Investigator Kecelakaan Penerbangan KNKT Ony Soerjo Wibowo bilang, bagian kotak hitam, yakni FDR yang berisi informasi penerbangan seperti kecepatan, ketinggian, maupun pembacaan perangkat avionik pesawat, mampu dianalisis oleh Tim KNKT. KNKT sudah punya teknologi untuk membaca data itu.
"Kita punya laboratorium sejak tahun 2009. Proses pembongkaran sampai membaca data FDR selama ini dilakukan di negara sendiri, di Indonesia. Kita punya fasilitasnya," kata Ony dilansir Antara, Jumat (2/11) kemarin.
KNKT memang sudah mendapat bala bantuan dari National Transportation Safety Board (NTSB) Amerika Serikat, selaku negara asal perusahaan manufaktur pesawat Boeing. Tapi Ony menegaskan, KNKT punya fasilitas pembacaan FDR maupun CVR yang mumpuni.
Sebagai bukti, KNKT sudah berhasil mengunduh ratusan data "recorder", termasuk membantu negara tetangga, seperti Myanmar, Malaysia untuk kepentingan militer. Kecelakaan Sukhoi Superjet 100 pada 2012 dan AirAsia penerbangan QZ 8501 tahun 2014 lalu juga jadi bukti keberhasilan KNKT dalam mengungkap penyebab jatuhnya pesawat.
Pihaknya sanggup menginterpretasikan dan menerjemahkan seluruh paramater yang ada dalam FDR. Namun, jika ada parameter yang memerlukan penjelasan lebih rinci, di sini lah peran bantuan negara-negara asing.
"Contoh pesawat Lion ini buatan Amerika Serikat, mereka yang tahu parameternya. Apabila ada yang kita tidak tahu, butuh penjelasan, kedatangan mereka bisa kita manfaatkan semaksimal mungkin," ungkapnya.
Ada pun Tim Recorder KNKT telah menganalisa dan memastikan bahwa "Crash Surviveable Memory Unit" (CSMU) yang ditemukan pada Kamis (1/11) adalah bagian dari FDR pesawat Lion Air bernomor registrasi PK-LQP atau penerbangan JT 610.
Tim Recorder KNKT yang disaksikan oleh perwakilan Amerika Serikat dari National Transportation Safety Board (NTSB) dan Singapura Transport Savety Investigation Bureau (TSIB) melakukan proses pembersihan dan recovery CSMU tersebut di laboratorium recorder KNKT, Jakarta. Hingga saat ini, proses pembersihan dan recovery masih berlangsung.