'Aku Cinta Kamu, Sekarang Matilah', Kisah Tragis Bunuh Diri Lewat Telepon Genggam yang Gemparkan AS

| 27 Apr 2022 09:05
'Aku Cinta Kamu, Sekarang Matilah', Kisah Tragis Bunuh Diri Lewat Telepon Genggam yang Gemparkan AS
Concard Roy dan Michelle Carter. (cbsnews.com)

ERA.id -Sebelum menyelam dalam cerita, penulis menyarankan untuk hati-hati dalam membaca kasus ini, karena begitu sensitif. Jika kamu merasa tidak nyaman membacanya, silahkan tinggalkan tulisan ini.

Semuanya dimulai dari seorang remaja laki-laki berumur 18 tahun bernama Conrad Roy III. Ia dikenal begitu pintar di sekolahnya, hingga lulus mendapat GPA yang tinggi, 3.88; pun ia aktif dalam dunia olahraga sekolah, tepatnya baseball.

Seringkali dibalik prestasinya ini, Conrad merasa dan terlihat memiliki kecemasan sosial yang tinggi. Ia takut untuk masuk ke sekolah dan ke dalam kelas. Semua karena suatu alasan.

Satu hari di tahun 2012, Roy pergi berlibur di Florida, Amerika Serikat. Di sana, ia tak sengaja melirik dan berkenalan dengan seorang wanita bernama Michelle Carter. Roy merasa kimiawi dan banyak kesamaan dengan Carter.

Perkenalan itu berganti dengan pertukaran kontak dan beberapa pertemuan. Meski berada di satu kota yang sama, tapi jaraknya cukup berjauhan satu sama lain, sekitar satu jam jaraknya untuk saling bertemu satu sama lain. Karena itulah, mereka cukup jarang bertemu. Karena itu pula, layaknya remaja di zaman informatika, komunikasinya begitu intensif melalui pesan singkat, telepon, dan chat online.

Semakin saling mengenal, Roy seringkali mengeluh dan bercerita mengenai permasalahan yang tengah dialami. Rupanya, ia merasa takut karena suatu hal. Ia dan Carter terkoneksi karena satu hal yang sama.

Roy bercerita bahwa ia seringkali terpikir ingin bunuh diri. Bahkan Roy sempat overdosis karena percobaan bunuh diri setelah orangtuanya bercerai.

Ilustrasi (Gorajuara.com/Pixabay clarkdonald413)

Carter layaknya seseorang yang begitu menaruh perhatian pun ingin sekali mengajak Roy ke terapis atau ke Rumah Sakit Jiwa yang didatangi oleh Carter. Ia mendorong Roy untuk terus meminta pertolongan profesional.

Satu hal yang membuat Roy dan Carter merasakan hal yang sama adalah karena keduanya tengah berjuang melawan depresi. Carter tengah dalam pengobatan anoreksia dan Roy dengan rasa ingin bunuh dirinya tadi.

Roy bahkan sempat membuat sebuah video yang diunggah ke media sosialnya. Ia bercerita dengan putus asa mengenai perdebatan sengit di kepalanya tentang keinginannya untuk bunuh diri; tertanggal 13 Juni 2014.

"Aku yang sampah nggak baik ini nggak akan pernah berhasil. Aku nggak punya kehidupan, nggak akan pernah punya anak dan nggak akan pernah belajar," ujar Roy dalam videonya.

Raut wajahnya begitu murung, menampakkan kesedihan yang tak lagi dapat dibendung. Ia merasa kehilangan harapan. Matanya berkaca-kaca.

"Aku anak yang baik dan berbakti kepada orangtua. Tapi itu sampai pada titik ketika.. Mungkin aku terlalu baik." tutup Roy pada video itu.

19 Juni 2014

Jika biasanya dalam sebuah kisah tragis dan misteri manapun dan ini yang membuat kisah ini unik. Ragam percakapannya begitu jelas dan tersimpan dalam jejak digital. Membuktikan kekuatan jaringan nirkabel dan kata-kata.

Carter: 

Tapi Rumah Sakit Jiwa akan akan membantumu. Aku tahu kamu nggak berpikir seperti itu, tapi kalau aku boleh bilang, kalau kamu berikan mereka kesempatan, mereka bisa menolong hidupmu.

