Kali ini, kata Boni, pergerakan mereka lebih kepada penggunaan logika yang jungkir balik, sebelumnya para kaum radikal kencang menggunakan isu-isu agama.
Menurut Boni, logika jungkir balik inilah yang seharusnya diluruskan. Kaum radikal itu memang cenderung memainkan politik jargon dan kampanye hitam, seperti menyebut pemimpin negara itu seorang PKI atau kafir.
Boni secara tegas menajabarkan bahwa identitas-identitas konvensional ini masih bisa disuburkan dan dimainkan. Kaum radikal ini memang secara khusus mengarah pada kelompok-kelompok yang menggunakan kekerasan dan logika yang terbalik-balik.
"Harus ada penyadaran-penyadaran yang serius dari masyarakat," tutur Boni yang menjadi pembicara di diskusi Tutup Tahun 2017 LPI yang dilaksanakan di Hotel Aryaduta, Semanggi, Jakarta pada Rabu (13/12/2017).
Menurut mantan Kepala Badan Intelejen Strategis, Laksda (purn) TNI Soleman Ponto, salah satu cara untuk melakukan penyadaran adalah lewat orang-orang yang berakal dengan menyadari dan menyadarkan perbedaan sebagai sesuatu yang sudah terpatri dalam jati diri bangsa.
"Ke depan, kita harus tetap mempertahankan prinsip berbeda-beda, tapi tetap satu," tutur Ponto yang menjadi pembicara di acara yang sama.