ERA.id - Dimulai dari nama Pele, sosok ini begitu masyhur di dunia sepak bola di dunia dan Brazil. Pele pandai menceploskan bola ke gawang lawan, juga bisa menghentikan perang saudara di Nigeria.
Pria yang bernama lengkap Edson Arantes do Nascimento itu, pernah mencatatkan sejarah di Nigeria. Saat itu terjadi perang saudara di Nigeria pada tahun 1967. Sebagian daerah di Nigeria memutuskan untuk membangun Republik Biafra.
Keputusan itu tentu menimbulkan reaksi negatif dari pemerintah Nigeria. Demi stabilitas politik yang aman, jalan damai berusaha ditempuh dalam situasi ini, namun kesepakatan gagal tercapai karena kedua belah pihak sama-sama ngotot dengan tuntutannya.
Akhir kata, kedua perwakilan dari negara tersebut memutuskan untuk berperang. Perang itu membuat banyak korban jiwa di kedua belah pihak. Walau berdampak pada nyawa, tak ada yang mau mengalah. Sampai dibentuklah badan untuk memediasi kedua pihak. Hasilnya, komunitas internasional tersebut gagal membujuk kedua daerah yang bertikai untuk berdamai.
Tiga tahun berikutnya, Pele bersama dengan Santos ingin mengunjungi Nigeria untuk melakoni beberapa laga eksibisi pada 1969. Mereka sempat ragu datang ke Nigeria karena masalah perang tersebut, tapi akhirnya Santos memutuskan untuk tidak membatalkannya karena alasan finansial.
Kabarnya, klub Brasil itu menerima bayaran £17.000 atau Rp322 juta jika dikonversi saat ini. Santos pun melakoni dua laga persahabatan di Nigeria, pertama di Lagos (dengan penyelenggara Asosiasi Sepakbola Nigeria) dan yang kedua di Benin (diselenggarakan oleh Midwest Sports Council).
Siapa sangka, otoritas Nigeria memutuskan untuk menghentikan perang selama 48 jam agar publik bisa menyaksikan magis Pele dengan damai. Lihatlah, demi sepak bola, ketegangan berhenti sementara!
Ini memang bukan cuma karena Pele, ini karena sebuah pesan perdamaian dan persatuan yang bisa dibahasakan oleh sepak bola. Itu ditunjang dengan masyarakat Nigeria yang gila bola. Sehingga pemerintah memutuskan untuk mengesampingkan kepentingan politiknya demi menonton Pele.
Kesaksian kawan Pele
Kejadian itu dicatat sejarah. Lima, salah satu rekan setim Pele di Santos, menyampaikan kesaksiannya tentang pertandingan tersebut. “Rasanya aneh karena segenap negara terbagi dan berada dalam konflik, namun begitu mereka mengetahui bahwa pertandingan akan digelar, perang dihentikan sementara. [Kami bermain] di lapangan kecil, saya mengingatnya dengan baik, orang-orang datang dengan membawa kursi di kepalanya untuk menonton pertandingan tersebut,” tandas Lima dikutip dari Goal.
Pertandingan tersebut disaksikan sekitar 50.000 orang dan semua bergembira, mereka sejenak melupakan perang yang berdampak buruk bagi warga.
Saat itu Santos bermain imbang 2-2 dengan timnas Nigeria di Lagos dan Pele mencetak gol dalam pertandingan tersebut. Sementara itu di Benin, Santos meraih kemenangan 2-1 atas tim susunan Midwest Sports Council, tapi Pele tidak menyarangkan gol ke gawang tuan rumah.
Sayang, kegembiraan itu hanya sebentar. Perjanjian selama 48 jam harus dilaksanakan. Begitu Santos dan Pele selesai bermain dan menerima uang, mereka langsung meninggalkan Nigeria dan melanjutkan tur ke tempat lain.
Perang saudara pun kembali pecah dan tak menimbulkan jalan damai. Perang Biafra memang berakhir pada 1970, tapi bukan karena aksi damai, melainkan karena otoritas Nigeria berhasil mengokupasi semua daerah Biafra.
Yah, setidaknya kita tahu seberapa besar kekuatan sepak bola. Pele dan kawan-kawannya berhasil menghentikan perang saudara untuk sementara. Puluhan tahun kemudian, prestasi ini berhasil disamai oleh pesepakbola lain yakni Didier Drogba yang mengakhiri perang saudara di Pantai Gading.
Dibantah media lokal
Apakah kabar ini berjalan mulus seperti yang diberitakan media Eropa? Tidak, dua surat kabar Nigeria tidak sepakat dengan kisah tersebut. Nigerian Daily Times (Lagos) dan Nigerian Observer (Benin) melakukan riset terkait kisah tersebut, namun tidak menemukan adanya kesepakatan untuk gencatan senjata.
Santos memang datang ke Nigeria, tapi dua surat kabar tersebut mengklaim tidak ada aksi damai selama 48 jam. Area stadion memang aman dari ancaman perang saat itu, namun hal ini disebabkan oleh ketidakhadiran orang-orang Biafra.
Mereka mengklaim, otoritas Nigeria sangat kejam terhadap lawan perangnya saat itu dan bakal mengeksekusi siapa pun yang masuk ke dalam areanya. Tentu dengan ancaman seperti itu, besar kemungkinan publik Biafra mengurungkan niatnya untuk menonton aksi Pele di lapangan.
Aksi damai yang dicanangkan bukan dari kedua belah pihak, melainkan secara sepihak diputuskan oleh otoritas Nigeria–sebagaimana diklaim oleh Nigerian Daily Times dan Nigerian Observer.