Sebagian dari diriku ingin kamu ngelakuin sesuatu dan gagal, supaya kamu bisa meminta bantuan.

Roy:

Mereka nggak ngebantu sama sekali. Aku yakin.

Carter:

Terus apa yang pengen kamu lakuin? Terus ngomong aja dan nggak ada tindakannya, dan setiap hari ngomong kalau kamu ingin bunuh diri? Atau kamu bakal nyoba dan menjadi lebih baik?

Roy:

Aku nggak bisa ngerasa lebih baik, keputusanku sudah final.

23 Juni 2014

Carter: 

Cara apa yang kamu ingin lakukan buat ngelukain diri kamu sendiri?

Roy: 

Pokoknya adalah. Aku belum tahu.

Carter: 

Please, jangan lakukan itu.

Roy:

Aku benci sama diri aku sendiri. Aku selalu benci diriku. Aku nggak akan pernah ngeliat diri aku sebagai orang baik, aku jauh dari kata itu.

Carter:

Terus apa yang kamu dapat dari ngelukain diri kamu sendiri? Nggak ada! Malah bikin semuanya memburuk!

Roy: 

Itu bikin rasa sakitnya hilang, seperti yang kamu bilang.

Carter: 

Rasa sakitnya akan hilang sementara, tapi pas kamu selesai, kamu bakal ngerasa nyesel, dan bahkan lebih buruk!

Juni pun berganti Juli, merubah semuanya; menghilangkan sesuatu yang tidak akan pernah kembali.

7 Juli 2014

Roy:

Kalau kamu ada di posisiku, jujur, apa yang bakal kamu lakuin?

Carter: 

Aku bakal minta tolong. Tapi itu kalau aku, ya. Waktu aku punya permasalahan serius kayak gitu, insting pertamaku adalah untuk meminta tolong. Karena aku nggak bisa ngelakuin ini sendiri.

Di sini, Carter nampak goyah. Carter bahkan sampai mencari tahu bagaimana caranya agar bunuh diri yang tidak menyakitkan, dan cenderung sukses. Ia juga membujuk Roy agar tidak lagi menunda-nunda bunuh dirinya. Di hari itu juga, mereka berbicara bagaimana Roy bisa menggunakan karbondioksida untuk membuatnya mati perlahan.

Carter:

Masih banyak cara buat karbondioksida. Coba deh kamu Google.

Roy:

Ya Tuhan.

Carter:

Kenapa?

Roy:

Generator portable. Itu dia!

Roy seperti terilhami oleh sesuatu. Dalam satu hari, semuanya benar-benar berubah.

8 Juli 2014

Carter:

Jadi, kamu yakin nggak mau bunuh diri malam ini?

Roy:

Maksudnya gimana?

Carter: 

Kayak, apa kamu nggak mau bunuh diri malam ini?

Roy:

Aku nggak tau. Nanti pasti aku kabarin.

Carter:

Karena aku bakal nemenin kamu kalau kamu mau bunuh diri malam ini.

Roy:

Hari lain juga nggak ada salahnya.

Carter:

Kamu jangan nunda lagi, lah. Itu aja yang terus kamu lakuin.

Menggantung dirimu itu nggak sakit dan hanya membutuhkan berapa detik, kalau kamu melakukannya dengan benar.

Kamu harus buktiin kalau aku salah. Karena aku mikir kayaknya kamu nggak bener-bener pengen bunuh diri. Yang kamu lakuin terus undur waktu aja. Katanya mau lakuin itu kemarin, tapi kamu nggak pernah lakuin.

Roy pun sudah mantap dengan pilihannya untuk mengakhiri hidupnya menggunakan karbon monoksida.

Carter:

Gimana, apa generator nya udah ada?

Roy: 

Belum, nih. Ahaha.

Carter: 

TERUS KAPAN KAMU DAPETINNYA?

11-12 Juli 2014

Roy:

Mungkin aku orang yang terlalu sensitif. Aku mau keluargaku tau kalau nggak ada yang mereka bisa lakukan. Aku terperangkap di dalam pikiranku sendiri.

