Apa Itu Elektabilitas dalam Dunia Politik, Berikut Penjelasannya..

| 08 Sep 2022 22:05
Apa Itu Elektabilitas dalam Dunia Politik, Berikut Penjelasannya..
Jokowi dan Ma'ruf Amin saat debat Pilpres 2029. (Foto: Antara)

ERA.id - Elektabilitas. Kata ini telah menggantung di kepala kandidat yang lebih progresif untuk seluruh siklus pemilu 2024 mendatang. Lantas, apa itu elektabilitas? Seberapa penting dalam pemilihan?

Dilansir dari Berkeley Public Policy Journal, memahami elektabilitas dapat dimulai dengan kriteria sederhana yaitu dengan melihat dengan kandidat terdahulu.

Elektabilitas Ridwan Kamil berada di posisi cawapres teratas dalam Survei Poltracking Indonesia (ERA/Dok. Sandi)

Pertama adalah melihat seberapa baik seorang kandidat beresonansi dengan basis partai, termasuk bagaimana mereka beresonansi dengan berbagai fraksi partai, dan seberapa baik mereka menyatukan sayap-sayap partai yang berbeda.

Seberapa baik seorang kandidat terhubung dengan minat yang relevan dari kelompok demografis seperti ras, wanita, agama, dan pemilih muda.

Kedua, seberapa kuat keyakinan seorang kandidat untuk memperjuangkan visi dan misinya.

Selanjutnya, pemahaman elektabilitas dalam pemilu yang paling umum adalah adalah seberapa mampu kandidat dapat memenangkan pemilihan.

Randy Clopton, kandidat Master of Public Policy di UC Berkeley Goldman School of Public Policy mendefinisikan elektabilitas sebagai kemampuan untuk menyatukan orang-orang dari latar belakang sosio politik yang berbeda dan memperjuangkan ide-ide dari basis yang bersatu. Sosok yang demikian dinyatakan dapat memenangkan pemilihan.

Dikutip dari Psychology Today, Dylan Selterman menjelaskan jika elektabilitas  sering diterapkan dengan cara yang sangat licin, tidak konsisten, dan bias. Terdapat konflik kepentingan ketika politisi mengklaim bahwa mereka lebih "dapat dipilih" karena implikasinya adalah bahwa mereka lebih layak mendapatkan suara kita daripada lawan mereka.

Dylan menjelaskan jika elektabilitas menjadi bias karena hanya melayani diri sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Setiap politisi mungkin percaya bahwa mereka lebih "dapat dipilih" daripada lawan mereka, sama seperti kebanyakan orang percaya bahwa mereka lebih tinggi daripada rata-rata orang lain.

Kemudian, secara statistik tidak mungkin bagi kebanyakan orang untuk berada di atas rata-rata pada variabel apa pun.

Selain itu, elektabilitas juga sering digunakan untuk menutupi prasangka halus dengan mengecilkan hati kandidat lain yang minor seperti wanita, orang kulit hitam, homoseksual, atau minoritas agama. Kemudian hal yang sama bagi seorang kandidat dengan elektabilitas kuat yang dianggap cocok jadi presiden seperti tua, etnis dominan, laki-laki, agama dominan.

Elektabilitas jadi Faktor Penting Pemilu

Meskipun demikian, elektabilitas di negara demokrasi masih menjadi faktor penting. Kemudian banyak yang berpendapat bahwa persepsi elektabilitas sebagian besar didorong oleh media nasional.

Kini media dapat menciptakan apa yang oleh analis Nate Silver disebut sebagai "putaran umpan balik" dan kritikus media Washington Post Margaret Sullivan menyebutnya sebagai "efek yang mengabadikan diri sendiri."

Apabila beberapa pakar dan pemilih mengatakan terdapat satu kandidat “yang paling dapat dipilih” dan mereka memberitahu lembaga survei, maka kandidat tersebut akan disorot oleh media dan dianggap sebagai sosok dengan elektabilitas tinggi.

Meskipun hal tersebut di masa lalu tidak menjadi masalah, tetapi sekarang narasi nasional meresap ke dalam kesadaran pemilih dengan cara yang belum pernah terjadi di sebelumnya.

Dengan demikian, elektabilitas bisa berasal dari anggapan pakar ketika lembaga survei menelepon yang kemudian menjadi umpan balik narasi nasional.

Selain pembahasan soal apa itu elektabilitas, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Kalo kamu ingin tahu informasi menarik lainnya, jangan ketinggalan pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman

Rekomendasi