Ngobrol Bareng Tamsil Linrung: Blak-blakan Kecurangan Pemilu dan Siasat Timnas AMIN

| 16 Jan 2024 09:02
Ngobrol Bareng Tamsil Linrung: Blak-blakan Kecurangan Pemilu dan Siasat Timnas AMIN
Ilustrasi. (ERA/Luthfia Arifah Ziyad)

ERA.id - Pekan pertama tahun 2024 redaksi ERA berkunjung ke Posko Pemenangan AMIN, Menteng, Jakarta Pusat. Kami punya janji temu dengan politikus kawakan dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Tamsil Linrung, yang kini dipercaya sebagai Asisten Pelatih Tim Nasional (Timnas) Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN).

Tamsil menemui kami selepas salat Asar, mengenakan kemeja putih beraksen garis biru, hijau, dan oranye yang melintang dari pundak ke bawah. Di bagian dadanya tertera logo AMIN. Banyak orang lalu-lalang di sekitar studio juga mengenakan seragam serupa. Lantai bawah tampak sibuk mengadakan konsolidasi, dan lantai dua banyak diisi anak-anak muda menatap layar laptop masing-masing.

Tamsil Linrung di Posko Pemenangan AMIN, Menteng, Jakarta Pusat. (ERA/Muslikhul Afif)

Pria kelahiran Mandalle, Sulawesi Selatan, 17 September 1961 itu buka-bukaan soal kecurangan dan pelanggaran pemilihan umum (pemilu) yang diterima kubunya; dukungan Jusuf Kalla (JK) ke pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden Anies-Muhaimin; hingga optimisme lolos ke putaran kedua. 

“Sudah selesai kalau putaran kedua. Kami justru bekerja, kenapa kita tidak serius untuk menuntaskan dalam satu putaran?” ujar Tamsil, Senin (8/1/2024).

Berikut ini hasil wawancara kami bersama Tamsil Linrung yang merangkap Ketua Deputi Saksi Timnas AMIN.

Apa kerja co-coach Timnas AMIN?

Ya sebenarnya tugas-tugas untuk mengonsolidasikan semua peran-peran yang ada di dalam Timnas. Tetapi secara khusus kebetulan kami ini juga diminta bertanggung jawab untuk deputi saksi dan pengorganisasian di seluruh Indonesia.

Dari debat sebelumnya, tampak Pak Anies makin agresif menyerang 02, apakah gaya seperti ini yang akan terus dipakai ke depan?

Pak Anies itu kan orangnya terbuka, dia siap dikritik, tapi dia juga hal biasa kalau melakukan kritikan. Nah, apakah ini akan tetap dipertahankan dengan gaya ini? Saya kira ini bukan pilihan khusus bagi beliau, tapi memang selama ini kita berkomunikasi dengan beliau itu terbuka. 

Pak Anies itu di depan orang dia tidak terbiasa memuji orang itu. Tapi kalau dia di belakang, ya dia kalau mau memuji, memuji di belakang. Kalau di depan itu dia lebih banyak menyampaikan kritik. Itu karakter beliau, berbeda dengan beberapa orang lain, di depan orang itu dia memuji, tapi di belakang dia menyampaikan kelemahan-kelemahan orang itu.

Mas Anies ini tidak senang seperti itu. Kita juga kalau mengkritik dia diterima. Bahkan dia tidak senang kalau kita menyampaikan kekurangan dia di belakang. Maunya kita sampaikan di depan dia. 

Keberanian ini datang dari mana? 

Sebenarnya saya kalau melihat Pak Anies menyampaikan hal seperti itu, saya tidak melihatnya sebagai bentuk serangan, tapi dia memang menyampaikan apa adanya, tidak bermaksud untuk menyerang. Karena dia meminta klarifikasi. Silakan aja kalau tidak sesuai dengan apa yang disampaikan itu boleh diklarifikasi, dan enggak usah meminta forum tertutup untuk klarifikasi.

