Namun, apabila anggaran terbaik telah "turun" tetapi pekerjaan tersendat-sendat, bahkan tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan, jangan harap atasan akan bersikap manis.
Penilaian tingkat profesionalitas seseorang juga terjadi pada fase di mana nominal gaji muncul di rekening tiap bulannya. Masa tidak kompeten punya honorarium terbaik? Jangan sampai preseden buruk terkait pekerjaan membuat kepercayaan atasan menjadi hilang.
Agaknya itu juga yang dirasakan Neymar saat dipinang klub sepakbola Paris St-Germain (PSG) dengan anggran 222 juta euro atau sekitar Rp3,5 triliun. Neymar yang masih berusia 25 tahun langsung dinobatkan menjadi pemain termahal di dunia.
Berbagai media menyorotnya, sepak terjang pemain berkebangsaan Brasil ini menjadi bahan pembicaraan. Sedikit saja dia melakukan kesalahan fatal hingga menyebabkan PSG kalah, tentunya, pelatih, manajer hingga suporter PSG dari seluruh dunia menghujatnya.
Akan tetapi, Neymar membuktikannya. Gelontoran dana untuk gaji Neymar sebanding dengan penampilannya di klub asal ibu kota Perancis itu sejak debutnya pada Senin (14/8).
Neymar tercatat bermain gemilang di tiap kesempatan saat PSG bertandang. Berkat upayanya, PSG melaju ke babak 16 besar kompetisi bergengsi liga Champions. PSG saat ini kokoh di puncak klasemen Grup B liga Champions dengan torehan 15 poin dari 5 pertandingan.
Rasanya enggak ada habisnya jika membahas gaji dan penampilan gemilang Neymar. Jadi teringat dengan anggaran Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak yang akan berlangsung pada 2018 mendatang.
Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Sumarson pernah mengatakan total anggaran Pilkada 2018 mencapai Rp15,2 triliun. Bahkan berpotensi tembus Rp20 triliun lantaran saat ini menggunakan standar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Alasan besarnya dana Pilkada 2018 adalah luasnya cakupan Pilkada 2018 yang mencapai 17 provinsi, 39 kota dan 115 kabupaten.
Hmmm.. Mahal ya dana Pilkada 2018? Kalau dihitung-hitung bisa menggaji Neymar sebanyak empat orang.