Langgar Hukuman Anti-Doping, Atlet Binaraga Banten Kembalikan Medali Emas dari PON Aceh-Sumut

| 15 Sep 2024 20:00
Langgar Hukuman Anti-Doping, Atlet Binaraga Banten Kembalikan Medali Emas dari PON Aceh-Sumut
Atlet binaraga Banten (Antara)

ERA.id - Binaragawan Banten Tjhie Rachmad Widjaja harus mengembalikan medali emas yang dia raih dari cabang olahraga binaraga. Pengembalian medali ini lantaran Tjhie masih dalam masa hukuman larangan tampil imbas tersandung kasus doping.

"Kami akui kemarin baru saja ada insiden. insiden itu terjadi di Binaraga. Nah poinnya adalah sesungguhnya atlet yang bersangkutan itu tidak boleh (tampil)," kata Ketua Umum Indonesia Anti-Doping Organization (IADO) Gatot S. Dewa Broto, dikutip Antara, Minggu (15/9/2024).

Gatot mengatakan Tjhie Rachmad Widjaja sebelumnya terkena kasus doping saat penyelenggaraan PON XX Papua pada 2021 lalu. Ia dihukum tidak boleh ikut serta dalam berbagai ajang sesuai dengan aturan anti-doping.

Tetapi saat PON XXI Aceh-Sumatera Utara, yang bersangkutan ternyata masih ikut serta di kelas Binaraga Putra Plus 85 kg.

Menyusul partisipasi dan kemenangan Tjhie itu, IADO kemudian berkirim surat kepada Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) perihal permasalahan tersebut. Dari hasil diskusi itu diputuskan bahwa medali yang didapat Tjhie dicabut.

Penyerahan medali emas dari binaragawan Banten itu diputuskan dalam sidang Panitia Pengawasan dan Pengarah (Panwasrah) PB PON Sumut. Dengan demikian medali emas dialihkan kepada binaragawan Aceh Bayu Riswana.

"Saat event kami tidak mau ada insiden di panggung, jadi ya sudah biarkan medali itu dikalungkan, biarkan sampel itu diambil. Tapi setelah itu kami harus beraksi karena kalau tidak kami akan disanksi oleh WADA," tegas Gatot.

Lebih lanjut, Gatot mengingatkan kepada kontingen yang masih bertanding pada PON ini untuk tidak main-main dengan peraturan Anti-Doping. Dia juga menekankan penyelenggaraan olahraga di Indonesia harus bersih dari zat-zat terlarang.

"Ini menjadi pelajaran bagi cabor manapun agar hati-hati dalam konteks ini. Karena kami kan nggak kaku, tiap hari melototin. Tapi sekali itu terkena, ya sudah harus, itulah risiko. Memang kalau sudah kena sanksi itu risikonya berat," pungkasnya.

Rekomendasi