Ada memang yang namanya rahasia negara, tapi saya pikir yang tadi malam (debat capres) ditanyakan itu tidak ada rahasia negara. Bisa diakses. Untuk menjelaskan 340 ribu hektare yang dia (Prabowo) punya, tidak perlu itu dinyatakan rahasia negara. Untuk prajurit tidak punya rumah itu bukan rahasia negara, itu malah sesuatu yang sangat harus terbuka dan direspons apa yang menjadi penyebabnya. 

Capres dan cawapres dari Koalisi Perubahan, Anies Baswedan (kedua kanan) dan Muhaimin Iskandar (kanan) bersama Wakil Kapten Timnas AMIN Sudirman Said (kedua kiri) dan Asisten Pelatih Tamsil Linrung (kiri) mengumumkan sejumlah nama baru anggota Timnas AMIN di Jakarta, Selasa (21/11/2023). (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/nym.)

Kalau Pak Prabowo bisa menyampaikan alasannya lugas, karena ada prioritas lain dan prioritas lain itu bisa diterima oleh akal sehat, Pak Anies pasti menerima. Tetapi, tentu sangat disayangkan kalau ada upaya-upaya membeli alutsiswa sementara mereka yang ditugaskan untuk mengamankan negara, untuk melindungi segenap warga tidak mendapat perlindungan untuk diri dan keluarganya.

Prioritas saja kita harus lihat. Mana yang kita prioritas? Apakah infrastruktur jalan atau infrastruktur berpikir yang kita harus lebih prioritaskan? Boleh kita berbarengan, tapi ada yang menjadi prioritas.

Dan selama 5-10 tahun terakhir, bagaimana Pak Tamsil melihatnya?

Saya kira terlalu berorientasi kepada infrastruktur fisik, tapi itu pun rawan sekali dengan kebocoran. Coba aja lihat, utang kita berapa belas ribu triliun, gampang menghitungnya. Berapa nilai infrastruktur yang kita bangun ini? Apakah equivalent dengan itu? Kalau tidak, berarti ada kebocoran.

Termasuk kereta cepat juga kebocoran?

Iya, buktinya saya waktu ke Jepang, itu Duta Besar Jepang waktu itu menceritakan bagaimana kecewanya pemerintah Jepang karena proposalnya itu dianggap tidak mungkin ada yang bisa mengalahkan. Karena ikon dia itu kereta cepat. 

Tapi apa yang terjadi? Proposal dia ditolak karena ada yang masuk proposal yang lebih rendah anggarannya. Tapi faktanya kemudian meminta tambahan yang jauh lebih besar daripada proposal yang diajukan oleh pemerintah Jepang. 

Bicara soal IKN, apabila Paslon AMIN terpilih, IKN dihentikan, lalu bagaimana kelanjutannya?

Bisa saja infrastruktur yang ada di sana terus berlanjut, tapi tidak harus menjadi ibu kota negara. Saya kira tidak harus mangkrak, karena gini, anggaran Rp466 triliun itu kan luar biasa. Kalau memang sektor swasta mau terlibat, tidak hanya dengan pernyataan-pernyataan, tapi dibuktikan. 

Sekarang kita tanya, sudah berapa swasta yang terlibat di situ? Tidak ada. Gibran waktu menjelaskan itu bilang sudah ada. Sudah ada berupa komitmen, tapi tidak ada dalam bentuk implementasi, sepeser pun belum ada yang masuk di dalam. Itu kita melihat neraca laporan keuangan IKN itu enggak ada anggaran dari sektor swasta.

Saya kira banyak pertanyaan-pertanyaan lain, tapi begini, sebelum kita memutuskan ini, Mas Anies nanti kalau terpilih menjadi presiden, saya kira dia perlu membentuk tim kajian khusus tentang ini. Biar hasil kajiannya itu menjadi objektif betul bahwa bisa tidaknya diteruskan itu. 

