ERA.id - Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri secara khusus mengucapkan terima kasih kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim. Hal itu disampaikan Megawati aat mengawali orasi ilmiah pengukuhan gelar profesor kehormatan (Guru Besar Tidak Tetap) Ilmu Pertahanan bidang Kepemimpinan Strategik dari Universitas Pertahanan (Unhan) RI, Jumat (11/6/2021).
"Saya mengucapkan terima kasih kepada Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI Bapak Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A., dan juga kepada Menteri Pertahanan RI Letnan Jenderal TNI Purnawirawan Prabowo Subianto Djojohadikusumo atas kepercayaan yang diberikan kepada saya," kata Megawati.
Adapun Nadiem yang mendengar namanya disebut hanya mengatupkan tangan sambil mengangguk. Sedangkan Prabowo langsung berdiri dan mengambil sikap sempurna.
Orasi ilmiah tersebut dilaksanakan di Unhan RI, Sentul, Bogor, Jawa Barat. Ketua Umum PDI Perjuangan itu mengatakan, gelar ini diterimanya dengan penuh rasa tanggung jawab sebagai upaya mengabdi kepada bangsa dan negara.
"Pemberian gelar Profesor Kehormatan, Guru Besar tidak Tetap, dari Universitas Pertahanan ini saya terima dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab bagi pengabdian kepada bangsa dan negara Indonesia, terutama di dalam memperkuat tradisi intelektual di dalam seluruh aspek kehidupan," kata Megawati.
Dalam orasi ilmiahnya, Megawati menyinggung mengenai kepemimpinan Strategik. Menurutnya, kepemimpinan strategik setidaknya dihadapkan pada tiga perubahan besar yang mendisrupsi kehidupan manusia.
Pertama adalah perubahan pada tataran kosmik sebagai bauran kemajuan luar biasa ilmu fisika, biologi, matematika, dan kimia. Hal ini memunculkan teknologi baru yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya seperti rekayasa atomik.
Kedua, revolusi di bidang genetika, yang bisa mengubah keseluruhan landscape tentang kehidupan ke arah yang tidak bisa dibayangkan dampaknya, manakala perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut dijauhkan dari nilai kemanusiaan.
Ketiga adalah kemajuan di bidang teknologi realitas virtual. Di mana seseorang dapat menikmati pengembaraan ke seluruh pelosok dunia bahkan ke luar angkasa tanpa meninggalkan rumahnya sama sekali.
Megawati mengatakan ketiga perubahan di atas, hadir dalam realitas dunia yang masih diwarnai berbagai bentuk ketidakadilan akibat praktek "penjajahan gaya baru". Namun tetap pada esensi yang sama, yakni perang hegemoni, perebutan sumber daya alam, dan perebutan pasar, diikuti daya rusak lingkungan yang semakin besar.
"Hubungan antar negara dalam perspektif geopolitik, juga menunjukkan pertarungan kepentingan yang sama. Bahkan kini semakin meluas. Atas nama perang hegemoni lingkungan dikorbankan. Perubahan teknologi dalam ketiga aspek tersebut justru memperparah eksploitasi terhadap alam," bebernya.
"Global Warming berdampak pada kenaikan muka air laut. Perubahan iklim secara ekstrem juga menciptakan bencana lingkungan yang sangat dahsyat. Di sinilah kepemimpinan strategik harus memahami aspek geopolitik tersebut, guna memperjuangkan bumi sebagai rumah bersama seluruh umat manusia," urainya lagi.