ERA.id - Selama setahun terakhir, Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Kelas 1 Tangerang menjadi sorotan. Pelbagai masalah, mulai dari kasus kaburnya gembong narkoba asal Tiongkok Cai Chang Fan pada Senin, (14/09/2020) lalu dengan cara menggali terowongan dari sel hingga menembus selokan di luar Lapas.
Sampai yang terbaru, tragedi kebakaran dan menewasakan 45 warga binaan pada Rabu, (08/09/2021) pukul 1.45 WIB. Lantas Bagaimanakah kisah di Lapas yang berjuluk Tangerang Baru ini ?
Anwar (nama samaran) hanya dapat menahan tangis tatkala wartawan ERA.id menyambangi rumahnya di kawasan Kabupaten Tangerang, Selasa, (14/09/2021). Betapa tidak, kabar tentang kebakaran Blok C2 Lapas Kelas 1 A Tangerang yang menewaskan 45 warga binaan itu membuatnya berduka.
Dari 45 korban meninggal, sebagian merupakan teman baiknya selama menghuni hotel prodeo itu. Anwar pun tak menyangka tragedi besar menimpa bekas tempat dimana dia dibina. Anwar merupakan mantan warga binaan di Lapas Kelas 1 Tangerang kasus narkoba yang menghirup udara bebas pada akhir 2020 lalu.
"Si Epi, Kusnaedi, si Jenong. Temen gua semua itu," ujarnya sembari menahan tangis.
Pria dengan tato disekujur tubuh ini merasakan adanya kejanggalan dari tragedi di Lapas yang berdiri sejak 1972 itu. Dia kaget bukan kepalang ketika mengetahui saat kejadian, 45 warga binaan itu meninggal dalam keadaaan terkunci di dalam sel tahanan. Anwar mengaku selama ia ditahan pintu sel tidak pernah dikunci.
"Enggak pernah dikunci, malem siang nggak pernah dikunci. Yang dikunci itu pintu utama. Tapi kalo di kamar-kamar nggak pernah, nggak pernah dikunci. Gua masih kepikiran, kok kenapa dikunci, gua 4 tahun disana," katanya.
Dia mengaku, saat itu suasana di Lapas yang penuh sesak membuat sel tak dikunci. Para warga binaan yang tak tertampung di kamar maka menempati luar sel untuk tidur, tepatnya di Aula.
Lalu, untuk memudahkan Mandi Cuci Kakus (MCK) atau buang air napi yang tidur di aula maka kamar tak dikunci. Pasalnya, kamar mandi ada di sel.
"Nggak pernah dikunci kamar, gua dari D1 D2 nggak dikunci, pindah lagi gua ke A2 nggak pernah dikunci, nggak pernah dikunci demi Allah, terus A3 ngga dikunci juga. C juga sama nggak pernah dikunci, soalnya kan anak aula kencing sama berak di kamar kan gitu. Iya dong," jelas Anwar.
Kendati demikian, dia hanya dapat bertawakal dengan kejadian ini. Bila pada kebakaran tersebut ada unsur kesengajaan dia berharap polisi segera menghukum pelakunya.
"Emang harus diusut, itu teman-teman gua meninggal, meninggal kagak wajar. Mending mati bunuh diri, ini mati dibakar," katanya dengan nada lirih manahan tangis.
Kehidupan di Lapas Kelas 1 Tangerang Sangat Keras
Anwar mengungkapkan kalau kehidupan di Lapas tersebut memang keras. Mulai dari keributan, judi, seks, hingga peredaran narkoba bak Texas di Amerika. Apapun dapat dilakukan yang penting punya uang.
Kata dia, keributan antar napi memang sering terjadi hanya karena hal sepele. Seperti tingkah laku napi yang tak disukai oleh napi lainnya hingga hutang piutang soal narkoba.
"Nggak demen sama gayanya dihajar. Nagih utang (narkoba) yang nagih ribut disana. Direbong tuh, Datang masa masa juga. Emang dulu ada bentrokan, dulu banget Blok B sama Blok D bentrok," ungkapnya.
"Kalau di sana emang nggak ada bendera (geng). Kalau Kepala suku ada, kapten, komandan. Jadi main suku, misalnya barat nih, barat pusat, Tangerang, Tangerang Selatan," tambah Anwar.
Peredaran Narkoba Sangat Bebas, Napi Hingga Sipir Pemakai
Untuk peredaran narkoba kata Anwar pun di sana sangat bebas. Setiap blok terdapat kamar yang menjual atau memproduksi narkoba. Napi menyebut kamar tersebut Apotik. Apotik tersebut dioperasikan oleh napi penguasa.
"Apotik banyak. Memang gudang narkoba disana, surga narkoba disitu. Disana malah kayak Texas di Amerika. Justru amanan disana make Narkoba mah. Mau lu kenceng kayak mana juga aman," tuturnya.
Kata Anwar, sabu merupakan barang yang mudah didapat bila dibandingkan dengan Ganja. "Mungkin karena ukurannya-kan , gele (ganja) gede. Kalau sabu bisa kantongin, bisa racik di dalem juga. Tiap blok ada Apotik," imbuhnya.
Dia mengatakan harga sabu di Lapas tersebut berkisar Rp100 ribu untuk ukuran kecilnya. Sementara, ganja per linting kecil dengan campuran tembakau Rp 20 ribu.