Kalau hasil kajiannya menyatakan diteruskan, teruskan. Tapi kalau hasil kajiannya merekomendasikan lebih baik membangun ibu kota-ibu kota daerah di tempat-tempat lain, bisa dilakukan dengan kebijakan itu.

Jadi tergantung bagaimana nanti tim khusus ini yang menilai apakah layak dilanjutkan atau tidak? 

Iya, apakah memang ini kebutuhan atau hanya keinginan kelompok-kelompok tertentu yang lebih mempertimbangkan untuk mendapatkan keuntungan finansial dari situ. Jangan salah, proyek Rp466 triliun ini kalau dikerjakan oleh konglomerat, konglomerat yang mendapat keuntungan 10% saja itu sudah 40 sekian triliun. Jangan berhitung kayak gitu, tapi apa yang bisa kita peroleh dari situ untuk pemerataan pendidikan, untuk tujuan nasional mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kalau ternyata hasil kajian IKN layak diteruskan, apakah tidak takut menyerang balik Anies saat terpilih?

Saya kira dalam format yang ada sekarang itu, hasil kajiannya saya bisa bayangkan bahwa itu tidak meneruskan. Mungkin menjadi sebuah ibu kota provinsi yang besar, itu bisa jadi. Tapi kalau itu menjadi ibu kota negara, saya kira enggak. Tapi kalau ibu kota provinsi dengan anggaran yang kira-kira berkisaran Rp50-100 triliun, ya itu bisa jadi. 

Tapi kalau angka Rp460 triliun itu enggak. Dengan kondisi infrastruktur di Kalimantan Timur itu yang masih jauh dari yang kita harapkan. Jalan-jalan di berbagai provinsi lain di Kalimantan kan belum merata. Bahkan kalau kita dari Samarinda ke Kutai, kita masih menemukan jalan-jalan yang jauh daripada sebuah daerah penghasil minyak dan tambang batu bara yang luar biasa. 

Sama juga di daerah-daerah lain yang penghasil tambang. Jadi ini memang tinggal formalitas saya kira nanti untuk kajian itu. Tapi terus terang sudah ada teman-teman yang secara silent melakukan kajian di sana dan memang sudah sampai pada suatu kesimpulan, ini tidak layak untuk diteruskan.

Pak Tamsil selaku Ketua Deputi Saksi Timnas AMIN bagaimana mencegah pelanggaran dan kecurangan pemilu yang kata Pak Hamdan Zoelva diduga terstruktus, sistematis, dan masif?

Itu kita memang sudah melihat ada narasi yang luar biasa tentang kecurangan ini. Jauh sebelum pemilu dilaksanakan itu sudah ramai diperbincangkan. Jadi kita melihat ini luar biasa, sebelum pelaksanaan pemilu ini udah merata menjadi perbincangan di masyarakat tentang kecurangan ini. 

Berarti jangan-jangan memang ada yang mempersiapkan ini, merancang kecurangan secara sistematis untuk itu. Dan kita melihat yang pertama, cawapres itu secara etik ya jelas sekali Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) memutuskan ada pelanggaran etik di situ. 

Kemudian kita menyaksikan bagaimana seorang cawapres membawa uang ke satu pesantren dan membagi-bagikan secara terbuka begitu. Ini di satu sisi baik, karena orang ini jujur terbuka dia bagikan, tapi di sisi lain ya mestinya bawaslu bertindak, tidak diam. Sudah di depan mata ada kejadian seperti itu. 

Bahkan ada satu Gus, itu juga membagi-bagikan secara terbuka. Tapi kalau Miftah ini bisa berkelit, saya ini orang berduit, tidak ada kaitannya dengan tim, tapi saya membagi-bagikannya saja. Nah mungkin, tapi apakah itu dipercaya oleh Bawaslu? Periksa saja rekeningnya dia nanti, betul enggak itu? Dana itu diambil dari rekening pribadinya dan sumbernya dari mana? Itu bisa diketahui.

