh dari yang sebelumnya sebanyak 12 kabupaten/kota.
Penurunan juga terjadi di kawasan zona oranye dari yang sebelumnya 324 kabupaten/kota menjadi 321 kabupaten kota. Pengurangan itu diiringi bertambahnya daerah yang masuk zona kuning dari 169 menjadi 177 kabupaten/kota. Sedangkan untuk zona hijau, tetap bertahan pada delapan kabupaten/kota yang tidak memiliki kasus baru.
"Saya apresiasi bahwa di minggu ini terdapat 37 kabupaten/kota yang berpindah dari zona oranye ke zona kuning," kata Wiku.
Meski terjadi penurunan zona risiko COVID-19 tinggi ke zona risiko yang lebih rendah, Wiku memperingatkan bahwa dampak dari libur Lebaran 2021 belum diketahui dan baru akan terlihat dua hingga tiga pekan ke depan.
Karenanya, dia mengimbau agar seluruh daerah meningkatkan penanganan COVID-19 di wilayahnya masing-masing. Misalnya, seperti meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan, memperketat protokol kesehatan, memaksimalkan screening dan testing terutama pada warga yang baru pulang bepergian, dan mewajibkan karantina mandiri 5x24 jam bagi warga yang baru kembali dari bepergian atau mudik.
"Kesiagaan menghadapi apapun yang terjadi ke depannya merupakan kunci dalam merespon perubahan secara cepat sehingga kondisi apapun tetap dapat dikendalikan. Utamanya dalam beberapa minggu ke depan sebagai antispasi dampak dari libur Idulfitri," pungkasnya.