Selamat Jalan Eyang Sapardi, Yang Fana Adalah Waktu, Tapi Karyamu Abadi

| 19 Jul 2020 13:23
Selamat Jalan Eyang Sapardi, Yang Fana Adalah Waktu, Tapi Karyamu Abadi
Sapardi Djoko Damono (Antara)

ERA.id - Dunia sastra Indonesia kehilangan salah satu maestro besar. Penyair senior Sapardi Djoko Damono meninggal dunia diusia 80 tahun Minggu (18/7/2020) pagi.

Sapardi Djoko Damono lahir pada 20 Maret 1940. Ia adalah sastrawan Indonesia yang aktif menerbitkan karya-karyanya sejak tahun 1960an hingga saat ini.

Sejumlah sajak dan puisinya yang tak lengkang waktu antara lain Hujan Bulan Juni, Aku Ingin, dan Yang Fana Adalah Waktu.

Tak hanya menulis sajak dan puisi, dia juga memiliki karya tulis lain berupa esai dan cerita pendek. Sapardi juga telah menerjemahkan karya sastra asing ke dalam Bahasa Indonesia salah satunya adalah Lelaki Tua dan Laut (The Old Man and the Sea karya Ernest Hemingway).

Semasa hidupnya, Sapardi banyak menerima penghargaan, antara lain SEA Write Award pada tahun 1986, Achmad Bakrie Award of Literature pada tahun 2003, dan Khatulistiwa Award di tahun 2004.

Sapardi merupakan salah satu pendiri Yayasan Lontar dan pernah menjadi Ketua Umum Himpunan Sarjana Kesusatraan Indonesia (Hiski) selama tiga periode pada tahun 1988.

Sejumlah karya sastra Sapardi pun banyak diapresiasi ke dalam bentuk seni lainnya seperti teater dan musikalisasi puisi. Salah satu musisi yang berhasil membawakan puisi-puisi Sapardi ke dalam nada-nada manis adalah duo Ari Malibu dan Reda Gaudimo.

Musisi Jason Ranti juga pernah membuat lagu yang didedikasikan untuk Eyang Sapardi Djoko Damono berjudul Lagunya Begini Nadanya Begitu (Pak Sapardi).

Selamat jalan, Eyang Sapardi.

Rekomendasi