Berubah Lagi, Masa Karantina Bagi Pelaku Perjalanan Luar Negeri Sekarang Jadi 5 Hari

| 31 Jan 2022 17:05
Berubah Lagi, Masa Karantina Bagi Pelaku Perjalanan Luar Negeri Sekarang Jadi 5 Hari
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan (Antara)

ERA.id - Pemerintah kembali mengubah kebijakan masa karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri menjadi lima hari, dari yang sebelumnya tujuh hari.

Hal ini masih dalam rangka pencegahan masuknya Covid-19 Varian Omicron ke Indonesia.

Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, syarat karantina lima hari ini hanya berlaku bagi warga negara Indonesia (WNI) maupun warga negara asing (WNA) yang sudah divaksinasi dosis lengkap.

"Pemerintah mengubah aturan karantina dari tujuh hari menjadi lima hari, dengan catatan WNI dan WNA yang masuk ke Indonesia wajib vaksin lengkap," kata Luhut dalam konferensi pers yang disiarkan di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin (31/1/2022).

Sedangkan bagi pelaku perjalanan luar negeri yang baru melakukan vaksinasi dosis pertama, masih diwajibkan melakukan karantina selama tujuh hari.

Luhut menjelaskan, berubahnya aturan karantina ini berdasarkan pertimbangan bahwa sebagian besar Varian Omicron disebabkan karena pelaku perjalanan luar negeri. Selain itu, berdasarkan berbagai riset, masa inkubasi varian Omicron hanya selama tiga hari.

"Kebijakan ini diberlakukan mengingat sebagain besar pelaku perjalanan luar negeri adalah (membahwa) Omicron dan berbagai riset menunjukan bahwa inkubasi dari varian ini berada di sekitar tiga hari," papar Luhut.

Selain itu, perubahan kebijakan karantina ini merupakan langkah pemerintah dalam merealokasi sumber daya yang dimiliki, salah satunya yaitu fasilitas kesehatan. Menurut Luhut, sejulah wisma yang sebelumnya dimafaatkan untuk karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri, saat ini mulai difungsikan sebagai tempat isolasi terpusat (isoter).

Hal ini lantaran kasus Covid-19 Varian Omicron trennya sudah mulai bergesar, yang awalnya paling banyak didominasi oleh pelaku perjalan luar negeri, kini lebih banyak ditemukan karena transmisi lokal.

"Wisma yang tadinya digunakan untuk pelaku perjalanan luar negeri akan disiapkan untuk isoter. Kemudian, seiring dengan kebutuhan isoter yang diprediksi meningkat untuk kasus konformasi positif OTG dan bergejala ringan," pungkasnya.

Rekomendasi