Aku bakal seneng kalau mereka nggak ngerasa bersalah karena ini. Karena aku punya perasaan kalau ini bakal bikin mereka depresi di antara orangtua dan adik perempuanku. Aku overthinking semuanya.. Sialan. Aku harus berhenti mikirinnya dan bunuh diri.

Carter:

Aku pikir orang tuamu tau kalau kamu lagi di titik terendah. Aku nggak bilang mereka mau kamu bunuh diri, tapi aku rasa mereka bakal nerima. Mereka tau nggak ada yang bisa mereka lakukan. Mereka mencoba menolong, semuanya juga begitu.

Tapi ada satu titik di mana nggak akan ada satu orangpun yang bisa menolong kamu, bahkan diri kamu sendiri, dan kamu telah menyentuh titik itu, dan aku yakin orang tuamu tau kalau kamu lagi ada di titik itu, kamu sendiri yang bilang kalau ibumu ngeliat permasalahan bunuh diri di komputermu, dan dia nggak ngomong apa-apa tuh. Aku pikir dia tau apa yang ada di pikiranmu, dan dia sudah bersiap-siap.

Kalau kamu bunuh diri, semua orang akan sangat bersedih. Tapi itu sementara, dan akan kembali melanjutkan hidupnya lagi seperti biasa. Keluargamu akan mengerti mengapa kamu melakukan bunuh diri.

Roy:

Aku nggak mau menyakiti siapa-siapa di dalam prosesnya..

Maksudku, waktu mereka buka pintunya, semua karbon monoksida akan keluar, dan mereka nggak bisa melihat atau menciumnya, siapa pun yang membuka pintunya.

Carter:

Mereka bakal melihat generator, dan tau kalau kamu meninggal karena karbon monoksida.

Roy:

Hey, aku boleh minta tolong nggak?

Carter:

Tentu.

Roy:

Kamu harus ada di sana untuk keluargaku :)

Carter:

Conrad, tentu aku bakal ada di sana untuk keluargamu. Aku bakal membantu mereka semampu aku untuk melewati ini. Aku akan bilang mereka sehebat apa anak mereka dan kakak mereka ini.

Roy:

Aku nggak tau. Aku panik lagi. Aku overthinking.

Carter:

Aku pikir kamu mau ngelakuin ini. Waktunya pas dan kamu udah siap, kamu cuma harus bunuh diri! Kamu nggak bisa hidup kayak gini. Kamu cuma harus ngelakuin itu kayak terakhir kali kamu ngelakuin itu, dan jangan mikirin apa-apa lagi, langsung lakuin aja, sayang. Kamu nggak bisa ngelakuin ini setiap harinya.

Roy:

Aku mau. Tapi aku panik memikirkan keluargaku. Mungkin. Aku tak tahu.

Carter:

Conrad. Aku udah bilang kalau aku bakal jagain mereka. Semua orang akan jagain mereka untuk ngeyakinin kalau mereka nggak sendiri, dan mereka bakal bantu keluarga kamu untuk ngelewatinnya, kita udah ngomongin ini, mereka akan baik-baik saja dan nerima ini. Orang yang bunuh diri nggak banyak mikir kayak gini, mereka langsung ngelakuin aja.

Semakin lama, Roy kembali mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Ia berniat untuk membatalkannya. Semua demi keluarganya.

Carter:

Jadi aku kira kamu nggak bakal ngelakuin itu. Semuanya percuma. Aku bingung, padahal kayaknya kamu udah siap dan sudah bertekad.

Roy:

Suatu saat bakal aku lakuin. Aku nggak tau apa yang aku tunggu lagi.. Tapi aku udah nyiapin semuanya.

Carter:

Nggak, Conrad, nggak. Harusnya semalem bunuh dirinya. Kamu terus menunda-nunda dan bilang kamu bakal ngelakuin itu, tapi nggak pernah kamu lakuin. Selalu akan begini kalau kamu nggak bertindak.

Kamu cuma nyusahin diri kamu sendiri aja dengan nunda, kamu harus ngelakuin itu pokoknya. Apa kamu mau bunuh diri sekarang?

