ERA.id - Lembaga survei Charta Politika merilis hasil survei terbaru mengenai pilihan presiden dari para pemilih partai politik apabila Pilpres berlangsung saat ini.
Hasilnya, pemilih PDI Perjuangan masih terpecah antara memilih Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Sementara Ketua DPR RI yang juga Ketua DPP PDIP Puan Maharani justru kurang dipilih.
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya memaparkan, sebanyak 59,9 persen pemilih PDIP memilih Ganjar Pranowo sebagai presiden. Sedangkan sebanyak 16,1 persen memilih Prabowo sebagai presiden.
"PDIP ini menarik. Bisa dikatakan mayoritas 59,9 persen dari pemilih PDIP itu menyatakan memilih mas Ganjar Pranowo, dan 16,1 persen (memilih) mas Prabowo," kata Yunarto dalam rilis survei Charta Politika secara daring, Senin (20/12/2021).
Menurut Yunarto, hasil survei tersebut justru menjadi tugas berat bagi Puan Maharani yang merupakan elite PDIP untuk bisa merebut suara pemilih PDIP. Dalam survei Charta Politik, pemilih PDIP yang memilih Puan sebagai presiden hanya sebanyak empat persen saja.
"16,1 persen dari pemilih PDIP yang memilih Pak Prabowo. Ini masih menjadi PR bagu mbak Puan karena baru empat persen dari pemilih PDIP yang menyatakan memilih mbak Puan. Menurut saya, perlu ada kajian bagaimana kesesuaian pemilihan pemilih dengan pilihan yang dilakukan para elite," kata Yunarto.
Selain PDIP, Yunarto mengungkapkan dari hasil survei Charta, pemilih Partai Golkar juga terpecah suaranya. Mayoritas respoden yang merupakan pemilih Golkar memilih Ganjar sebagai presiden dengan suara sebesar 26,5 persen.
Selain Ganjar, pemilih Golkar juga memilih Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan suara sebesar 24,8 persen. Kemudian juga memilih Prabowo Subianto sebesar 19,5 persen.
Sementara nasib Airlangga sama seperti Puan, hanya dipilih sebanyak 4,4 persen oleh pemilih Golkar. "Ini juga PR. Kita tahu Partai Golkar solid ketika bicara partai, tapi belum pernah menang pertaruangan Pilpres pascareformasi," kata Yunarto.
Menurut Yunarto, terpecahnya suara pemilih partai politik ini karena faktor Pilpres yang masih akan digelar dua tahun lagi. Selain itu, mesin partai juga belum dipanaskan.
Untuk pecahnya suara pemilih PDIP, Yunarto melihat pemilih masih menunggu keputusan dari Ketua Umum Megawati Soekarnoputri untuk mengumumkan siapa tokoh yang akan diusung partainya di Pilpres 2024 mendatang.
"Jadi menarik, masih ada yang terbelah karena situasi masih dua tahun, mesin partai belum dipanaskan, dan keputusan dari ketum yang menyebabkan pemilih dari partai-partai ini terpecah," katanya.
"PDIP ini juga menuai polemik, apakah Ganjar dari partai memutuskan atau tidak (dicalonkan sebagai presiden), walaupun mayoritas pemilih PDIP memilih Ganjar," imbuh Yunarto.
Charta Politik menggelar survei pada 29 November-6 Desember 2021. Sampel dipilih secara acak menggunakan metode multistage random sampling. Jumlah responden sebanyak 1.200 responden dengan margin of error 2,83 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.