Superkomputer Jepang Tunjukkan Bahaya Virus COVID-19 di Ruangan Berhawa Kering

| 14 Oct 2020 18:42
Superkomputer Jepang Tunjukkan Bahaya Virus COVID-19 di Ruangan Berhawa Kering
Ilustrasi: Virus COVID-19 lebih mudah berubah menjadi aerosol di ruangan yang berhawa kering. (Foto: Adam Niescioruk)

ERA.id - Superkomputer asal Jepang menunjukkan bahwa ruangan yang gerah dan pengap mempermudah terciptanya aerosol dari droplet berisi virus korona.

Penemuan yang dirilis pada Selasa (13/10/2020) oleh organisasi riset Riken dan Universitas Kobe ini mengindikasikan perlunya alat pengatur kelembapan ruangan, atau 'humidifier', di ruangan yang tidak memiliki ventilasi jendela.

Riset ini, seperti dilansir situs Asia One, menggunakan superkomputer bernama Fugaku untuk membuat pemodelan atas peredaran partikel yang menyerupai virus COVID-19. Mereka menghitung persebaran partikel semacam ini dalam berbagai jenis kondisi ruangan.

Dari riset itu ditemukan bahwa droplet virus korona lebih mudah berubah menjadi aerosol ketika kelembapan udara berada di bawah 30 persen, sehingga situasi ruangan tersebut lebih berbahaya dalam hal persebaran virus korona.

Seperti telah diketahui, bentuk aerosol, yaitu partikel droplet berukuran sangat kecil, cenderung akan terlontar lebih jauh ketimbang droplet berukuran besar. Akibatnya, bila aerosol mengandung partikel virus COVID-19, ia berpotensi menginfeksi lebih banyak orang.

Para peneliti juga mengindikasikan bahwa face shield tidak lebih baik daripada masker dalam hal menanggulangi bahaya persebaran aerosol berisi virus COVID-19.

Selain itu, dalam hal posisi duduk di tempat umum, seseorang jauh lebih beresiko tertular COVID-19 jika duduk di samping pasien korona, dibandingkan jika ia berada di depan pasien tersebut.

Tim riset yang dipimpin oleh Makoto Tsubokura ini sebelumnya telah menggunakan superkomputer Fugaku untuk membuat pemodelan persebaran virus COVID-19 di kereta, perkantoran, dan ruang kelas.

Rekomendasi