Roy:

Emangnya udah telat, ya? Aku nggak tau, di luar udah mulai terang. Aku akan tidur. Love you, aku bales besok ya.

Carter:

Nggak jadi? Mungkin ini waktu terbaik karena semua orang lagi tidur. Pergi aja ke mana pake truk kamu. Dan nggak ada orang di luar sana, karena ini waktu yang aneh.

Kalau kamu nggak bunuh diri, kamu nggak bakal ngelakuin itu. Dan yang kamu bisa bilang cuma kamu bakal bunuh diri besok, tapi mungkin kamu nggak akan pernah ngelakuin itu.

Kamu cuma harus ngelakuin itu Conrad atau aku bakal nyari bantuan. Kamu terus ngelakuin ini setiap hari.

Roy:

Oke, aku bakal bunuh diri hari ini..

Carter:

Janji?

Roy:

Aku janji, sayang. Aku harus ngelakuinnya sekarang.

Carter:

Kayak, sekarang banget gitu?

Roy:

Kemana aku harus pergi? :(

Carter:

Kamu nggak bisa melanggar janji kamu, ya. Kamu bisa pergi ke tempat parkir yang sepi atau sejenisnya..

Padahal hari itu, Roy tengah berjalan-jalan bersama keluarganya di pantai. Menurut keterangan ibunya, Lynn Roy yang ERA.id kutip dari CBSnews, ia nampak begitu baik-baik saja, menikmati momen bersama keluarga.

Namun sang adik, Camdyn, memergokinya sesekali menyendiri sambil terfokus pada telepon genggamnya, seperti sedang intens bertukar pesan. Setelah membeli es krim dan melakukan banyak hal lainnya, Roy dan adiknya pulang ke rumah, sebelum akhirnya Roy pergi pada pukul enam sore meninggalkan rumah dengan alasan ingin bertemu temannya, menurut keterangan sang ibu.

“Nanti kamu makan malam di rumah, nggak?” tanya sang ibu.

“Kayaknya nggak, nih,” balas Roy seraya meninggalkan rumah. Siapa yang sangka, kata-kata itu juga yang terakhir didengarkan sang ibunda.

Conrad pergi menyetir ke parkiran Kmart dan langsung menghubungi Carter.

Roy:

Aku akan pergi sekarang.

Carter:

Okay. Kamu bisa lakukan ini.

Roy:

Okay, aku hampir sampai. 

Carter:

Aku nggak bakal tidur sampai kamu masuk ke mobil dengan generator yang nyala.

Itu adalah pesan terakhir yang Conrad kirimkan sebelum kepergiannya untuk selama-lamanya. Ia masuk ke dalam mobil, menyalakan generator nya, menunggu udara perlahan membunuhnya. Di sela-sela itu, Michelle Carter menelpon Roy selama 46 menit, dan lagi, menjadi orang terakhir yang mendengar Roy masih hidup.

Naluri Roy untuk hidup terus meningkat, meninggalkan keinginannya untuk kembali bunuh diri. Ia keluar dari mobil dengan begitu ketakutan, gemetaran. Tapi apa yang dilakukan oleh Carter? Menyuruhnya kembali ke dalam mobil.

“Aku takut,” ujar Roy dalam telepon, menunjukkan keengganannya untuk bunuh diri.

“Masuk Roy, kamu menghancurkan segalanya!” balas Carter dalam sambungan telepon. Roy yang begitu ketakutan seorang diri di depan ajalnya, akhirnya memutuskan untuk masuk kembali ke dalam mobil penuh racun udara, membiarkan udara melahap nyawa seorang remaja yang tengah putus asa perlahan hingga berpindah alam.

"Aku cinta kamu, sekarang matilah.."

Setelah 'misi'-nya selesai, apa yang dilakukan Carter setelahnya?

Ia mengirim pesan kepada seorang temannya, Samantha. "Sam, Roy baru nelepon, kedengaran ada suara berisik kayak mesin, dan aku ngedenger orang mengerang, seperti seseorang yang sedang kesakitan. Roy nggak jawab-jawab waktu kupanggil namanya. Aku terus berada di telepon itu sekitar 20 menit, dan cuma suara mesin itu yang kudengar”.

