ERA.id - Kata "gembel" dan "gimbal" yang umum diketahui, tentu tidak muncul begitu saja. Ada sejarah yang melatarinya atau etimologi, mengapa kata-kata itu diciptakan. Ternyata selama ini gimbal dibuat oleh musisi Reggae, Tony Q, dikutip dari Medcom.id.
Sebelum lebih jauh, diketahui pada era 1980-an dan 1990-an awal, orang Indonesia menyebut rambut gimbal dengan “dreadlock" yang merupakan bahasa Inggris. Saat itu, belum ada kata yang tepat untuk mengganti dreadlock. Sebagai seorang seniman, Tony Q gelisah dan merasa memiliki tanggung jawab moral untuk lebih meng-Indonesia-kan musik yang digelutinya, reggae.
"Aku berpikir kenapa sih kalau orang punya rambut seperti itu sebutannya dreadlock? Itu kan bahasa Inggris. Akhirnya aku survei dari bahasa Jawa yang ada di Dieng, di sana juga ada fenomena anak-anak berambut gimbal. Tetapi mereka menyebutnya 'gèmbèl,’” ungkap Tony Q, awal 2017 lalu.
“Aku merasa harus punya pesan baru. Kayaknya harus bikin kosakata baru. Akhirnya aku survei, mencari dan lalu menemukan istilah 'gembel.’ Tetapi 'gembel’ itu konotasinya kurang baik. Di Jakarta, ‘gembel’ berarti gelandangan.”
Gembel identik dengan pakaian, tubuh, dan rambut yang lusuh serta tidak terurus, lalu disandingkan pula dengan kain gombal atau kain robek-robek. Kemungkinan besar, gembel yang konotasinya awalnya baik, berubah menjadi negatif saat dipakai orang melihat kelas sosial yang berada di bawah.
Itulah politik bahasa. Makanya, gembel diserap Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, "gembel" memiliki arti melarat, miskin sekali, pengemis, dan anak jalanan. Gembel, kini sudah berubah lagi katanya menjadi "jembel".
Meski begitu, Tony Q belum menemukan padanan kata untuk "dreadlock", sampai pada akhirnya ia sadar bahwa tetangganya di Semarang bekerja sebagai penjual tahu gimbal.
"Di sebelah rumahku di Semarang itu ada yang jualan tahu gimbal. Akhirnya aku punya tiga pilihan kosakata, lalu gimana caranya membuat kosakata yang tidak bias. Kalau ' gembel’ itu bias, ‘gembel ’ itu kata dasar dari bahasa Jawa yang artinya jadi satu. Kedua, ada kata ‘gembel’ yang yang digunakan oleh orang-orang Dieng yang anaknya dilahirkan dengan rambut seperti itu (tidak teratur, kering), namanya anak gembel, lalu yang ke-tiga kata 'gimbal' dari tahu 'gimbal.'"
Tony Q lalu mengobservasi dan menemukan istilah gembel digunakan untuk menyebut makanan, yaitu udang yang diberi tepung. Makanan itu tidak seperti rempeyek, tetapi lebih seperti bakwan atau mendoan (dengan balutan tepung yang tebal).
“Lucunya, makanan bernama gembel itu jadi disebut ‘tahu gimbal’ dan itu terkenal di Semarang. Aku lebih tertarik ke situ. Karena konotasinya tidak bias, lebih kepada makanan saja. Kalau gembel konotasinya gelandangan, anak di Dieng, akhirnya aku pilih kata itu jadi ‘rambut gimbal.’”
Tony mengabadikan kosakata barunya itu dalam album perdananya sebagai musisi reggae. Album Rambut Gimbal dirilis pada 1996 dan menjadi monumen sejarah bagi musik Indonesia, sekaligus cetak biru lahirnya istilah pengganti “dreadlock.”
“Saya yang pertama (meng-Indonesia-kan kata ‘dreadlock’ menjadi ‘rambut gimbal’). Kalau kita bicara Bob Marley, Jamaika, ‘dreadlock’ di Jamaika sendiri mereka juga ada sebutannya dengan bahasa lokal mereka,” lanjut Tony Q. Di Jamaika sendiri, istilah "dreadlock" lebih dikenal dengan sebutan "natty" atau "knotty".
Uniknya, album Rambut Gimbal dari Tony Q, divisualisasikan sedemikian rupa agar orang mudah terkoneksi bahwa istilah yang baru saja lahir itu untuk menyebut "dreadlock".
"Yang membuat cover album Rambut Gimbal itu Dik Doank, background belakang dari tekstur rambut gimbal, terus ada foto anak-anak. Aku enggak peduli diakui atau tidak (sebagai penggagas istilah 'rambut gimbal), yang terpenting pada saat itu saya memiliki kegelisahan, bahwa kita punya bahasa sendiri tetapi menyebut dengan bahasa asing, seolah-olah gengsi. Kesannya kalau menyebut dreadlock itu keren, prestise," ujar Tony Q.
Saat ini, kata "gimbal" masuk ke dalam Kamus Bahasa Indonesia, diterjemahkan sebagai rambut lebat dan tidak teratur (karena tidak disisir).