Pada pra pembukaan, IHSG turun 10,5 poin ke 5.850,719. Indeks LQ45 turun 2,6 poin ke 920,615. Hingga akhirnya menutup perdagangan IHSG melemah 91,373 poin (1,56%) jadi 5.769,873 poin. Kemudian indeks LQ45 juga tergelincir 20,141 poin (2,18%) menjadi 903.085 poin.
Pelemahan ini dipicu oleh krisis finansial yang terjadi di Turki akibat adanya penerapan kenaikan tarif baja dan aluminium dari AS. Hal ini memicu kekhawatiran sejumlah negara terutama Eropa dan Asia.
Sementara itu, indeks utama bursa AS ditutup kompak di zona merah pada perdagangan awal pekan kemarin (13/08). Indeks Dow Jones berakhir melemah sebesar 0.50% ke level 25187, S&P tertekan 0.40% ke level 2821 dan Nasdaq turun sebesar 0.25% ke level 7819.
Sedangkan bursa regional mayoritas juga bergerak negatif. Di mana Indeks Nikkei 498,650 hanya menguat 2,28 poin ke 22.356,080, Indeks komposit Shanghai turun 4,910 poin ke 2.780,906, Indeks Strait Times pun berkurang 2,470 poin ke 3.242,870, dan Indeks Hang Seng turun 183,641 poin ke 27.752,930.
Pengamat pasar uang dari Bank Woori Saudara Indonesia, Rully Nova mengatakan bahwa nilai tukar rupiah menguat seiring dengan pelaku pasar yang mulai melepas dolar AS untuk ambil untung. Menurutnya salah satu sentimen eksternal, terkait krisi keuangan di Turki di mana masih membayangi pergerakan mata uang global.
"Sebenarnya, kondisi ekonomi Turki dan Indonesia berbeda. Data-data ekonomi Indonesia masih lebih baik sehingga tekanan rupiah diproyeksikan hanya temporer," kata Rully seperti dikutip dari Antara, Selasa (14/8/2018).
Ditambahkannya, bahwa defisit neraca transaksi berjalan indonesia pada triwulan kedua yang meningkat juga diyakini akan membaik ke depannya.
"Tren ekonomi nasional sedang tumbuh, seiring jalannya waktu mata uang dan data ekonomi kita akan membaik," tutupnya.
Kondisi Keuangan Turki
Perlu diketahui, kondisi perekonomian Turki sedang mengalami krisis. Di mana mata uang Turki Lira, terus mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Tak hanya itu, bursa saham Turki juga ikut mengalami penurunan sejak pekan lalu.
Mengutip situs kantor berita Turki Anadolu Agency, Selasa (14/8), pada pembukaan Jumat akhir pekan lalu, bursa saham Turki turun 1.581,78 poin atau 1,63% dari penutupan hari sebelumnya. Perdagangan saat itu dibuka pada 95.603,35 poin.
Kemudian, bursa saham Turki juga kembali mengalami penurunan hingga 2,31% saat penutupan Jumat pekan lalu. Bursa saham Turki ditutup pada level 94.939,63 poin, dengan volume perdagangan sekitar 15,5 miliar lira Turki (US$ 2,4 miliar).