Menelurusi Sejarah Pasar Tanah Abang yang Pernah Jadi Pusat Perdagangan Tekstil Terbesar Asia Tenggara

| 25 Sep 2023 17:05
Menelurusi Sejarah Pasar Tanah Abang yang Pernah Jadi Pusat Perdagangan Tekstil Terbesar Asia Tenggara
Pasar Tanah Abang (situs resmi Pemkot Jakpus)

ERA.id - Kondisi Pasar Tanah Abang tak lagi ramai seperti beberapa tahun lalu. Selain mencari tahu penyebabnya, masyarakat penasaran dengan sajarah Pasar Tanah Abang yang pernah jadi pusat perdaganan tekstil terbesar se-Asia Tenggara ini.

Beberapa pihak berpendapat, saat ini Tanah Abang menjadi sepi karena efek e-commerce, social commerce, atau platform jual beli daring. Dalam kunjungan yang dilakukan pada akhir pekan lalu, Tanah Abang sepi dengan hanya beberapa orang berlalu lalang.

Pedagang Pasar Tanah Abang Kelabakan

Keagresifan platform daring telah membuat pedagang konvensional kelabakan, misalnya pedagang di Pasar Tanah Abang. Dalam suatu kunjungan di Pasar Tanah Abang, terdengar beberapa teriakan pedagang yang menyerukan penutupan salah satu social commerce yang saat ini ramai di Indonesia.

"Tutup dong TikTok Shop, tutup saja, tutup! Bagaimana ini, nggak laku terus barang," seru Markonah sambil merapikan barang dagangannya, salah satu pedagang di Tanah Abang, seperti dilansir Antara.

Perempuan berusia 48 tahun ini menjual pakaian dan tas di Blok A. Dahulu blok ini jadi bagian paling ramai di Pasar Tanah Abang karena letaknya paling depan. Namun, Markonah mengatakan bahwa dalam beberapa bulan terakhir lapaknya sepi pembeli.

Pedagang di Pasar Tanah Abang menyerukan penghapusan social commerce yang jadi salah satu sebab sepinya pelanggan (Antaranews).

Menurutnya, salah satu penyebabnya adalah penjualan barang secara daring yang mulai marak sejak pandemi COVID-19. Sebelum pandemi, lanjut Markonah, barang dagangannya bisa laku 20—30 buah per hari. Ini berbanding terbalik dengan saat ini yang kadang tidak sampai lima buah tas terjual dalam sehari.

Markonah mengaku bukan tidak ingin ikut berjualan secara daring, tetapi tidak mengerti caranya. Perempuan yang telah punya empat cucu ini ini mengaku tak ada yang bisa mengajarinya berjualan di platform daring.

Sejarah Pasar Tanah Abang

Pasar Tanah Abang punya sejarah yang panjang. Tempat penjualan produk sandang ini adalah salah satu pasar tertua di DKI Jakarta.  

Pasar Tanah Abang didirikan pada 30 Agustus 1735 oleh Yustinus Vinck atas izin Gubernur-Jenderal Hindia Belanda, Abraham Patramini. Yustinus Vinck adalah tuan tanah yang juga merupakan arsitek.

Awalnya, Pasar Tanah Abang hanya memperoleh izin perdagangan tekstil dan barang kelontong setiap Sabtu. Hal tersebut membuat pasar tersebut pernah disebut sebagai Pasar Sabtu. Setelah beberapa waktu nama Pasar Sabtu berubah, tetapi belum diketahui secara pasti asal usul nama Tanah Abang.

Jika Anda ingat dengan Pasar Senen, asal usul penamannya cukup mirip. Pasar Senen adalah pasar yang diberi izin oleh Belanda untuk buka hanya pada hari Senin. Pasar tersebut ditunakan untuk menjual sayur-mayur dan keperluan sehari-hari.

Bangunan di Pasar Tanah Abang pada masa itu berupa bedeng bambu dan beratap rumbia. Umumnya, petak-petak toko dimiliki oleh orang etnis Tionghoa. Mereka biasanya mendirikan tempat tinggal tak jauh dari pasar.

Namun, sebuah insiden besar mengubah Pasar Tanah Abang. Pada 1740, terjadi pembantaian terhadap orang-orang Tionghoa dan perusakan harta benda. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai peristiwa Geger Pecinan (Chineezenmoord).

Pasar Tanah Abang tak lepas dari sasaran pembakaran. Setelah tragedi berdarah itu berakhir, Pasar Tanah Abang pulih secara bertahap dan dibangun lagi pada 1881.

Setelah itu, waktu operasional Tanah Abang bertambah menjadi dua kali per minggu, yaitu Rabu dan Sabtu. Pada 1899 Pasar Tanah Abang mengalami perkembangan pesat, yaitu setelah dilakukan peresmian Stasiun Tanah Abang. Pembangunan stasiun ini juga berefek pada masa operasi Pasar Tanah Abang, yaitu menjadi setiap hari.

Hingga akhir abad ke-19, bangunan di Pasar Tanah Abang belum permanen, tetapi lantai bawah mulai dikeraskan menggunakan fondasi adukan. Pada 1926, Gementee (Kotapraja Batavia) membangun pasar semi permanen.

Pada 1920 orang Arab mulai datang ke Batavia dan sebagian tinggal di sekitar Tanah Abang. Setelah itu pedagang kambing banyak bermunculan di Tanah Abang. Mereka berjualan di tiga lokasi berbeda dan tergabung dalam Himpunan Pedagang Kambing Tanah Abang (HPKT).

Pada 1973, era Gubernur Ali Sadikin, Pasar Tanah Abang mendapatkan renovasi besar-besaran. Pasar Tanah Abang pun punya wajah baru dengan dibagi menjadi empat blok, Blok A hingga Blok D. Masing-masing blok terdiri atas tiga lantai, kecuali Blok D (hanya dua lantai).

Itulah berbagai informasi mengenai sejarah Pasar Tanah Abang yang saat ini mulai ditinggalkan pelanggan. Untuk mendapatkan informasi lainnya, ikuti terus Era.id

Rekomendasi