ERA.id - Mengapa wilayah selatan Jawa sering gempa? Dari informasi terakhir, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mendeteksi gempa terbaru dengan magnitudo 5.1 yang mengguncang wilayah 105 km Tenggara PACITAN-JATIM pada 22 April 2024. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat terjadi gempa terkini yang bisa dirasakan, pada 22 Apr 2024 pukul 18:10. Menurut laman BMKG, gempa tersebut terjadi di titik koordinat 9.11 LS 111.31 BT.
Adapun lokasi terjadinya gempa ada pada 105 km Tenggara PACITAN-JATIM dengan kedalaman 10 km. Sebelumnya, pada 22 Apr 2024 BMKG juga menginformasikan gempa dengan magnitude 5.0, pukul 12:34. Gempa dengan magnitude 5.0 tersebut terjadi pada koordinat 6.33 LS 130.86 BT. 188 km BaratLaut TANIMBAR dengan kedalaman 10 km.
Mengapa wilayah selatan Jawa sering gempa?
Wilayah selatan Pulau Jawa sering terjadi gempa bumi sebab wilayah tersebut berada dalam zona subduksi atau megathrust. Megathrust adalah zona atau tempat pertemuan lempeng Indo-Australia dan Eurasia.
Sebenarnya, zona megathrust tidak hanya berlokasi di selatan Pulau Jawa, melainkan membentang dari ujung Sumatera hingga Bali, dan Nusa Tenggara. Zona subduksi tersebut adalah area terbentuknya gunung berapi dan gempa.
Adapun wilayah di selatan Pulau Jawa yang dilewati jalur gempa cukup aktif, antara lain Pacitan, Sukabumi, dan Lebak. Pacitan merupakan daerah yang menjadi langganan gempa sebab tidak hanya terletak di wilayah yang berisiko zona Megathrust, tetapi juga terletak di jalur sesar Grindulu.
Sedangkan di selatan Pacitan memang kerap terjadi gempa yang diakibatkan oleh naiknya sesar pada zona tumbukan lempeng. Gempa ini sering terjadi di daerah yang disebut zona prisma akresi dan cekungan muka busur.
Tekanan lebih kuat di selatan Pacitan
Sementara itu, peneliti dari Departemen Teknik Geologi UGM, Dr. Gayatri Indah Marliyani, juga mengungkapkan bahwa di selatan Pacitan juga kerap terjadi gempa karena sesar-sesar naik yang banyak dijumpai pada zona tumbukan lempeng.
Senada dengan penjelasan sebelumnya, ia juga menjelaskan bahwa gempa-gempa ini umumnya terjadi di daerah yang di dalam istilah geologi disebut sebagai zona prisma akresi dan cekungan muka busur.
Jika ditinjau dari peta kedalaman bawah laut (batimetri), kita akan melihat bahwa cekungan muka busur (berupa depresi di lepas pantai) di selatan Pacitan secara drastis menyempit daripada dengan di wilayah selatan Yogyakarta.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa di selatan Pacitan, terdapat tekanan yang lebih kuat.
Fenomena tersebut terjadi karena terdapat morfologi tinggian (tonjolan) di dasar laut yang ikut terseret masuk ke zona subduksi di daerah tersebut, yang dapat diamati dengan baik dari data batimetri.
Adanya morfologi-morfologi tinggian ini merupakan ‘ganjalan’ dari proses subduksi yang terjadi sehingga menyebabkan tertahannya pergerakan lempeng.
Energi yang tertahan ini selanjutnya dirilis melalui sentakan tiba-tiba yang kita alami dengan peristiwa gempa bumi.
Demikianlah ulasan mengapa wilayah selatan Jawa sering gempa. Meskipun BMKG sudah dapat menghitung besaran magnitudo kekuatan gempa, tetapi belum ada teknologi yang dapat memastikan kapan akan terjadi gempa. Oleh sebab itu, selalu waspada di mana pun Anda berada dan pelajari mitigasi bencana sebagai bekal.
Ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Kalo kamu mau tahu informasi menarik lainnya, jangan ketinggalan pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…