Nah kejadian-kejadian seperti ini menunjukkan bahwa memang ada rancangan kecurangan yang luar biasa. Karena itu saya mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat yang menginginkan perubahan supaya pada pemilu ini ayo kita sama-sama kawal pemilu jurdil. 

Jadi kami mengajak jangan puas hanya menjadi peserta pemilu, ikut mencoblos, setelah itu pulang, tidur di rumah. Gunakan momentum ini setelah mencoblos, kalau bisa daftarkan diri juga sekaligus sebagai saksi. 

Kalau tidak bisa menjadi saksi, maka berdiam di sekitar TPS (tempat pemungutan suara) menyaksikan gerak-gerik orang yang ada di sekitar situ, mana yang gesturnya kelihatan akan melakukan kecurangan, nah itu segera bunyikan kentongan, tanda sebagai ada sesuatu yang bermasalah, teriaki mereka. 

Orang yang biasanya mau melakukan kecurangan, pencurian, dan lain-lain dia akan segera mengurungkan niatnya kalau banyak yang menyaksikan. Karena itu saksi berlapis harus kita siapkan di TPS. 

Kemudian juga supaya mengamankan seluruh yang ada di TPS, baik itu peserta pemilu, saksi, maupun petugas KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara), supaya jangan ada lagi kejadian seperti pada pemilu sebelumnya, banyak petugas KPPS yang meninggal. Katanya meninggal karena kelelahan, apa iya betul? 

Karena tidak ada autopsi, jangan-jangan meninggal karena kelaparan, makanan terlambat datang, atau jangan-jangan meninggal karena keracunan, keracunan atau diracun ya kita tidak tahu, karena jangan-jangan ada rahasia yang mereka sangat ketahui dan dikhawatirkan terbongkar kalau dia ada, sehingga ada kemungkinan untuk itu. 

Mungkin karena keluarga juga menolak autopsi?

Ada keluarga yang ingin keluarganya diautopsi, tapi negara tidak membelehkan, aparat tidak membolehkan. Dan banyak lagi kejadian-kejadian yang lain yang sangat kita khawatirkan, jangan sampai itu terulang lagi. Untuk tidak terulang lagi maka di sekitar TPS kita menyiapkan dapur umum, menjaga rasa aman masyarakat, rasa aman peserta pemilu, menjaga rasa aman saksi, dan petugas KPPS. 

Kalau dia percaya kita siapkan makanan sehat yang menjamin bahwa itu tidak akan mengakibatkan terjadinya keracunan kalau dia mencicipi makanan yang kita siapkan. Dan partisipasi masyarakat ini luar biasa, sudah banyak yang mendaptarkan diri untuk menjadi petugas dapur umum, terutama dari Aisiyah Muhammadiyah. Dia sudah mendaftar di kita itu. 

Kita sudah memperkirakan akan ada 40 ribu dapur umum di seluruh Indonesia. Jadi di setiap 10 TPS itu akan ada dapur umum yang kita siapkan. Kalau di luar kota mungkin sampai 20 TPS. Kalau di Jakarta, di Bekasi misalnya, ada satu desa TPS-nya sampai 90, jadi itu karena padatnya dibagi per 10. 

Itu tadi membahas pencegahan kecurangan. Saya penasaran soal kabar kalau Timnas AMIN sering dibatasi pergerakannya untuk melakukan kampanye dan sebagainya, apakah benar?

Ada, makanya kita ini bertanya-tanya negara itu harus memfasilitas, karena ini kewajiban negara untuk memfasilitasi paslon melakukan kampanye, bukan kami yang harus minta izin. Tanpa minta izin harus diperkenankan, tapi ini di beberapa tempat dibatalkan. 

Bahkan ada satu tempat, misalnya saya sudah menyiapkan tempat itu, dipermasalahkan karena itu katanya yayasan sosial, tidak boleh di situ. Padahal itu punya saya, silakan digunakan di situ. 