"Gele setau gua, dulu 20 ribu selinting kecil campuran (campur tembakau). Kalau sabu paling kecil cepe (Rp100 ribu), bisa 5-6 hisap per orang, sendiri tapi ya. Mau beli satu gram, dua gram juga ada," kata Anwar.
Anwar mentuturkan tak sulit untuk mencari barang haram tersebut di dalam Lapas. Dari Blok A hingga G ada napi yang menjual narkoba.
"Orang gua pernah make disana juga kok. Blok mana sih yang nggak ada apotik, ada apotik semua. Kalau nggak ada narkoba bete (bosan) juga lu, iye kan, iye dong hukuman lama ye kan. Blok C2 ada apotiknya itu, dua kamar (dijadiin apotik). Ada 3 apotik, bosnya 1 orang," katanya.
Kata dia untuk menyelundupkan barang haram atau bahannya, napi yang menjual dan meracik akan bekerja sama dengan sipir Lapas. Sipir akan dibayar untuk mengirimkan barang tersebut sampai ke napi yang memintanya.
"Sekarang gini aja, di dalem ada narkoba, otomatis ada pemainnya. Ada kerjasama, sama petugas Lapasnya, kan nggak bisa buka-buka (napi). Kan emang dari kehidupan jalannya emang dari narkoba. Jangan salah, petugas juga make (narkoba)," ungkap Anwar.
Selain narkoba, minuman keras juga mudah didapatkan. Harga sekitar Rp100 hingga Rp150 ribu per botol. Caranya, hanya tinggal memesan kepada sipir yang dikenal.
"Mau nyewa perempuan juga bisa, gila disana mah, makenya di samping gereja. Cewek dipanggil 3 orang, 4 orang. Yang bawa sipirnya. Mereka Dateng besuk aja. Ceweknya cakep-cakep lagi. Intinya mah yang punya duit yang bisa. Duit yang berkuasa disana (Lapas Kelas 1 Tangerang," jelasnya.
Peredaran Narkoba Sempat Redup Saat Ada Antasari Azhar
Hal senada diungkapkan oleh, Udin (nama samaran). Mantan napi Lapas Kelas 1 Tangerang kasus narkoba yang bebas pada akhir 2014 ini mengatakan peredaran narkoba di Lapas itu tak terbendung.
"Disana justru surganya pemake, pemain narkoba," katanya.
Udin mengungkapkan pada zaman dia ditahan, tak banyak apotek yang memproduksi dan menjual narkoba. Namun, ada 1 orang penguasa yang menjual dan memproduksi narkoba dengan anak buahnya.
"Jadi blok-nya jualan narkoba di Blok B. Jadi kalo lu mau beli narkoba ke blok sana. Yang megang 1 orang Dia nyarunya (nyamar) bos bola hukumannya Gudang (bandar narkoba), inisialnya AW," ungkapnya.
Kata Udin, kemungkinan peredaran narkoba di Lapas Kelas 1 Tangerang tak sebebas jaman dia ditahan. Hal itu disebabkan oleh, adanya mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar yang ditahan di Lapas tersebut karena kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen.
"Jaman gua Antasari ada disana, jadi nggak ada lab (laboratorium narkoba), tapi judi bola sama narkoba ada bandarnya. AW itu megang bola sama putih (sabu)," katanya.
"Bos Narkoba ini juga gak berani macem-macem karena ada Antasari. Mungkin kalau bebas banget takut dilaporin Antasari ke Pemerintah, tapi nggak tahu kalau sekarang. Tapi di jaman gua narkoba gampang dicari walaupun ada Antasari," tambah Udin.
Sama seperti yang dikatakan oleh Anwar. Kata Udin, narkoba yang paling mudah didapat adalah sabu bila dibandingkan dengan Ganja. Sabu dapat diproduksi atau diselundupkan. Sementara ganja hanya dapat diselundupkan
"Di dalam itu, kadang ada aja dokternya (peracik sabu) faham formulanya. Tinggal bilang (bahannya) pak beli ini, beli ini ke bapaknya (sipir) yang penting ada duitnya ada," ungkap Udin.
Udin menegaskan, apapun dapat dilakukan oleh Napi di dalam Lapas dengan catatan memiliki uang. Hal itu, digunakan untuk melibatkan sipir.
"Pokonya lu mau masukin apa aja, pasti libatkan petugas. Sipir disuruh beli tokipan (minuman keras). Jalan-jalan bisa, yang penting duitnya ada aja. Selagi lu ada duit," jelasnya.
Diketahui, Blok C2 Lapas Kelas 1 Tangerang mengalami kebakaran hebat pada Rabu, (08/09/2021) pukul 1.45 WIB. Tragedi ini menewaskan 48 warga binaan. 41 tewas di sel saat kebakaran terjadi. 8 lainnya meninggal setelah sempat mendapat perawatan di RSU Kabupaten Tangerang. Sementara 73 orang luka-luka. Sedangkan, 70 dirawat di klinik Lapas Kelas 1 Tangerang dan 3 di RSU Kabupaten Tangerang.
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasona Laoly mengatakan kebakaran itu diduga karena konsleting listrik. Hal itu bisa terjadi lantaran usia Lapas tersebut yang sudah tua.
"Karena persoalan listrik arus pendek. Ini (Lapas Klas 1 A Tangerang) dibangun pada 1972 jadi sudah 42 tahun sejak itu kita tidak memperbaiki instalasi listriknya. Ada penambahan daya tapi tidak diperbaiki," ujarnya saat meninjau Lapas Klas 1 A, Rabu, (08/09/2021).