Layaknya orang yang kebingungan atas Roy yang menghilang tanpa kabar, Carter bertanya kepada sang adik Roy, Camdyn Roy. "Hai Camdyn, Conrad ke mana ya? Dia kok nggak ada kabar?"

13 Juli 2014

Detik berganti menit, dan menit berganti jam, malam pun berganti pagi. Pesan sang ibu sedari malam tak juga kunjung dibalas, begitu pula dengan adiknya. Sang ibu dan anak mencarinya ke rumah teman perempuannya, Aryanna Taylor, tapi ia juga tak menampakkan diri di sana. 

Dari sini, dimulailah ‘ekspedisi’ pencarian Roy yang lebih intens, mereka mulai mencarinya di rumah ayah Roy, yang hidup berbeda rumah dari sang anak. Tapi Roy juga tak kunjung menampakkan dirinya.

Waktu terus berlalu, hingga akhirnya keluarganya merasakan suatu hal yang aneh: Ketiadaan Roy itu sendiri. Keluarga pun panik dengan ketiadaannya Roy di hari itu. Mereka sampai melapor kepada kepolisian untuk mencari keberadaannya.

Siang menjelang sore, polisi baru menemukan keberadaan Roy di dalam mobil pick-upnya di Kmart, dengan posisi ponselnya tepat berada di sebelah jasadnya. Ia meninggal karena keracunan karbon monoksida.

Penemuan itu disusul dengan isak tangis sang ibu, Lynn Roy, yang sudah tak lagi dapat dibendung melihat anaknya tak bernyawa. “Kakakmu sudah pergi. Ia sudah tiada.”

Saat Roy ditemukan di dalam truk oleh keluarganya dan polisi, Michelle Carter masih mengirimkan SMS kepada keluarga Roy. Layaknya orang kehilangan, ia berduka begitu dalam seperti banyak orang lainnya atas kehilangan Conrad Roy.

"Aku sangat menyesal. Conrad sangat berarti bagiku.." tulis Lynn Roy, berusaha menghibur Carter. Carter berlaku seperti kematian Roy sebuah kejutan yang nggak pernah dibayangkan orang lain.

Entah kenapa, Carter kembali mengirim pesan ke temannya Samantha sekali lagi untuk mengungkapkan sebuah pengakuan dosa.

“Sam, kematiannya adalah salahku. Sejujurnya aku bisa berhentiin Roy waktu aku teleponan dengannya, dan dia bisa keluar dari mobilnya karena karbon monoksidanya mulai bekerja dan ia ketakutan. Yang aku lakukan malah menyuruhnya balik ke dalam mobil..” tulis Carter.

Pemakaman dan Pemeriksaan

Waktu pemakaman pun tiba. Carter datang ke pemakaman Roy, mengantarkan jasadnya menuju peristirahatan yang abadi. Carter duduk dekat dengan keluarga Roy, berlaku seperti seseorang yang begitu sedih ditinggal mati kekasihnya dengan cara yang tak biasa. Carter menangis terisak-isak pilu.

Dua bulan berlalu setelah pemakamannya, Michelle Carter membuka sebuah acara donasi untuk mengenang dan menghormati Conrad Roy. Anehnya, acara ini diselenggarakan bukan di daerah tempat Conrad tinggal, namun di Plainville, daerah Carter tinggal.

Kemudian, bagaimana kelanjutan dari kasusnya, apakah kemudian diusut dengan mendalam? Itu saja tidak membuat kasus ini ditutup dan polisi percaya saja dengan apa yang dilihat bahwa tindakan Roy adalah murni bunuh diri. Musim gugur pun tiba, saatnya Carter diinvestigasi oleh kepolisian. Tapi, persidangan tidaklah pernah mudah. Karena semuanya begitu janggal. Apa motif Carter?

Dalam penyelidikan pun terdapat penemuan-penemuan baru. Selain perceraian orang tuanya, ada hal lain yang membuat Conrad Roy berniat untuk bunuh diri. Ia diduga merupakan korban kekerasan pemukulan oleh ayahnya, dan dilecehkan secara verbal oleh kakeknya.