Tapi okelah kalau ada alasan yang kuat bahwa tidak boleh, itu saya masih bisa mempertimbangkan. Tapi kalau yang lain tidak ada alasan yang seperti itu dan itu banyak kejadian, sudah dicatat semua oleh Pak Hamdan Zoelva sebagai tim hukum nasional kita.

Dan sudah dilaporkan ke pihak berwenang?

Saya enggak tahu apakah itu sudah dilaporkan, tapi itu semuanya sudah diinventarisir, sudah masuk ke dalam tim hukum nasional.

Termasuk apakah betul banyak pengusaha itu takut untuk mendukung paslon AMIN?

Ada yang menghubungi saya, “Pak, saya kan ikut nyumbang, tapi jangan bilang-bilang, karena kami nanti ditekan, diperiksa lagi macam-macam. Kita ini kan kalau dicari-cari kesalahan mungkin saja bisa ada.” 

Dia bilang begitu, dia jujur juga, jangan bilang-bilang kita mau bantu. Sehingga ada yang bantu itu natura. Dia kirim ke sini kaus, banner. Ya, kita terima begitu aja. Karena dia kasihan melihat. 

“Kok kami berkeliling di daerah, Pak, saya tidak melihat ada atribut AMIN yang terpasang. Ya, kami mau pasang, tapi kami ini masih ada keluarga aktif di Kepolisian. Tapi saya tahu Pak Anies ini program-programnya banyak memihak ke polisi, TNI. Apa yang dikatakan Pak Anies tentang prajurit yang tidak mendapatkan perhatian itu betul Pak.”

Kami ini bahkan diantar ke barak-barak mereka. Sebagian itu mau rubuh, sebagian lampunya remang-remang itu. Saya datang di Sulawesi Selatan, saya keliling. Saya sebutlah di Pare-Pare. Makanya saya selalu bilang sama Pak Anies, nanti kita harus bikin program rumah layak huni bagi setiap warga masyarakat Indonesia. 

Caranya gampang, bisa kita berikan subsidi, berikan pinjaman lunak, mereka bisa membayar. Dengan catatan gajinya juga harus cukup. Saya kira inilah yang dimaksud oleh Mas Anies sebagai keadilan dan kesetaraan, ini yang harus kita wujudkan.

Soal dukungan Pak Jusuf Kalla, saya mau konfirmasi satu hal, sebelumnya keponakan Pak JK, Erwin Aksa bilang belum pernah dengar langsung dari Pak JK?

Ada Pak JK sendiri ngomong dan itu dia di sampingnya Pak Said Didu dan Pak Sudirman Said dalam satu acara relawan Anies-Muhaimin di Makassar.

Bahkan, Pak JK menyampaikan di satu tempat, “Saya yakin Anda menang, tapi Anda tidak boleh mengabaikan bahwa untuk kemenangan ini perlu ada dana. Karena saya melihat timnya Anies ini, timnya AMIN ini, tidak pernah bicara soal dana saya dengar. Coba kau duduk, diskusikan itu. Berapa kebutuhanmu dan berapa saya harus bantu?”

Itu secara sukarela?

Langsung secara sukarela dia menyampaikan begitu. Tapi kita memang menyampaikan, “Maaf Pak JK, kami ini berjalan begini saja, dan sampai sekarang alhamdulillah tidak ada kendala. Ya Pak JK kalau mau bantu-bantu banner di Sulawesi, alhamdulillah. Karena memang banyak masyarakat yang menilai kami seolah-olah tidak siap pemilu ini karena tidak pasang banner.”

Tapi ada juga masyarakat yang bilang bahwa lebih baik tidak punya spanduk yang besar, tapi punya gagasan besar, dan itu sampai kepada masyarakat daripada yang punya spanduk besar-besar di mana-mana, tapi gagasannya kecil. Tidak ada gagasan tentang bagaimana seharusnya Indonesia ke depan. 

Ini juga menarik terkait strategi kampanye Pak Anies di Tiktok untuk penetrasi Gen Z. Bagaimana ceritanya?

