"Tiap blok ada Apotek,"
ERA.id - Peredaran narkoba di dalam Lembaga Pemasyarakatan nampaknya bukan 'kabar burung'. Cerita dan kabar adanya penemuan segala macam jenis narkotika di balik jeruji besi bahkan sering kita dengar.
Namun, pejabat Lapas dan aparat terkait selalu dengan lantang berbicara soal pemberantasan narkoba di 'hotel prodeo'. Mereka mengklaim rutin menggeledah dan mencegah agar Lapas bebas dari narkoba.
Sayangnya, pengakuan tentang bebasnya peredaran narkoba di dalam Lapas datang dari mantan warga binaan alias narapidana. Seorang mantan napi Lapas Kelas I Tangerang, sebut saja Anwar secara terang-terangan mengungkapkan kehidupan ala 'Texas' di dalam Lapas.
Anwar mendekam di dalam penjara yang tempo hari salah satu bloknya kebakaran dan menewaskan 48 napi itu pada 2016-2020. Kepada ERA.id, ia berbincang mengenai kehidupan di Lapas yang ia alami selama selama 4 tahun 2 bulan di Lapas Kelas I Tangerang, Banten.
Ia pun menyesalkan kejadian nahas yang menewaskan beberapa temannya tersebut.
"Si Epi, Kusnaedi, si Jenong. Temen gua semua itu," ujarnya sembari menahan tangis.
Untuk peredaran narkoba menurut pengakuan Anwar, disana sangat bebas. Setiap blok terdapat kamar yang menjual atau memproduksi narkoba. Napi menyebut kamar tersebut Apotek. Apotek tersebut dioperasikan oleh napi 'penguasa'.
"Apotek banyak. Memang gudang narkoba disana, surga narkoba disitu. Di sana malah kayak Texas di Amerika. Justru amanan disana make Narkoba mah. Mau lu kenceng kayak mana juga aman," tuturnya.
Kata Anwar, sabu merupakan barang yang mudah didapat bila dibandingkan dengan Ganja. "Mungkin karena ukurannya-kan , gele (ganja) gede. Kalo sabu bisa kantongin, bisa racik di dalem juga. "Tiap blok ada Apotek," imbuhnya.
Dia mengatakan harga sabu di Lapas tersebut berkisar Rp100 ribu untuk untuk ukuran kecilnya. Sementara, ganja per linting kecil dengan campuran tembakau Rp20 ribu.
"Gele setau gua, dulu Rp20 ribu selinting kecil campuran (campur tembakau). Kalo sabu paling kecil cepe (Rp100 ribu), bisa 5-6 hisap per orang, sendiri tapi ya. Mau beli satu gram dua gram juga ada," kata Anwar.
Anwar mentuturkan tak sulit untuk mencari barang haram tersebut di dalam Lapas. Dari Blok A hingga G ada napi yang menjual narkoba.
"Orang gua pernah make disana juga kok. Blok mana sih yang nggak ada apotek, ada apotek semua. Kalo nggak ada narkoba, Bete (bosan) juga lu, iye kan, iye dong hukuman lama ya kan. Blok C2 ada apoteknya itu, dua kamar (dijadiin apotek). Ada 3 apotek, bosnya 1 orang," katanya.
Untuk menyelundupkan barang haram tersebut atau bahannya, Ia mengaku para napi bekerja sama dengan sipir Lapas. Sipir akan dibayar untuk mengirimkan barang tersebut sampai ke napi yang memintanya.
"Sekarang gini aja, di dalem ada narkoba, otomatis ada pemainnya. Ada kerja sama, sama petugas Lapasnya, kan nggak bisa buka-buka (napi). Kan memang dari kehidupan jalannya memang dari narkoba. Jangan salah, pertugas juga make (memakai narkoba)," ungkap Anwar.
Selain narkoba, minuman keras juga mudah didapatkan. Harga sekitar Rp 100 hingga Rp 150 ribu per botol. Caranya, hanya tinggal memesan kepada sipir yang dikenal. Selain itu, para napi pun bisa menyewa PSK untuk melayaninya di dalam Lapas.
"Mau nyewa perempuan juga bisa, gila disana mah, makenya di samping gereja. Cewek dipanggil 3 orang 4 orang. Yang bawa sipirnya. Mereka Dateng besuk aja. Ceweknya cakep-cakep lagi. Intinya mah yang punya duit yang bisa. Duit yang berkuasa disana (Lapas Kelas 1 Tangerang," jelasnya.
Sementara itu, pihak Lapas Kelas I Tangerang enggan memberikan tanggapan saat dikonfirmasi.