Investigasi musim gugur pun tiba. Satu persatu diwawancarai, dan tibalah giliran Carter diwawancarai di sekolahnya. “Di hari itu, apa kamu ngerasa berbicara nggak dengan Roy?” tanya Detektif Gordon. 

“Um, aku nggak ngerasa kontak-kontakan." jawab Carter. "Memang kami berbicara melalui telepon malam hari sebelum tanggal 12, tapi seperti telepon yang digantung, nggak ada pembicaraan apa-apa. Nggak terlalu dipikirin.” tambah Carter menjelaskan.

Tapi polisi merasa cerita Carter penuh dengan kejanggalan. Ceritanya lompat-lompat dan dipenuhi dengan lubang. Polisi tidak mempercayai cerita Carter, dan mulai lah telepon genggamnya diperiksa. Mereka lebih tertarik dengan temuan-temuan pertukaran pesan di antara Carter dan Roy.

Dalam penyelidikannya, polisi menemukan lebih dari 1.000 pesan di antara Roy dan Carter yang sudah dihapus, dan dalam proses pemulihan data untuk dokumen penyelidikan.

Namun, dalam persidangannya, bukti-bukti ini mengganjal untuk hukuman yang akan diberikan nantinya. Apakah ini pembunuhan, ataukah ini bunuh diri?

Menurut kuasa hukum Carter, yakni Joseph Cataldo, merasa, kata-kata Carter seorang diri nggak mampu membunuh. Barisan kata-kata dalam kalimat yang dilontarkan Carter masuk kedalam free speech dalam Amandemen Pertama. Kuasa hukumnya beranggapan bahwa Roy sendiri yang sudah mencoba bunuh diri sebelumnya.

Bahkan percobaan bunuh diri itu jauh sebelum mengenal Carter. Saat kejadian pun, posisi Carter satu jam jauhnya dari tempat kejadian, dan hadir secara virtual.

Mereka juga meminta untuk hakim memeriksa bahwa Roy mengkonsumsi antidepresan citalopram, di mana dalam boksnya ada peringatan bahwa obat ini dapat membuat penggunanya memiliki perasaan ingin bunuh diri yang meningkat. Tapi hal ini ditolak oleh hakim.

Hakim terus berpegang teguh pada bukti video Roy yang diunggah ke media sosialnya, juga pada rekaman telepon terakhir di antara Roy dan Carter.

Bukti baru terus bermunculan. Setelah 1.000 pesan itu dihapus, ternyata Carter mengirim lebih dari 80 pesan lagi setelah Roy meninggal di mobil. Pesannya berhubungan dengan ia yang pura-pura khawatir, dan juga meminta maaf tidak bisa menyelamatkan Roy.

Persidangan ini memakan waktu yang amat sangat lama. 4 Februari 2015, Michelle Carter didakwa atas pembunuhan yang tidak disengaja. Ia disinyalir membantu orang untuk bunuh diri.

Tapi cerita ini tidak selesai sampai di sini saja.

Dalam ruang sidang Massachusetts, tiga tahun setelah pemeriksaan pertama, Michelle Carter telah berumur 20 tahun. Kasus yang sempat membuat ramai di tahun 2014 ini, kembali mengemuka di tahun 2017.

5 Juni 2017, persidangan kembali dimulai. Saat sidang, Carter terlihat tenang dalam diamnya, tidak terlihat emosional. Pembelaan dari sisinya dilakukan oleh salah satu psikiatris, Peter Breggin.

"Michelle tidak berpikir bahwa yang dilakukannya adalah tindak kriminal.. Dia menganggapnya bahwa ia menemukan jalan untuk membantu pacarnya," ujar Dr. Peter Breggin.

Tapi teori ini dibantah oleh Jaksa. Ia melalui temuan-temuannya mengatakan bahwa Carter putus asa mendapatkan teman dan perhatian. Carter merasa mendapatkan perhatian ketika Roy terus berbicara mengenai keinginan untuk bunuh dirinya. Karena Carter merasa menjadi penting.

16 Juni 2017

"Nyonya Carter, silahkan berdiri," ujar hakim.

"Pengadilan sudah meninjau bukti-bukti, dan menerapkan hukumannya, karena Anda bersalah atas dakwaan yang menuduh Anda dengan pembunuhan tidak sengaja dari Conrad Roy III."