Iya. Makanya kita melihat bahwa hari-hari ke depan ini akan ada perpindahan besar-besaran dari yang selama ini diposisikan oleh survei di atas itu bisa signifikan hijrah ke Anies, ke AMIN. 

Diprediksikan seperti itu?

Bukan hanya prediksi, saya sudah melakukan survei. Dan saya sekarang mulai hari ini bergerak lagi untuk survei. Survei kami untuk Jawa minggu lalu sudah dirilis, survei Nusantara mestinya hari ini dirilis, tapi mungkin tertunda besok. 

Kalau dari hasil survei terakhir Litbang Kompas dan CSIS suara AMIN masih di kisaran 20%, bedanya signifikan?

Signifikan, kita sudah 32% lebih. Dan yang satu turun, tapi masih di atas kita. Yang satunya juga 18%.

Di mana lumbung suara AMIN paling banyak?

Di luar Jawa itu memang merata. Ada provinsi yang sampai 80% di luar Jawa. Di Jawa yang tadinya tidak diperhitungkan, di Jawa Tengah kita sudah 21,2%, masih nomor tiga, tapi ini signifikan. Di Jawa Barat, ya memang masih nomor dua juga, tapi saya kira minggu depan ini mungkin nomor satu. Saya yakin betul itu. 

Jawa Timur bagaimana?

Jawa Timur signifikan, memang masih ada pembelahan. Di warga NU, struktural itu berada di 02, tapi kulturalnya di 01. Dan dampak pemecatan Kiai Marzuki Mustamar itu positif, karena berdampak soliditas di kalangan pesantren. 

Pak Tamsil bilang secara kasat mata struktural NU itu ke 02, tapi secara kultural ke 01, memang kelihatan seperti itu?

Kelihatan sekali. Memang dalam survei yang kita lakukan, khususnya di Jawa ya. Di luar Jawa mau struktural, non-struktural, sapu habis oleh Anies.

Tapi kan kalau Pengurus Besar NU (PBNU) itu bilang pengurus NU harus netral?

Iya, tapi kita melihat pemecatan (Kiai Marzuki) itu apakah sebuah indikasi kenetralan? Terlibatnya beberapa struktur NU yang ikut bagi-bagi duit apakah itu bentuk kenetralan? Jadi ini memang menjadi tanda tanya. Apalagi kita mendengar bahwa Kiai Marzuki itu dipecat karena dia tidak mau menerima supaya dia menjadi pendukung paslon tertentu, meskipun diberi fasilitas yang signifikan.

Saya mau bertanya sekali lagi, berarti Timnas AMIN ini yakin akan tembus putaran kedua?

Kalau putaran kedua insyaAllah, kelihatannya itu sudah hampir pasti banget.

Ada prasyaratnya tidak Pak Tamsil untuk bisa tembus putaran kedua?

Sudah selesai kalau putaran kedua. Kami justru bekerja, kenapa kita tidak serius untuk menuntaskan dalam satu putaran? Karena modalitas untuk itu ada. 

Tadi malam debat itu saya kira ditonton oleh jutaan warga masyarakat dan saya yakin mereka sampai pada kesimpulan, kalau bukan Anies, kami salah pilih. Dan kami akan yakinkan itu dengan kampanye. Kami akan berkeliling, akan meyakinkan, mudah-mudahan satu putaran.

Ini biasanya satu putaran dari kubu sebelah, sekarang dari kubu sini juga mulai ya?

Karena survei kami menunjukkan selisih kami tinggal sedikit. Kami 32 koma, dia 35 koma. Tipis. Tipis selisihnya.

Berarti tinggal swing voter saja?

Iya, dan swing voter itu sangat tipis. Pemilih AMIN itu konsisten. Hampir tidak ada yang akan bergeser dari AMIN. Tapi pemilih yang lain itu rata-rata di atas 40% yang masih mungkin untuk berubah, masih mikir-mikir. 

Rekomendasi