Dolar AS Nyaris Dekati Rp15.300

| 09 Oct 2018 10:05
Dolar AS Nyaris Dekati Rp15.300
Ilustrasi rupiah (Pixabay)
Jakarta, era.id - Nilai dolar Amerika Serika (AS) terus mengalami penguatan terhadap sejumlah mata uang negara berkembang, salah satunya Indonesia. Bahkan mata uang Paman Sam ini nyaris menyentuh angka Rp15.300 per dolar AS.

Mengutip data perdagangan Reuters, Selasa (9/10/2018), dolar AS dibuka di Rp 15.220 dan terus naik hingga mencapai posisi tertingginya di Rp 15.235.

Data perdagangan Reuters

Secara year to date (ytd) atau dari awal tahun hingga saat ini, dolar AS sudah menguat terhadap rupiah sebesar 12,25 persen. Nyatanya, rupiah ternyata tidak sendiri yang mengalami pelemahan. Kondisi ini juga dialami sejumlah mata uang di negara Asia Tenggara.

Malaysia, ringgit juga keok terhadap dolar AS yakni dari pembukaan 4,145 menjadi 4,150 atau melemah 0,12 persen.  

Mata uang Thailand, bath melemah 0,396 persen dari 32,810 menjadi 32,940. Sementara itu, peso Filipina turun 0,03 persen yakni dari 54,250 menjadi 54,270.

Sebaliknya, dua negara Asia Tenggara lainnya yakni Singapura dan Brunei Darusalam mengalami penguatan mata uang terhadap dolar AS.

Mengutip dari Antara, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan nilai tukar mata uang Rupiah terhadap dolar AS yang masih mengalami perlemahan terjadi karena pengaruh dari membaiknya kondisi ekonomi di AS.

"Kita melihat ekonomi AS itu masih sangat mendominasi dan pergerakannya cepat sekali," kata Sri Mulyani saat ditemui pada sela-sela Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018 di Nusa Dua, Bali, Senin (8/10).

Sri Mulyani menjelaskan membaiknya kondisi ekonomi AS tersebut menyebabkan terjadinya kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed) dan disertai oleh penyesuaian imbal hasil obligasi negara AS dengan tenor 10 tahun.

"Kita lihat dua-duanya bergerak, suku bunga The Fed naik dan 'yield bonds' 10 tahun naik, ini semakin menkonfirmasi bahwa akselerasi ekonomi AS makin tinggi," ujarnya.

Ia menambahkan ekonomi AS akan terus berakselerasi hingga mencapai titik keseimbangan baru, karena kenaikan suku bunga acuan The Fed diproyeksikan akan terus terjadi, sebanyak satu kali di 2018 dan dua atau tiga kali pada 2019.

 

Rekomendasi