Hakim Lawrence Moniz mengatakan, ia bersalah karena Roy sudah tidak ingin bunuh diri dengan keluar dari truk, namun Carter terus membimbingnya untuk terus masuk ke dalam mobilnya. Namun, Carter belum ditahan.

Keluarga Roy pun merasa senang dengan putusannya. Syarat yang diajukan adalah Carter dan keluarga harus menjauh terlebih dahulu dari keluarga Roy.

Berselang dua tahun, tepatnya 6 Februari 2019, pengadilan mengatakan tindakan Carter dianggap tindakan kriminal dan masuk tindak pidana.

Hukuman penjara 15 bulan Carter akan ditegakkan dalam waktu dekat. Sisa dari hukuman 2½ tahun ditangguhkan, diikuti oleh masa percobaan lima tahun.Tak lama berselang, 11 Februari 2019, Carter akhirnya ditahan atas perintah hakim untuk melaksanakan 15 bulan tahanan percobaan.

Carter pun mengajukan pembebasan bersyarat untuk keluar lebih cepat dari penjara.

Pengacara Carter tetap gigih mempertahankan substansinya, hingga membuat sebuah petisi ke Mahkamah Agung Amerika pada Juli 2019.

Pengacaranya masih beranggapan bahwa semuanya ini memang keinginan Roy, dan Carter tidak bersalah karena dilindungi free speech. Belum lagi menurut pengacaranya, hal ini dilakukan ketika Carter masih remaja. Tetapi Mahkamah Agung Amerika Serikat menolak petisi itu.

23 Januari 2020, Michelle Carter dibebaskan dari penjara, tiga bulan lebih cepat dari dakwaan karena dianggap berperilaku baik.

Atas perbuatannya ini, Carter berada dalam penjara selama 11 bulan dan 12 hari dari yang seharusnya selama 15 bulan. Awalnya Michelle Carter bisa dipenjara selama 20 tahun, meski tuntutan dari keluarga Roy adalah seumur hidup.

"Anakku penting. Dia penting. Akan selalu penting.." ujar sang Ibu, Lynn Roy, dalam wawancara dengan reporter CBS News, Erin Moriarty.

Mari melihat sejenak pada kata-kata awal tulisan ini, percayakah kamu kalau kata-kata memiliki kekuatan besar? Ibu Roy, Lynn Roy percaya. Kata-kata memiliki kekuatan besar; kata-kata bisa merubah semuanya, termasuk kehidupan seseorang.

Pengangkatan Kisah Tragis ke Medium Pop Culture

Kisah tragis ini sempat diadaptasi ke berbagai media lainnya, seperti film televisi Conrad & Michelle: If Words Could Kill yang dirilis oleh Lifetime.

Acara Dateline NBC yang memiliki judul episode Reckless juga pernah memuat kasus ini dan mewawancarai kedua belah pihak pengacara, serta keluarga dari Conrad Roy. HBO juga merilis dokumenter berisikan dua episode berjudul I Love You, Now Die: The Commonwealth vs Michelle Carter.

Universal Cable Productions juga menggarap serial televisi The Girl From Plainville yang dibintangi oleh Elle Fanning dan akan rilis di Hulu. Di tahun 2021, band SKYND juga membuat lagu berjudul Michelle Carter, yang menceritakan mengenai kasus ini.

Serangkaian tulisan ini dibuat untuk memperingati #WorldMentalHealthDay, tentang bagaimana kamu seharusnya berhati-hati dengan setiap perkataanmu, lebih peduli terhadap kesehatan mental seseorang. 

Kalau kamu sedang merasa ingin bunuh diri, meski terbesit sedikit saja, segeralah minta bantuan kepada profesional.

Barisan huruf dalam kata bukan hanya sekadar alat berkomunikasi biasa. Ia bisa bercerita, ia bisa membuat bahagia orang, dan ia bisa membunuh orang.

Kisah ini pula yang membuktikan kata-kata itu spesial dan memiliki kekuatan. Gunakan dengan baik.

Rest In Peace, Conrad Henri Roy III.

Rekomendasi