Peneliti BRIN: Salah Pilih Cawapres, Elektabilitas Bisa Turun

| 03 Feb 2022 09:46
Peneliti BRIN: Salah Pilih Cawapres, Elektabilitas Bisa Turun
Ilustrasi Jokowi memilih di TPS (Setkab)

ERA.id - Ternyata figur calon wakil presiden (cawapres) bakal sangat memengaruhi elektabilitas calon presiden (capres) pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

“Kesalahan memilih figur cawapres akan menurunkan elektabilitas bagi sosok yang sebetulnya potensial,” kata Peneliti Senior Pusat Riset Politik Badan Inovasi dan Riset Nasional (BRIN) Firman Noor, Rabu (2/2/2022).

Di sisi lain, tuturnya, sosok yang sebetulnya mediocre atau yang biasa-biasa saja, tetapi memiliki figur wapres yang mumpuni, dapat memiliki kesempatan untuk memenangi pemilihan umum (pemilu) lebih besar. Malah, mendapatkan banyak keuntungan dari pilihan cawapresnya.

Firman menyampaikan bahwa terdapat tiga nama teratas bursa kandidat calon presiden pada Pemilu 2024. Adapun nama-nama tersebut adalah Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan.

“Banyak sekali nama-nama yang sudah berseliweran, tetapi yang cukup konsisten untuk ada di tiga teratas adalah Ganjar, Prabowo, dan Anies,” kata dia.

Akan terjadi persaingan manuver antarpartai politik yang semakin sengit pada 2022, mengingat pada September 2023 akan ada penetapan nama-nama calon presiden dan calon wakil presiden.

Berdasarkan tren yang berlangsung, para tokoh partai berlomba untuk memperkuat elektabilitas dan popularitas ketokohan, bukan ideologis. Tendensi ini dapat dilihat dari beberapa tokoh partai, seperti Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau yang akrab disapa Cak Imin, yang sudah mulai membuat vlog untuk menaikkan popularitas.

“Airlangga (Ketua Umum Partai Golkar, red.) sudah ke mana-mana. Puan (politikus PDI Perjuangan, red.) gambarnya sudah ada di mana-mana. Sudah mulai membangun jaringan dan relawan,” kata dia.

Ia mengatakan bahwa akan ada pergerakan atau manuver politik terkait dengan pendirian partai baru dan pendaftaran partai. Jumlah partai di Indonesia, tutur dia, tidak kunjung berkurang.

“Indonesia sebenarnya susah untuk menjadi negara dengan partai yang sedikit karena masih ada partai dan cukup banyak. Contohnya, Partai Gelora, PKN, Prima, Partai Buruh, Partai Rakyat, dan lain sebagainya,” tutur Firman.

Rekomendasi