ERA.id - Sekjen Perkumpulan Organisasi Perusahaan Alat-Alat Kesehatan dan Laboratorium Indonesia (Gakeslab Indonesia) Randy Teguh mengungkapkan, banyak importir alat-alat kesehatan yang tak berpengalaman bermunculan sejak pandemi Covid-19 melanda dunia.
Hal itu diketahui setelah berdiskusi dengan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dan asosiasi laboratorium dan klinik.
Randy menilai, menjamurnya pengusaha alkes dadakan ini lantaran tergiur untung dari bisnis di bidang kesehatan dengan memanfaatkan momentum pandemi.
"Saat ini di masa pandemi, banyak pengusaha baru dadakan. Karena mungkin harus survive dan tergiur jasa alat kesehatan, jadi banyak klinik-klinik baru," kata Randy dalam diskusi daring, Sabtu (30/10/2021).
Menurutnya, tak sedikit klinik-klinik non kesehatan, seperti klinik kecantikan, berlomba-lomba menyediakan layanan kesehatan. Saah satunya yaitu layanan pemeriksaan real time polymerase chain reaction (RT-PCR).
Sedangkan klinik seperti itu, diragukan kemampuannya untuk melakukan pemeriksaan tes Covid-19 karena dinilai tidak berpengalaman.
"Yang tadinya hanya klinik salon kecantikan, jadi (ada layanan) tes PCR, yang sebenarnya jangan-jangan kemampuannya tidak mumpuni. Ini harus hati-hati," kata Randy.
Selain itu, selama masa pandemi Covid-19 juga bermunculkan importir-importir alat kesehatan yang tak memenuhi standar. Padahal, untuk menjadi importir alat kesehatan, harus memiliki sejumlah syarat seperti izin produk dan nomor izin edar.
Randy mengungkapkan, hal ini terjadi akibat relaksasi dari pemerintah, namun kebabalasan. Sehingga importir-importir tersebut tidak tersaring dengan baik.
"Jadi ini karena ada sedikit relaksasi. Tapi saya melihatnya ini kebablasan, betul-betul dibuka. Banyak sekali perusahan yang tadinya industrinya itu pertambangan, mineral, dan batu bara, otomotif, jadi importir alkes," kata Randy.
Lebih lanjut, Randy juga mengungkapkan, data dari Kementerian Kesehatan terdapat sekitar 4.000 perusahaan yang diberi izin menjadi penyalur alat kesehatan selama masa pandemi Covid-19.
Padahal, jumlah anggota Gakeslab Indonesia hanya sekitar 1.000 perusahaan penyalur alat kesehatan dan alat-alat laboratorium.
"Kalau anggota kami saat ini hampir 1.000. Tapi kalau lihat data di Kementerian Kesehatan yang mengeluarkan izin untuk menjadi penyalur alat kesehatan, ada sekitar 4.000," ucap Randy.