Sri Lanka Krisis dan Bangkrut Akibat Utang Tidak Produktif, PKS: Ini Bisa Terjadi di Indonesia

| 11 Jul 2022 18:25
Sri Lanka Krisis dan Bangkrut Akibat Utang Tidak Produktif, PKS: Ini Bisa Terjadi di Indonesia
Aksi demonstrasi di Sri Lanka (tangkapan layar media sosial Twitter)

ERA.id - Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi PKS Sukamta menyebut, krisis di Sri Lanka yang menyebabkan negara tersebut dicap bangkrut harus dijadikan pelajaran bagi pemerintah Indonesia. Sebab, kondisi serupa bisa terjadi pada negara manapun, termasuk Indonesia.

"Sri Lanka ini jadi pelajaran mahal bagi kita. Apa yang terjadi di Sri Lanka bisa saja terjadi di mana saja, termasuk Indonesia," ujar Sukamta kepad ERA.id, Senin (11/7/2022).

Sukamta lantas menyoroti soal kemandirian dan produktifitas. Pemerintah, kata dia, kerap kali berbicara soal ketahanan pangan dan energi, namun di satu sisi berbagai kebijakan swasembada digeser menjadi impor.

Padahal, Indonesia punya beban jumlah penduduk yang besar dan pembangunan yang jauh dari kata selesai. Hal itu, justru bakal menjadi beban keuangan negara ke depannya ketika negara tak lagi produktif dan sumber daya alamnya tak lagi mencukup.

"Kebiasaan jalan pendek mencari rente dari keuntungan impor akan mematikan petani dan industri, sehingga produktifitas akan menurun," kata Sukamta.

Di sisi pembangunan, Sukamta menyoroti banyak proyek yang mangkrak. Di antaranya seperti kereta cepat Jakarta-Bandung, hingga pelabuhan-pelabuhan.

Proyek-proyek mangkrak itu, menurut Sukamta harus diperhatikan produktifitasnya agar tidak merugikan negara di kemudian hari.

"Ada proyek yang sangat mengkhawatirkan, seperti kereta api cepat yang makin membengkak dan belum ada tanda-tanda selesai. Juga MRT yang macet, atau pelabuhan-pelabuhan yang perlu dicermati produktifitasnya," kata Sukamta.

Sukamta menuturkan, saat produksi berkurang dan sumber daya semakin menipis, nantinya akan berdampak pada cadangan devisa yang juga kian habis.

"Akibatnya, untuk memenuhi kebutuhan anak-anak bangsa, baik konsumsi maupun pembangunan, akan mengandalkan utang," katanya.

Sementara utang yang tidak produktif dan ditambah dengan cara pengelolaan yang sembarangan adalah resep manjur menjadikan suatu negara di ambang kebangkrutan, seperti yang terjadi dengan Sri Lanka saat ini.

Oleh karenanya, Sukamta berharap pemerintah Indonesia banyak belajar dari kejadian di Sri Lanka agar hal serupa tidak menimpa Tanah Air.

"Utang yang tidak produktif, dipadu dengan pengelolaan yang sembrono adalah resep manjur menuju kebangkrutan seperti Sri Lanka," kata Sukamta.

"Semoga Indonesia banyak belajar darinya (Sri Lanka)." pungkasnya.

Rekomendasi