Cegah Stunting, BKKBN Imbau Pasangan yang Kurang Sehat untuk Tunda Kehamilan

| 14 Dec 2021 13:15
Cegah Stunting, BKKBN Imbau Pasangan yang Kurang Sehat untuk Tunda Kehamilan
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo (Antara)

ERA.id - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengimbau kepada para pasangan yang kurang sehat untuk menunda rencana kehamilan. Hal ini demi mencegah bertambahkan angka stunting di Indonesia.

Hasto juga meminta kepada calon pengantin untuk mendaftarkan diri ke KUA tiga bulan sebelum menikah.

Sehingga BKKBN dan Kementerian Agama bisa melihat data-data dari calon pengantin tersebut apakah memang sudah sehat dan memenuhi syarat kesehatannya.

"Apakah tidak ada yang namanya kurang darah dan sebagainya. Bagi calon pengantin yang ingin melaksanakan pernikahan kalau memang belum sehat, tetap melaksanakan akad nikah tetapi jika dideteksi ternyata kurang sehat, maka diharapkan ditunda dulu kehamilannya.

Harapannya begitu hamil dan melahirkan diharapkan anaknya sehat," kata Hasto dalam acara Forum Nasional Stunting 2021 yang disiarkan di kanal YouTube BKKBN Official, Selasa (14/12/2021).

Menurutnya, banyak perempuan yang tidak menyadari bahwa sedang mengandung setelah lewat tiga bulan.

Padahal, masa kritis adalah saat janin usia sebelum 56 hari atau sekitar delapan minggu.

Pada fase itu menentukan sukses tidaknya organ (organogenesis) janin tumbuh sehingga bakat bibir sumbing, cacat atau stunting bisa mulai terlihat.

Selain itu, Hasto juga meminta peran aktif laki-laki untuk memulai membiasakan hidup sehat. Sehingga dapat menghasilkan sperma yang berkulitas.

"Laki-laki juga jangan sampai tidak mengambil peran, dengan membiasakan hidup sehat 75 hari sebelum konsepsi (pertemuan sel telur dan sperma) dengan mengurangi atau berhenti merokok. Karena sperma berkualitas yang dibutuhkan untuk membuahi sel telur sudah terbentuk pada rentang waktu tersebut," kata Hasto.

Dia menjelaskan, stunting merupakan hasil dari buruknya status nutrisi anak sejak dari dalam kandungan, sejak awal kehidupan, sejak ketemunya sperma dan telur awal konsepsi.

Anak dengan stunting tidang mengalami pertumbuhan atau perkembangan maksimal sebagaimana di usia mereka.

Sehingga tidak hanya fisik yang tidak bisa mencapai optimal, tetapi juga kemampuan intelektualnya akan di bawah rata-rata dan menyebabkan anak sulit bersaing.

Untuk mendukung agenda ini, BKKBN telah  membentuk Tim Pendamping Keluarga (TPK). TPK juga merupakan bagian dari strategi BKKBN untuk mencapai target penurunan stunting hingga 14 persen di 2024.

"Jadi stunting itu dimulai dari keluarga, pendekatan melalui keluarga dimana tim pendamping keluarga itu ada 3 unsur yaitu dari Kesehatan atau Bidan, Tim Penggerak PKK dan Kader-kader yang ada di daerah," paparnya.

BKKBN juga meluncurkan program Mahasiswa Peduli Stunting atau disebut Mahasiswa Penting. Program ini merupakan bentuk pendampingan kepada keluarga berisiko stunting.

Hasto menekankan, stunting ini masalah menuju Indonesia emas 2045. Maka dari itu, pihaknya menggandeng mahasiswa agar mereka ikut memberikan edukasi, terutama kepada calon pengantin, ibu hamil berisiko, dan ibu menyusui

"Kualitas sumber daya manusia (SDM) ditentukan dari 1000 hari pertama sejak kehamilan, meskipun tinggal ditempat tidak layak, tidak boleh ada stunting. Program Mahasiswa Penting akan digaungkan hingga ke seluruh perguruan tinggi, jangkauannya pun akan secara luas menyentuh masyarakat hingga pelosok tanah air," pungkasnya.

Rekomendasi