Siang tadi, belasan jenazah di dalam kantong mayat sudah ada yang dikubur di sini. Bersama kantong jenazah yang berwarna oranye, kuning dan hitam. Diletakkan berjejer di sebuah lahan yang disiapkan untuk 1.000 jenazah.
Pemakaman dimulai sebelum tengah hari. Ada sekitar 18 jenazah yang diangkut menggunakan 2 truk dan 1 mobil pikap. Mereka diangkat ke dalam kuburan 10 x 100 meter dengan kedalaman 1,5 meter. Setelah selesai, giliran ekskavator yang bekerja untuk melakukan penimbunan.
Kita tentu berharap angka 844 sudah berhenti saja. Tak perlu lagi bertambah, bahkan sebiji pun. Tapi toh rasanya sulit karena proses evakuasi korban dari rerentuhan bangunan saja belum optimal. Masih banyak laporan soal keluarga mereka yang hilang atau tak bisa dihubungi.
Simak cerita salah satu warga bernama Adi. Saat tsunami menerjang, dia sedang bersama istrinya. Karena tak sempat lagi lari, Adi lantas memeluk erat istrinya. Mereka berdua terseret. Tapi sang istri terlepas dari pelukannya dan hingga kini belum juga ditemukan hingga kini.
"Ketika ombak datang, saya kehilangan dia," kata Adi.
Mereka yang dikubur di sini sudah lebih dulu melalui proses identifikasi. Namun jenazah itu tak kunjung diambil keluarga yang tersisa. Makanya dimakamkan di sini.
Proses pemakaman harus dilakukan secepatnya khawatir jenazah korban yang mulai membusuk. Ditakutkan materi organik seperti feses dapat mengotori sumber air bersih yang sedang langka didapat ketika bencana ada. Belum lagi bau busuk yang bisa ganggu kesehatan karena 'mengundang' hewan pembawa penyakit seperti tikus dan lalat.