Mencari PKL di GBK Saat Asian Games

| 23 Aug 2018 16:16
Mencari PKL di GBK Saat Asian Games
Pedagang kaki lima di kawasan GBK. (Leo/era.id)
Jakarta, era.id - Perhelatan Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang sedang berjalan, setelah dibuka pada 18 Agustus lalu. Acara ini pun jadi pertunjukkan tersendiri dan menyedot perhatian masyarakat. Ribuan orang terlibat dalam acara ini, mulai dari penyelenggara, atlet, hingga penonton, dan tak ketinggalan pedagang kaki lima.

Pedagang kaki lima memang dilarang muncul di sekitar venue Asian Games, termasuk di kawasan Gelora Bung Karno. Pihak penyelenggara memang memberikan tempat untuk berdagang di sana, tapi harus terdaftar terlebih dulu. Sehingga, pedagang kaki lima ilegal tidak dibiarkan berkeliaran mencari pembeli.

Namun, nyatanya, pedagang kaki lima masih beredar di kawasan GBK. Tim era.id menemukan beberapa di antara mereka.  Haryanto, misalnya, pedagang pernak-pernik untuk suporter Asian Games, yang mengaku nekat berjualan di sekitar Senayan agar tetap dapat bertahan hidup di Jakarta.

Bapak tiga anak ini bercerita kepada era.id, mulai berdagang sejak Subuh hingga Isya. Dia berjualan stiker merah putih yang digunting kecil-kecil dan pita merah putih.

Dia mengaku tak tenang berdagang di GBK karena takut diusir petugas yang berjaga. Tapi, meski Haryanto diusir berulang kali, dia memilih balik lagi supaya dapur di rumahnya berasap.

"Diusir kita balik lagi, kucing-kucingan sama Satpol PP. Mau ngerampok takut dipenjara, kasihan sama anak," kata Haryanto, Kamis (23/8/2018).

Ketika ditanya pendapatannya selama Asian Games ini berlangsung, dia menyunggingkan senyum. Kata dia, dalam sehari berjualan atau 12 jam, biasanya dia dapat membawa pulang uang sebesar Rp500 ribu. Jumlah ini cukup untuk menghidupi dia dan keluarga selama tiga hari.

Tapi, usahanya ini adalah musiman. Haryanto juga pernah berdagang gorengan, tukang terompet sampai papan ujian. Kata dia, Jakarta keras. "Tapi, saya pernah jualan papan ujian di Bandung, enggak laku, cuma laku dua, karena yang jualan papan ratusan orang," ucapnya sambil tertawa.

Penjual pernak-pernik Asian Games, Haryanto di kawasan GBK. (Leo/era.id)

Senasib dengan Haryanto, pedagang minuman mineral di GBK, Junaedi, mengaku harus ngumpet-ngumpet untuk berdagang. Buat berkamuflase, dia berkeliling kawasan GBK dengan membawa 10 botol minuman. 8 botol ditaruh di tas dan dua botol digenggam di kedua tangannya. Kadang, semuanya dia kantongi di celananya. 

"Tadi sih sudah ditegor sekuriti, kalau ditegor saya ngumpet dulu," tuturnya.

Junaedi mengaku kepada era.id, sebagai penjual air mineral 'karbitan'. Dia baru dua hari berjualan minuman. Biasanya, dia mencari uang sebagai juru parkir sate taichan di kawasan GBK. Namun karena ada perhelatan Asian Games, para penjual sate taichan dipindah sementara waktu ke tempat lain. Junaedi pun jadi menganggur.

Penjual air mineral, Junaedi di kawasan GBK. (Leo/era.id)

Memang larangan untuk berdagang di kawasan GBK sangat ketat saat Asian Games ini. Hampir tiap 30 menit era.id melihat petugas keamanan yang mondar-mandir menertibkan kawasan sekitar GBK. Baik mereka berjalan kaki maupun dengan sepeda motor, namun yang jelas jika ada pedagang yang berjualan akan langsung ditegur dan diminta pergi.

Tapi, meski pengawasan sudah sangat ketat seperti itu, nyatanya, pedagang seperti Haryanto dan Junaedi masih ada. Toh, keduanya masih sempat era.id wawancara.

Rekomendasi