Empat tahun sebelumnya, tepatnya sebelum Asian Games ketiga dimulai di kota Tokyo, Dewan Federasi Asian Games melalui voting memilih Jakarta sebagai tuan rumah Asian Games IV tahun 1962. Jakarta mengumpulkan 22 suara menyisihkan Karachi, ibu kota Pakistan yang memperoleh 20 suara.
Indonesia cuma punya waktu kurang dari empat tahun untuk mempersiapkan pelaksanaan Asian Games di Jakarta. Beberapa pembangunan infrastruktur dan gedung olahraga segera dilakukan. Megaproyek Asian Games segera disiapkan. Kampung Senayan dipilih sebagai lokasi pembangunan stadion olahraga yang kini dikenal sebagai Gelora Bung Karno. Di sekitar Istora Senayan, dibangun pula wisma-wisa atlet sebagai fasilitas pendukung.
Momen Asian Games 1962 bagi Bung Karno bukan hanya pesta olahraga. Bung Besar melihat ajang ini sebagai momen untuk membangun jati diri bangsa Indonesia. Soekarno ingin Republik Indonesia memukau dunia. Itulah mengapa berbagai infrastruktur lainnya juga dibangun dan dibenahi. Salah satunya pembangunan Tugu Selamat Datang di kawasan Bundaran Hotel Indonesia. Khusus untuk proyek ini, Presiden Soekarno meminta pematung kenamaan kala itu, Sunarso, untuk membentuk sepasang pemuda-pemudi yang melambaikan tangan. Patung ini tepatnya sebagai pintu gerbang ke Istora Senayan untuk menyambut kontingen Asia saat memasuki kota Jakarta.
Selain itu, proyek Asian Games juga turut melebar ke beragam pembenahan infrastuktur lain. Seperti pelebaran Bandar Udara Kemayoran dan pembangunan Jalan MH. Thamrin serta Bundaran Semanggi. Beragam proyek ini dibangun guna mempercantik wajah Indonesia di kancah dunia.
Selain mengundang decak kagum, beragam proyek berbiaya mahal ini turut mengundang tanya. Namun Bung Karno menjawab dengan mudah. Di matanya, olahraga merupakan salah satu alat perjuangan bangsa. Dengan berkiprahnya Indonesia di dunia olah tubuh, Indonesia akan mampu berbicara kepada dunia.
Tindakan Bung Besar akhirnya menunjukkan jawabannya sendiri. Dalam gelaran itu Indonesia sukses meraih posisi runner up di bawah Jepang. Atlet Indonesia berhasil mengumpulkan total 51 medali dengan rincian 11 emas, 12 perak, dan 28 perunggu (sebelumnya Olympic Council of Asia (OCA)—badan resmi untuk olahraga di level Asia—, menuliskan Indonesia mendapatkan 77 medali yang terdiri dari 21 emas, 26 perak, dan 30 perunggu).
Gelaran Asian Games 1962 di Jakarta menjadi turning point kejayaan olahraga Indonesia di mata dunia. Hal ini sesuai dengan visi Presiden Soekarno yang ingin membuktikan kepada dunia, Indonesia yang baru merdeka, bisa berprestasi di dunia olahraga. Suksesnya penyelenggaraan Asian Games 1962 juga berhasil mengangkat harkat martabat Indonesia di kancah Internasional.
Kini 56 tahun kemudian, Indonesia kembali menyalak lantang di ajang multi event empat tahunan se-Asia ini. Medali emas di cabang olahraga pencak silat disapu bersih. Panjat dinding, badminton, dan paragliding, dan balap sepeda downhill juga memberi sumbangsih. Indonesia menempati posisi empat klasemen di bawah China, Jepang dan Korea Selatan. Kesuksesan ini melampaui pencapaian Indonesia di edisi-edisi Asian Games sebelumnya.
Baca Juga : Pencak Silat Sapu Bersih Emas Asian Games 2018