"Mungkin nanti diakhirnya ketika pemeriksaan DNA sudah berakhir dan kita tidak bisa menemukan lagi mungkin juga ada beberapa jenazah yang terpaksa akan kita lakukan pemakaman bersama," kata Pramujoko di RS Polri, Jumat (3/11/2017).
Meski demikian, kata Pramujoko, peluang pemakaman massal masih sangat kecil, karena belum semua sampel DNA selesai diperiksa. Polisi masih berupaya meminta keluarga korban memberikan data antemortem yang lebih spesifik agar mudah dikenali.
Contohnya, barang pribadi seperti sikat gigi, handuk, dan foto korban yang menunjukkan gigi. Polisi membutuhkan 1-3 hari untuk memeriksa satu sampel DNA.
"Contohnya, misalnya foto yang nyengir, misalnya. Foto yang keliatan giginya. Itu pun belum tentu bisa digunakan. Kenapa? Bisa jadi dia kirim foto nyengir keliatan gigi atas ternyata di korban itu gigi atas-nya sudah enggak ada. Gigi atas-nya sudah terbakar hingga rontok, enggak ada lagi," kata Pramujoko.
Joko memastikan, saat ini Tim DVI masih terus berjuang dengan pemeriksaan DNA dari 16 jenazah yang belum teridentifikasi. Menurutnya, ada banyak sample yang belum petugas kerjakan.
Sepekan pasca ledakan tragis itu terjadi di pabrik kembang api PT Panca Buana Cahaya Sukses, petugas berhasil mengidentifikasi 33 kantong jenazah. Terbaru, pada Kamis pagi (2/11/2017), Tim DVI berhasil mengidentifikasi satu jenazah lagi bernama Saroh binti Usih lewat rekam medis dan gigi.
"Ada satu jenazah yang dinyatakan teridentifikasi, yaitu satu body bag No. 07 atau No. Register 340 teridentifikasi sebagai Saroh binti Usih," ujar Pramujoko.
Polisi menetapkan tiga orang tersangka dalam kasus ini, yakni pemilik pabrik Indra Liono, Direktur Operasional Andri Hartanto dan tukang las Subarna Ega. Penyebab ledakan berasal dari pengelasan yang dilakukan Subarna Ega.