Denny JA: Perlu Ada Upaya Sistematis Mengurangi Pembajakan

| 08 Dec 2021 21:33
Denny JA: Perlu Ada Upaya Sistematis Mengurangi Pembajakan
Denny JA (ist)

ERA.id - Pegiat sastra Denny JA mengungkapkan jumlah kasus pembajakan hak milik intelektual justru meningkat di masa pandemi. Menurutnya, perlu ada upaya yang sistematis dan powerful untuk mengurangi pembajakan itu.

Di hadapan tiga lembaga pemerintah selaku pemangku kebijakan yakni, perwakilan dari Kemenparekraf, Kemendikbud, dan DJKI, mereka menyatukan kekuatan bekerja sama.

"Berdasarkan data dari Analytics Firm Muso, streaming ilegal untuk film saja, di era Covid-19 justru meningkat hingga 33 persen," ujar Denny dalam acara MOU 4 lembaga yakni Perkumpulan Reproduksi Cipta Indonesia (PRCI), Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), Wanita Penulis Indonesia (WPI), dan Perkumpulan Penulis Indonesia (Satupena), di even Indonesia International Book Fair (IIBF), di JCC, Jakarta, Rabu (8/12/2021).

Denny mengatakan meningkatnya tekanan hidup di era pandemi, membuat publik luas semakin perlu hiburan. Itu justru ikut mendorong publik luas mencari film yang bisa ditonton gratis, walau dengan cara pembajakan.

"Kerugian yang diakibatkan oleh maraknya pelanggaran copy rights untuk streaming sungguh mencolok. Hanya di Amerika Serikat saja, kerugian per tahunnya mencapai Rp420 Triliun," lanjutnya.

Denny juga menyampaikan data pembajakan di Indoensia. Di tahun 2019, Ikapi menerima laporan tentang pelanggaran hak cipta dari 11 penerbit. Nilai potensi kerugian hanya dari 11 penerbit akibat pelanggaran hak cipta mencapai angka Rp116,050 miliar.

"Data yang dikumpulkan, dari buku yang beredar, sebanyak 54.2 persen penerbit menemukan buku produksi mereka dibajak. Para pembajak itu bahkan melenggang menjualnya secara online," katanya.

Menurut Denny, penerbit asli tak akan mampu bersaing dengan pembajak. Di samping mereka pandai mengkemas produk bajakan itu, mereka pun berani menjualnya kurang dari separuh harga resmi.

"Kesulitan permanen dari kultur pembajakan ini, apalagi di Indonesia, karena publik luas memang merasa diuntungkan. Sementara UU yang ada menjadikan kasus pembajakan ini hanya delik aduan," katanya.

Sejak hari pertama terpilih menjadi Ketua Umum Persatuan Penulis Satu Pena dan Himpunan Penulis Hati Pena, isu pembajakan menjadi perhatian utama Denny JA.

Dalam 7 Program Unggulan yang Denny canangkan, puncaknya membentuk Tim Kerja yang khusus dan fokus. Tim ini hanya berupaya sebisanya ikut menciptakan iklim penulis yang sehat dari persoalan pembajakan, royalti dan pajak.

Gayung bersambut. Empat lembaga hari ini, Rabu 8 Desember 2021, dalam momen penting Indonesia International Book Fair, sebuah united front dideklarasikan.

Denny memberi analogi ibarat burung yang akan lepas terbang tinggi, momen tanda tangan MOU itu adalah kepak sayap pertama burung itu.

Rekomendasi